Home / Rumah Tangga / Bahagia Setelah Dibuang / Bab 1. Dipermalukan di Acara Pesta

Share

Bahagia Setelah Dibuang
Bahagia Setelah Dibuang
Author: Su Yenni

Bab 1. Dipermalukan di Acara Pesta

Author: Su Yenni
last update Last Updated: 2022-07-16 22:20:43

Dipermalukan di Acara Pesta

"Sudah siap, Ris?" seru Bang Ridwan dari luar kamar.

"Sebentar lagi, Bang!" sahutku sembari sibuk memilih baju yang akan kupakai ke pesta keluarga suamiku.

Dari tadi tidak ada yang pas, semua jadi sempit. Apa tubuhku semakin gemuk ya? Sepertinya masih segitu-segitu aja. Tapi kenapa tak ada yang muat?

Aku tak boleh malu-maluin di depan keluarga Bang Ridwan. Di sana, semua keluarga Bang Ridwan berkumpul. Kalau sampai aku tampil jelek, mertua dan suamiku pasti malu.

"Lama amat sih, Ris! Capek nunggunya. Jangan-jangan, pestanya sudah selesai begitu kita sampai di sana." Ibu yang sejak tadi sudah tak sabar, masuk ke dalam kamarku sambil ngomel-ngomel.

"Iya, Bu, bentar lagi ya. Risa masih pilih baju yang pas di badan Risa. Sabar ya, Bu?" ucapku sembari cengengesan agar Ibu mertuaku itu tak marah.

"Makanya, punya badan jangan dibiarkan tambah bengkak begitu. Mau pakai apa juga gak bakalan pas. Ya sudah, cepat sedikit. Kalau tidak kami tinggal," ucap Ibu lagi dengan nada kesal. Lalu keluar dari kamarku.

Hari ini ada acara pesta khitanan di rumah budenya Bang Ridwan. Ini juga merupakan kali pertama aku bertemu dengan keluarga besarnya.

Setelah menikah aku memang langsung diboyong ke rumah Bang Ridwan. Namun, karena Bang Ridwan cutinya hanya sebentar, jadi kami tidak sempat berkunjung ke rumah sanak saudara suamiku itu.

"Nanti-nanti sajalah, kalau ada waktu, kita kunjungi rumah saudara Abang satu per satu, ya, Ris!" ujar Bang Ridwan kala itu. Aku menurut saja.

Kalau di kampungku, setiap ada pasangan baru yang pulang ke rumah orang tua lelaki, pasti sanak saudara mereka akan berkumpul dan beramah tamah. Di sini ternyata beda, begini mungkin gaya di kota, ya?

Aku yang orang baru di daerah ini, tentu belum tahu seluk beluk jalanan di sini. Seandainya tahu, mungkin aku sudah berinisiatif untuk berkunjung ke rumah mereka sendirian, sekaligus beramah tamah.

"Sudah, Bang! Ayo kita berangkat!" Aku berdiri di depan pintu kamar dengan wajah memelas. Takut Bang Ridwan marah karena aku terlalu lama dandannya.

Akhirnya aku memakai baju sekenanya saja, yang penting muat dan nyaman, serta membuat aku percaya diri memakainya.Tapi, terpaksa juga aku harus pakai korset, karena bajunya sempit di bagian perut, sedangkan perutku seperti wanita hamil, banyak lemaknya.

Owalah, kirain kamu akan berubah kayak puteri kerajaan, ternyata masih gitu-gitu aja. Ibu sampai ngantuk nunggunya." Ibu berucap kesal sembari mencebikkan bibirnya. Aku hanya nyengir kuda menanggapinya.

Ibu mertuaku itu kalau ngomong, memang suka bikin nyesek, tak pernah merasa kalau kata-katanya itu menggores hati orang yang dikatai. Tapi, aku tak pernah ambil pusing, selama Bang Ridwan tak pernah mempermasalahkan penampilanku, aku sih cuek-cuek saja.

*

Namaku Risa. Anak tunggal dari keluarga sederhana dan tinggal di kampung nun jauh di mata, tapi dekat di hati. Kemanapun aku pergi, kampung halamanku tetaplah jadi ingatan. Seperti pepatah, hujan emas di negeri orang, masih lebih enak hujan batu di negeri sendiri. Itu artinya, kampungku idolaku.

Aku berkenalan dengan Bang Ridwan melalui aplikasi berwarna biru di hapeku. Waktu itu dia memasang status galau di wall pribadinya. Aku memberikan komentar berupa nasehat manis untuknya agar tak lagi galau. Entah angin apa yang membawa pesannya masuk ke ranah pribadiku. Dari sana kami mulai dekat dan saling mengenal satu sama lain.

Hanya lima bulan kami menjalin hubungan jarak jauh, lalu tiba-tiba saja Bang Ridwan mengutarakan niatnya untuk menikahiku. Ya, langsung menikah, tanpa tunangan seperti orang-orang. Padahal kami belum pernah bertatap muka di dunia nyata. Seringnya hanya melalui video call saja.

Pernikahan berlangsung dengan sangat sederhana di kampungku, tanpa dihadiri keluarga besar Bang Ridwan. Kata ibu Bang Ridwan, kampungku terlalu jauh, jadi mereka berat untuk datang ke acara pernikahan kami. Akhirnya, Bang Ridwan datang hanya bersama Ibu dan Kakak perempuannya saja. Itu pun hanya sehari saja mereka berada di rumahku, paginya datang, sore sudah pamit pulang.

Aku memaklumi kesibukan mereka, mungkin banyak pekerjaan yang harus mereka kerjakan, sehingga tak dapat berlama-lama berada di rumahku yang jauh dari kata bagus itu. Aku juga melihat, kalau ibu mertuaku merasa tak nyaman berada di gubuk reot kami, maklumlah, rumahnya di kota cukup besar dan bagus, mana betah dengan rumah yang ukurannya lebih kecil, hanya sepertiga dari rumah mereka.

Setelah berkendara selama dua puluh menit, akhirnya kami sampai di tempat pesta. Tenda nan megah terpampang nyata di depan mata. Maklumlah, kata Bang Ridwan, budenya ini cukup kaya. Suaminya memiliki usaha peternakan ayam di beberapa tempat.

Setelah turun dari mobil, yang diparkirkan tak jauh dari lokasi pesta, kami berjalan beriringan menuju tenda megah yang kami lewati tadi. Kami berjalan di atas karpet merah yang dipasang di tengah-tengah jajaran kursi yang disusun dengan rapi mengitari meja berbalut kain berwarna kuning keemasan. Sudah banyak tamu yang datang dan kelihatan sedang asyik menikmati makanan mereka.

Aku terus berjalan mengikuti Bang Ridwan dan Ibu yang berjalan bergandengan di depanku. Sampai akhirnya mereka duduk di salah satu meja yang masih kosong tepat di depan pelaminan. Aku pun mengambil kursi kosong di samping Bang Ridwan.

"Baru sampai, Mbak?" Seorang wanita berkebaya biru muda menghampiri kami. Penampilannya sungguh menawan, dengan polesan make up ala perias ahli membuatnya masih terlihat cantik di usia yang tak lagi muda.

Dia menyalami Ibu mertua, Bang Ridwan, lalu....

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 126

    Setelah menjalani kehidupan di panti, mereka diajarkan tentang kesopanan dan hal-hal baik lainnya. Makanya mereka sudah terbiasa jika dengan ketertiban.Setelah mendapatkan paper bag masing-masing, anak-anak panti kembali duduk ketempat semula. "Udah, Wi, silakan dilanjutkan," ujarku pada Tiwi setelah aku selesai membagikan souvenir yang sengaja kupesan beberaa hari yang lalu. "Oke, Mbak," sahut Tiwi singkat."Tama, duduk di sini, Nak," ujar Bang Ardi memanggil Tama agar duduk di kursi yang telah disediakan. Sedangkan Adinka duduk dipangku oleh Bang Ridwan.Tiwi meminta MC yang tak lain adalah temannya sendiri untuk memandu jalannya acara. Dimulai dengan pembacaan doa oleh seorang ustadz yang biasa memberi ceramah di panti. lalu, acara dilanjutkan dengan ucapan syukur dan terima kasih yang disampaikan oleh Bang Ridwan. Lagi dan lagi kalimat itu keluar dari mulut Bang Ridwan. Kalimat yang berisi ucapan terima kasih yang tulus, yang ditujuakn untukku dan Bang Ardi karena telah membe

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 125

    POV RISADua tahun kemudian.Aku sedang menemani anak-anak menonton tayangan film kartun di televisi sembari menantikan Tama dan Mayra pulang dari sekolah. Mereka mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.Tama dan Mayra bersekolah di sekolah yang sama, agar mereka dapat saling melindungi dan bahu membahu sebagai satu keluarga. Aku tidak pernah membeda-bedakan dalam memperlakukan mereka, walaupun Mayra dan Farel bukan anak kandungku. Tapi, mereka adalah amanah yang dititipkan Gita kepadaku. Aku tak bisa menyia-nyiakan mereka. Perlakuan buruk yang pernah Gita lakukan kepadaku, tak serta merta membuatku membenci kedua anaknya. Bagiku, masa lalu hanyalah masa lalu, kita tak perlu mengungkit kenangan buruk yang ada di sana karena itu akan menyakiti diri kita sendiri. Jadikan semua kejadian di masa lalu sebagai pelajaran, pasti ada hikmah dibalik sebuah cobaan yang kita hadapi. Contohnya aku, karena Gita merebut suamiku akhirnya aku dipertemukan dengan laki-laki yang jauh lebih baik,

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 124

    "Tunggu dulu! Jadi Tama sudah tau kalau Bang Ridwan, Papa kandungnya?" tanyaku dengan wajah penasaran."Iya, Wi. Sebelum berangkat ke sini, Risa sudah mengatakan semuanya kepada Tama. Tama memang anak yang baik, dia tidak marah sedikit pun baik kepada Risa maupun Ridwan. Dia dapat memahami keadaan yang sudah terjadi dan memaafkan kedua orang tuanya.""Sykurlah, akhirnya mimpi Bang Ridwan jadi kenyataan. Semua ini berkat kebaikan Bang Ardi dan Mbak Risa. Lagi-lagi kalian menjadi pahlawan di keluarga kami. Entah dengan apa kami membalas kebaikan kalian. Demi Bang Ridwan, Kalian meninggalkan acara yang sudah digelar dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit," ujarku terharu."Demi Tama, apa pun akan aku lakukan, jangankan uang, nyawaku pun akan kupertaruhkan. Aku takut, kalau Tama tak sempat bertemu dengan ayah kandungnya. Makanya, aku segera mengantarnya ke sini. Dan ternyata, Allah berkehendak, kalau kehadiran Tama merupakan berkah untuk ayahnya, Ridwan bisa sadar dari koma.""Abang be

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 123

    Tampak wajah mereka sangat serius ketika berbicara. Setelah dokter itu pergi, wanita itu kembali menangis. Kak Suci ikut menenangkannya.Satu jam sudah kami menunggu di tempat ini. Tidak ada yang buka suara untuk sekedar ngobrol. Kami larut dalam pikiran masing-masing. Tiba-tiba, ada dokter dan perawat yang berjalan tergopoh masuk ke dalam ruangan. Napasku jadi terasa sesak. Hatiku bertanya-tanya, ada apa di dalam. Kami tak dapat lagi melihat ke dalam karena jendela kacanya sudah tertutup tirai.Tak lama, seorang perawat keluar dan memanggil keluarga Pak Hasan, suami wanita yang sejak tadi bersamaku. Aku lega, tapi, kasihan juga melihat wanita itu. Suaminya kritis di dalam sana. Dia terduduk lemas di lantai sembari menangis tersedu-sedu. Dalam waktu tiga puluh menit, seorang doter keluar dari ruangan dengan wajah sedih."Bagamana suami saya, Dok?" tanya wanita itu."Anda istri Bapk Hasan?' tanya dokteritu balik. waita itu mengangguk, mengiyakan."Mohon Maaf, Bu. Kami gagal menyelama

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 122

    Aku masuk ke dalam ruangan tempat Bang Ridwan dirawat, setelah mendapat izin dari dokter. Aku berdiri di samping brankar tempatnya berbaring sembari mengusap lembut wajah suamiku. Satu kecupan lembut kuberikan di keningnya sembari berbisik, "Bangunlah Bang, calon bayi kita merindukan suaramu."Seketika air mata menetes di sudut mata ini. Cepat-cepat aku menyapunya agar tak jatuh menimpa wajah Bang Ridwan. Aku tak mau dia melihat aku menangis.Kulantunkan ayat-ayat Alquran di telinganya. Aku yakin, walaupun dia tidak sadar, dia dapat merasakan kehadiranku di sini.Setelah selesai kubaca surat Alfatihah di telinganya, sudut matanya meneteskan air mata. "Abang bisa dengar Tiwi, Bang? Buka mata Bang, kami merindukanmu. Abang harus kuat, Kami selalu mendoakan, Abang. Cepatlah sadar, Bang!" ujarku mencoba membangunkan Bang Ridwan.Kuraih tangan Bang Ridwan, lalu menempelkannya ke perutku. Calon bayi di perut ini pasti merindukan hal ini. Biasanya seusai salat Subuh, Bang Ridwan selalu meng

  • Bahagia Setelah Dibuang   Bab 121

    Sudah pukul lima subuh, aku baru saja selesai melaksanakan sala Subuh di Mushollah. "Bu, Ibu mertua dan Kakak ipar saya sudah datang. Jadi, bukan berniat mengusir. Bu Hindun kelihatan lelah sekali. Ibu pulang saja, ya. Ibu tidak perlu khawatir, sudah ada yang menemani saya di sini," ujarku pada wanita yang telah menemaniku menjaga Bang Ridwan sejak kemarin."Ya, sudah kalau begitu. Saya akan pulang, nanti sore saya kembali lagi membawakan pakaian ganti untuk Bu Tiwi. Pasti gerah kan, sejak kemarin belum ganti baju," sahut Bu Hindun. "Saya tidak enak, jadi merepotkan Ibu.""Tidak, Bu, saya tidak merasa direpotkan. Saya permisi ya, Bu." Aku memberikan uang kertas berwarna merah sebanyak dua lembar kepadanya, untuk ongkos taxi dan pegangan di jalan. Irfan, sudah pulang sejak kemarin, karena ada yang ingin menyewa mobilnya.Aku kembali ke ruangan Bang Ridwan. Kak Suci dan Ibu masih tertidur di kursi, di depan ruangan. Dengan hati-hati aku membangunkan mereka agar salat Subuh. Mereka se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status