Home / Rumah Tangga / Bakti Seorang Menantu / 2. Tidak ada yang beres bagian A.

Share

2. Tidak ada yang beres bagian A.

Author: RatuNna Kania
last update Last Updated: 2022-06-08 11:14:44

"Neneeeeek," panggil Wulan, anak pertama Rahmat.

"Kamu sudah pulang sekolah, Lan?" tanya Bu Samirah, melihat cucunya datang padahal jam belum menunjukan waktu pulang sekolah.

"Ulan gak sekolah, Nek, Mama kesiangan bangunnya," dengan polos.

"Ya…Ampun, punya menantu dua biji gak ada yang beres. Istri si Rahmat malasnya gak ketulungan. Sampai-sampai anak sendiri tak sekolah," gerutunya sambil mengaduk balado ikan yang sedang di masaknya.

"Ulan lapar, Nek," rengek bocah 8 tahun sambil mengelus perutnya.

"Ibumu juga belum ngasih sarapan?" tanya Bu Samirah semakin geram.

Wulan hanya memandang dengan wajah sendu. Bu Samirah dengan cepat nyentong nasi dan memberi balado ikan yang sebenarnya belum matang benar. Tapi ia tak ingin cucunya.

"Sana makan," titahnya sambil menyodorkan piring pada Wulan.

"Bu, Bu Samirah." panggil seseorang dari depan.

"Siapa lagi itu, mana lagi repot." ketusnya.

"Bu, Bu Samirah." Lagi suara Bu Usman menggema.

"Ya…Robbi, mau ngapain lagi dia," gerutu Bu Samirah.

"Masuk Bu Usman, saya di dapur lagi repot," teriaknya. Bu Usman dengan segera melepaskan sandalnya dan masuk, apalagi mencium bau ikan yang sangat wangi.

"Kamu masak sendiri, Mir?" tanya Bu Usman setelah mendekat ke arah Bu Samirah.

"Lah, Ulan gak sekolah?" tanya Bu Usman yang melihat Wulan sedang lahap makan.

"Ibunya itu loh, jam segini baru bangun. Kebangetan itu si Susan," keluh Bu Samirah sambil mengangkat balado ikannya ke piring.

"Menantumu yang satu lagi kemana?" tanya Bu Usman, sambil celingak celinguk mencari Mala.

"Tuan putri tidur, ngidamnya jerih payah. Hingga aku yang jadi babu di rumah ini!" tulisan dengan getir.

"Kasihan sekali nasibmu, sobat," ucap Bu Usman seraya meledek.

"Mau bagaimana lagi, ada suami dan anak-anakku yang harus makan, jika mengandalkan menantu, mereka akan melihat!" katanya dengan berat. Sungguh, tubuh lelah meski hanya memasak. Tubuh yang dimakan usia, juga penyakit darah tinggi yang kadang-kadang membuat Bu Samirah selalu kelelahan mengerjakan pekerjaan rumah.

"Kamu sih, Mir, terlalu baik sama menantu. Jadinya mereka saat ngelunjak!" cibir Bu Usman. Ia ingat bagaimana hubungan buruk Susan pada Bu Samirah. jika dinasehati maka ia akan menjawab dan menyalahkan mertuanya itu.

Bu Samirah membenarkan ucapan tetangganya itu, mengingat kembali bagaimana ucapan Susan membuat sakit hati hingga sekarang. Serta Susan tak akan segan menjelekan namanya pada tetangga lain. Dan jika ia mengadu ke Rahmat, maka akan percuma saja. Karena anaknya itu terlalu mendengarkan apa kata istrinya.

"Aku sih, istri si Agus rajin banget, dia yang ngerjain semua pekerjaan rumah dan memasak, meski kadang juga kalau di omongin suka jawab, tapi setidaknya aku gak jadi babu para menantu!" tegas Bu Usman seolah mengolok Bu Samirah dengan sedikit memamerkan kerajinan menantunya di rumah.

"Nasibku jelek, ya! Punya dua menantu gak ada beres," keluhan sambil menantikan kompor.

"Baunya enak banget, boleh nyicip?" Bu Usman maju mendekati Bu Samirah yang sedang menyentong ikan ke mangkuk.

"Sana ambil piring."

Bu Usman membuka lemari dan mengambil piring besar, mata Bu Samirah menangkap piring yang diambil Bu Usman.

"Piring kecil aja, kan nyicip bukan minta makan! Lagian aku gak bisa ngasih kamu, lauk ini sudah berkurang satu dimakan si Wulan," ketus Bu Samirah, paham betul sifat tetangganya yang satu ini. Apapun selalu diminta.

"Ikh, pelit banget sama tetangga juga, mati gak bawa ikan, Mir," cerocosnya saat Bu Samirah hanya memberi setengah potong saja.

"Kamu nyicip loh, bukan minta makan bilangnya juga tadi!" Bu Usman mengingatkan ucapan tetangganya.

2cf2-408b-8172-e8567ffb2f44

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
AriaNz Arfa
banyak typo nya thor ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bakti Seorang Menantu    223. Suka sama, Abang, nggak?

    Bab 223. Suka sama Abang, nggak?"Man, ayo pulang. Aku harus ke Jakarta hari ini," ucap Arif memotong omongan Rahman dengan segera. Karena setelah dipikir-pikir olehnya, ini memang terlalu cepat. "Tadi katanya—""Sekarang nggak! Ayo pulang," ucap Arif dengan gusar karena Rahman malah terlihat seperti orang bodoh."Akh, ok!" Hanya itu ucapan yang keluar dari bibir Rahman lalu ia bangkit dan berpamitan pada mertua serta adik iparnya. Bu Sarah menyuruh mereka untuk makan dulu, tapi Rahman menolak dengan alasan Mala susah memasak. Bu Sarah tak bisa memaksa karena dia pikir juga anaknya pasti sudah menyediakan makanan yang enak. Satu persatu mereka saling berjabat tangan tak lupa Arif juga meminta maaf telah merepotkan semuanya. Namun hanya disambut tawa oleh keluarga pak Ahmad dan mereka bilang tak merasa direpotkan."Jangan pacaran, ya!" bisik Arif saat dia bersalaman dengan Aisyah. Gadis itu mengerutkan dahinya dan menatap pria dewasa yang berbadan tegap itu."Ingat pesan, Abang, ya!"

  • Bakti Seorang Menantu    Bab 222. Maaf

    Bab 222. Maaf.Sementara di rumah Mala, wanita itu kini tengah bercerita kepada mertuanya yang sedang duduk dan melihat wajah menantunya dengan seksama. "Bu, alhamdulillah Arif sudah ditemukan, jadi tidak lama lagi mas Rahman akan pulang," ucap Mala sambil menutupi kaki Bu Samirah oleh selimut yang baru saja selesai dipijit olehnya.Bu Samira menarik sedikit ujung bibirnya, dia tersenyum lega saat mengetahui bahwa teman anaknya itu kini sudah ditemukan.Ibu mau tidur sekarang atau mau menunggu mas Rahman dulu?" tanya Mala dengan lembut."Ibu nunggu Rahman aja!" sahut Bu samirah dengan pelan membuat mata Mala sedikit terbuka karena ternyata mertuanya menyahuti pertanyaanya setelah lama terdiam."Alhamdulillah, Ibu sudah bisa menyahuti saya," ucap Mala sambil terduduk lagi dan memegang bahu mertuanya dengan tatapan yang tidak bisa diucapkan oleh kata-kata. betapa bahagianya dia saat ini mengetahui sang mertua sudah bisa kembali berkomunikasi. "Memangnya kamu pikir, Ibu ini bisu?" tany

  • Bakti Seorang Menantu    221. Kesasar Bagian 2.

    Bab 221. Kesasar Bagian 2. "Ais kamu kok bisa ke sini?" Arif malah bertanya seperti itu."Aku mencari Abang! Bang Rahman tadi ke rumah, katanya Abang belum pulang. Akhirnya kami mencari Abang, takutnya Abang kesasar dan benar saja Abang ada di sini. Abang kenapa ngambil jalan sini sih?" ucap Aisyah dengan sedikit kesal."Maafkan Abang ya, is jadi merepotkan semuanya. Abang tadi lupa beloknya harus kemana, ini kan jalan cabang empat jadi Abang bingung mau lurus, belok kanan atau belok kiri. Eh, Abang malah ke sini dan ternyata ini nggak ada kampung malah kebun semua," ucap Arif dengan jujur dan tak enak hati."Lah iyalah, ini kan jalan untuk ke hutan, Bang. Disebelah sana ada kebun-kebun para warga dan memang ada pemukiman juga, tapi itu khusus untuk mereka yang rumahnya jauh dan memiliki ladang disini. Dan tentu saja tidak setiap hari mereka menginap maka tidak akan ada orang. Jadi sangat sepi, terus mobil Abang mana?" tanya Aisyah."Mobil Abang di sebelah sana, Is. Bannya nyelip jad

  • Bakti Seorang Menantu    220. Kesasar.

    Bab 220. Kesasar.Rahman mengendarai motornya dengan pelan. Karena ternyata pas keluar dari kampungnya harus melalui jalanan yang becek akibat hujan. Padahal di rumahnya seharian tadi, panas sekali. Jangankan hujan, mendung pun tidak. Bangunan rumah sang mertua sudah terlihat, namun mobil Arif tak ada disana. Rahman langsung turun dan mengetuk pintu. "Assalamualaikum!" "Loh, Bang Rahman?" pekik Aisyah saat pintu sudah terbuka lebar. Negatif thinking langsung menerpa pikirannya."Arif mana?" tanya Rahman pada Aisyah."Udah pulang dari tadi.""Mala gak menelpon kamu?" tanya Rahman lagi."Nggak, eh tapi sebentar. Aisyah lihat dulu ponselnya." Gadis itu seketika berbalik menuju kamarnya dan mencari ponselnya. Ternyata ada banyak panggilan dari WhatsApp dari sang kakak. Namun sayang sebelum sholat dia telah memasang silent mode on di ponselnya. Aisyah membaca pesan yang dikirim Mala satu persatu. Dia baru paham apa sebabnya yang membuat Rahman datang ke rumahnya. Di ruang tamu, Bu Sar

  • Bakti Seorang Menantu    219. Kesasar atau hilang bagian B

    Bab 219. Kesasar atau hilang.Aisyah langsung masuk ke kamarnya meletakkan seluruh barang bawaannya. Kemudian gadis itu menuju ke dapur, berniat membuatkan minuman untuk Arif dan juga kedua orang tuanya. Tiba-Tiba Bu Sarah pun muncul di dapur."Kamu bikin apa, Is?" tanya Bu Sarah. "Ini aku bikin kopi buat Bapak sama Bang Arif, ada cemilan apa, Mak di rumah?" tanya Aisyah"Tuh ada rengginang sama goreng opak aja, baru digoreng tadi pagi sama Emak!" ucap Bu Sarah dengan menunjukkan letak toples rengginang dengan dagunya. Aisyah pun menata nampan dengan dua buah toples berukuran sedang, serta dua buah cangkir kopi. Lalu mengantarkannya ke hadapan Pak Ahmad dan Arif di ruang tamu.Pak Ahmad terlihat asik mengobrol dengan Arif, hingga sesekali tawa dari keduanya terdengar. Aisyah masuk kembali dan duduk di ruang tengah karena melihat bapaknya dan Arif sedang asik berbincang. Gadis itu gak berani ikut duduk disana."Hmz, Pak boleh saya bertanya?" ucap Arif dengan ragu-ragu. Dia menautkan

  • Bakti Seorang Menantu    218. Kesasar atau hilang bagian A.

    art 112. Hilang atau kesasar? Aisyah mengangguk tanda membenarkan pertanyaan Arif. Gadis berlesung pipit itu begitu sangat terlihat manis dipandang dari samping. "Hmz … bagus, Is. Abang salut sama kamu!" Hanya itu ucapan Arif. Sungguh bertentangan dengan isi hatinya. "Tapi, kalau seandainya ada laki-laki yang tiba-tiba melamar kamu, apa kamu mau terima, Is?" tanya Arif dengan perasaan yang roller coaster. Keringat sudah membasahi tubuhnya. Meski ia telah bersiap dengan penolakan, tapi sisi egoisnya mengatakan bagaimanapun harus bisa memiliki Aisyah. Gadis tujuh belas tahun itu telah memporak porandakan hatinya, membuatnya gila dengan pikiran-pikiran masa depan yang indah jika dirinya beristrikan Aisyah."Gimana, ya! Lagian belum pernah ada yang melamar aku," sahut Aisyah dengan terkekeh geli. Mengingat banyak orang bilang dirinya cantik, pintar dan sebagainya. Tapi belum pernah ada yang melamarnya. "Hah … serius? Tapi pacar punya dong?" Arif mencoba mengorek hal yang paling rahasi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status