Share

Part 3, pisah kamar

Violetta's pov

"Ta, lo ngapain disini??"tegur suamiku dengan suara dingin dan membuatku tergagap.

"A-aku nyari kamar kita.."balasku tak berani menatap matanya yang memancarkan cahaya dingin dan menusuk tubuhku..

"Ikut aku!"balasnya dan menarik tanganku dengan kuat.

"Sakit Vin..."balasku dengan suara kecil dan meringis.

Aku melihat reaksinya yang menghela nafas dengan keras dan melepaskan pergelangan tanganku yang telah memerah karena ditarik kuat olehnya.

Dengan cepat aku menyembunyikan tanganku agar tak ditariknya kembali.

"Ikut aku.."balasnya lalu meninggalkanku sendirian.

Aku pun berusaha tak menintikkan air mata kembali.hari ini aku cukup mudah menangis, padahal biasanya aku tidak apa apa walau terjebak dalam masalah yang cukup rumit. 

Aku mulai mengikutinya dan memandang punggungnya yang tegak dan lurus, suamiku memang cukup dingin padaku..

'Entah karma apa yang kuperbuat di masa lalu..'batinku sembari mengikutinya karena takut ketinggalan dan tersesat.

Ketika kami melewati sebuah kamar, ia berhenti lalu menatapku kembali dengan rasa sebal.dapat dilihat dari pancaran matanya yang malas melihatku.

"Ini kamar kamu,"ujarnya lalu berusaha membuka pintu.

Ceklek!

Krit....

Aku pun memasuki kamar yang bernuansa warna biru itu.aku menjadi teringat pada kamar Rio ketika melihat semua tata letak dan warnanya, terutama tempat kerja Davin yang di ujung kamar menghadap luar..

Lamunanku buyar ketika sebuah suara menyelip masuk ke indra pendengaranku...

"Ini kunci kamarmu,"ujar Divan, suamiku dan memberikannya ke tanganku.

"Baik,"balasku sembari menatapnya dan menerima kunci itu.

"Kau tidur di sini.aku akan tidur di tempat lain.masing masing tidak boleh mencampuri urusan orang lain,"ujarnya lalu pergi membelakangiku.

"Makasih.."ucap ku

Bang..

Suara itu terpotong oleh tertutupnya pintu kamar.

Aku pun dengan segera memindahkan bajuku ke dalam almari di sisi kiri.setelah beres, aku melihat lihat kamar ini dan menemukan sebuah gambar potret sebuah keluarga serta Davin ketika remaja bersama seorang perempuan.

Kurasa ini adalah kamarnya sebelum menikah denganku.dapat dilihat dari warna kamar dan tata letak benda yang biasanya terdapat di kamar laki laki.

'Apakah aku merusak kehidupan orang lain pula??'

Dengan cepat aku menggelengkan kepalaku berusaha mengusir pikiran buruk itu.aku harus tetap optimis menjalani pernikahan ini.

Mungkin ini salah satu jalan yang Tuhan berikan padaku..

Setelah selesai melihat tata letak kamar,aku meletakkan beberapa potret diriku dan sebuah note book milikku di meja kerja Divan dulunya.

Setelah itu, aku menemukan sebuah foto pria yang tertawa dari koperku dan membuatku memandangnya dengan lekat lekat dan merasa bersalah padanya.

"Maafin aku Rio..janji kita berdua menjadi hancur.."gumamku sembari membayangkan saat saat kami masih bersama.

'Mungkin...kau tak akan memaafkan aku karena yang meninggalkan duluan dan menghancurkan hubungan kita itu aku..'

Trak...

Aku menaruh foto itu ke dalam laci dan menutupnya.aku tak ingin melihatnya lagi agar tidak mengingat luka yang kutorehkan padanya hari itu

Aku mulai menyadari bahwa aku telah memiliki hidup baru dan harus mencoba beradaptasi dengan kehidupan baru ini.dengan segera aku menandai pintu kamarku dari depan dengan sebuah kertas yang diselotip dan berisi namaku.

Setelah itu aku menuruni tangga dan melihat lihat bagian bawah untuk mengingat letak letak dari bagian rumah ini.setidaknya dapat memudahkanku dalam menjalankan aktivitas.

Dapat dibilang rumah ini sangat besar, aku yang telah berkeliling selama 45 menit pun masih menemui setengah bagian rumah.

Aku pun pergi ke tempat dapur yang masih gelap dan menuangkan air putih

Ceklek!

Seketika lampu menjadi terang dan aku menjadi shock.gelas itu hampir jatuh karena kehadiran suamiku yang tiba tiba..

"Apa yang kau lakukan disini?sekarang sudah larut.."tanya suamiku dengan heran.

"Aku tadi liat liat isi rumah ini,"balasku sembari menjaga tanganku agar gelas tadi tak jatuh ke lantai.

"Oh.."

Ia pun melewatiku dan menaruh sebuah gelas kosong ke wastafel.dengan cepat aku pergi darinya jauh jauh agar tak dikontani oleh mulutnya yang tajam dan dingin itu...

Aku memasuki kamarku dan berusaha memejamkan mataku.tetapi tidak bisa entah kenapa..mungkin karena perasaan bersalah atau rumah yang asing.

Aku pun membuka handphoneku dan berusaha mencari sebuah akun...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status