Share

Bab 7. Penampilanku Membuat Kecewa

[Ya udah, langsung ke pintu utama. Abang tunggu di sini] tulis Bang Ridwan lagi. Bukannya nyusul ke sini, malah aku yang di suruh ke sana.

Aku langsung berjalan menuju pintu utama yang dikatakan Bang Ridwan tadi. Banyak sudah tamu-tamu undangan yang datang. Dari jauh, aku melihat Bang Ridwan sedang berbincang dengan beberapa orang wanita cantik dengan tampilan yang anggun dan menawan, membuat kepercayaan diriku luntur seketika.

Padahal aku merasa dandananku sudah sangat istimewa hari ini. Namun, jika dibandingkan dengan mereka, wanita-wanita yang sedang ngobrol dengan suamiku itu, rasanya aku jauh dari kata istimewa. Ya, ampun. Jantungku semakin berdebar kencang saat sudah sangat dekat dengan mereka. Takut, kalau Bang Ridwan malah jadi malu dengan penampilanku ini.

"Bang!" seruku memamggil Bang Ridwan. Bang Ridwan dan para wanita yang ngobrol dengannya menoleh bersamaan ke arahku. Lalu mereka pamit dan masuk ke dalam ruangan pesta. Tinggal Bang Ridwan sendiri di situ.

"Kalau tidak tahu alamatnya, harusnya perginya lebih cepat. Jadi, Abang tak capek menunggu," sungut Bang Ridwan dengan wajah kesal.

"Ini baju yang baru dibeli? Gak ada model lain apa? Lihat tuh, teman-temanku. Cantik dan anggun. Gayanya kekinian. Kamu, kayak ibu-ibu mau pergi pengajian. Malu-maluin, aja," ucap lelaki bergelar suamiku itu. Sakit rasanya hati ini, padahal aku rasa baju ini sudah sangat bagus. Tapi, tetap aja salah di mata Bang Ridwan.

Bang Ridwan lalu berbalik dan hendak berjalan masuk ke dalam ruangan pesta. Tiba-tiba....

"Bang Ridwan!" seru seseorang di belakangku. Aku dan Bang Ridwan menoleh bersamaan ke sumber suara tersebut.

"Gita!" seru Bang Ridwan pula. "Kok ke sini?" tanyanya lagi.

"Iya, Bang. Yang cewek, temenku waktu kuliah," sahut Gita dengan wajah semringah. Mata Bang Ridwan tak berkedip menatap Gita, yang datang dengan balutan gaun cukup ketat dan sexi,sehingga membentuk jelas pola tubuhnya. Gita memang sangat cantik hari ini.

"Kalau begitu, kita bareng aja, yok!" Bang Ridwan mengulurkan tangan untuk mengajak Gita berjalan masuk ke dalam ruangan, dan tak menganggap aku ada di sini.

Kedua insan yang pernah saling jatuh cinta, atau mungkin cintanya masih berlanjut sampai sekarang itu, berjalan bersisian masuki ruangan pesta. Aku ditinggal sendirian di luar. Kalau tau begini, lebih baik aku tak datang saja tadi.

Dengan langkah gontai aku berjalan memasuki ruangan pesta sendirian. Sampai di dalam ruangan, aku merasa sangat bingung tak tau harus bagaimana. Akhirnya aku berdiri mematung di dekat pintu masuk sembari memperhatikan orang-orang yang lalu lalang.

"Cari siapa, Mbak?" Tiba-tiba seseorang menyapaku dari belakang. Aku menoleh ke arahnya.

"Eh, Bang Firman, kan? Kok ada di sini?" ucapku penuh tanda tanya. Tadi pagi aku bertemu lelaki ini di toko baju, dia juga sedang berbelanja di sana.

"Iya, yang nikah teman Abang," sahutnya sembari menggaruk dahinya.

"Sendirian aja?" tanyanya lagi.

"Eh...anu, sama Bang Ridwan, Bang. Suami Risa," jawabku tergagap.

"Ridwan? Jadi kamu istrinya Ridwan? Baru tau. Dimana dia?"

"Lagi ambil makanan, Bang," sahutku sekenanya. Karena, aku sendiri tak tau di mana Bang Ridwan sekarang.

"Disini kamu rupanya, Ris! Malah asyik ngobrol sama pria lain. Eh, Bang Firman. Udah lama, Bang?" ujar Gita yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang Bang Firman. sembari tersenyum manja kepada lelaki itu. Ternyata, Gita juga kenal dengan lelaki ini.

"Dimana, Bang Ridwan, Git?" tanyaku pada Gita.

"Di sana, di dekat pelaminan. Ke sana, gih!" kata Gita seolah ingin agar aku cepat-cepat pergi dari sini.

"Aku juga mau pamit, kok. Masih ada urusan lain. Aku pulang duluan ya, Ris," ucap Bang Firman lalu berbalik dan ingin melangkah keluar ruangan pesta.

"Kok buru-buru, Bang. Gita baru aja sampai. Temenin Gita dulu, dong." Gita menarik tangan Bang Firman, ingin mencegahnya pergi dari sini. Namun, ditepis dengan lembut oleh lelaki berwajah tampan itu.

Bang Firman berlalu tanpa menghiraukan rengekan Gita. Kulihat raut kesal dan kecewa di wajah Gita. Ternyata Gita itu bersikap manja tak hanya kepada Bang Ridwan saja. Mungkin sama semua laki-laki, dia begitu, ya.

Tapi, kenapa Bang Firman bersikap begitu kepada Gita. Dia seperti tak suka bertemu wanita sok manja itu. Apa yang terjadi diantara mereka?

Baru saja aku beranjak ingin menemui Bang Ridwan, dia malah sudah berdiri di depanku.

"Kita pulang sekarang! Abang mau istirahat." Bang Ridwan memasang raut wajah jutek.

"Tapi, Bang...aku belum makan atau minum apa pun," sahutku kesal.

"Kalau kamu ingin tetap di sini, silakan. Abang pulang. Abang capek!" Bang Ridwan berlalu meninggalkan ruangan pesta. Mau tak mau, aku mengikutinya dari belakang. Namun, seketika Gita mencekal lenganku.

"Makanya, mimpinya jangan ketinggian. Kamu tuh, gak sepadan sama Bang Ridwan. Bagaikan bumi dan langit." Aku tak menjawab apa pun atas perkataannya itu. Hanya mengerlingnya dengan tajam. Lalu melangkah menyusul Bang Ridwan.

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status