Share

Bab 2 Istirahat

Akhir pekan yang dinantikan pun tiba, sesudah melaksanakan ibadah wajib bagi pria muslim di hari Jum'at, Karel segera menuju resort mewah  langganannya di Tanjung Lesung, yang ditempuh sekitar tiga jam dari Jakarta melewati jalan tol yang belum lama ini diresmikan.

Sesampainya di resort Kaleka, ia melepaskan pakaian kerjanya dan berganti dengan t-shirt dan celana bermuda yang lebih santai. Setelah melaksanakan shalat Ashar,  Karel berjalan menyusuri pantai yang memiliki pasir putih dengan air laut yang jernih, sehingga dapat terlihat jelas batuan dan karang di dalamnya.

Matahari perlahan mulai tenggelam di ujung laut, menampakkan semburat warna lembayung senja, meneduhkan hati yang gundah gulana. Karel berdiri menatap keindahan laut dan langit yang perlahan berganti warna.

"It's beautiful, just like ..., hmm siapa? Mom?" lirihnya. 

Sesaat itupun, ia mulai merasakan kerinduan akan dekapan seorang wanita, juga rasa ingin mencintai dan dicintai. Tetapi rasa yang telah lama ia kubur jauh di dalam  hatinya, tiba-tiba membuncah dan menyesakkan dadanya.

Sambil memegangi dadanya yang terasa sesak, Karel menengadahkan kepalanya menatap langit senja, lalu ia mulai memanjatkan do'a.

"Ya Allah, pertemukan aku dengan cinta sejatiku, cinta terakhirku, cinta yang tak akan hilang walaupun terpisah oleh jarak dan waktu. Kabulkanlah do'aku, ya Allah."

Lalu, sayup-sayup terdengar suara gelak tawa anak-anak yang sedang bermain di pinggir pantai. Ia pun mencari dari mana datangnya suara yang terdengar indah di telinganya dengan berjalan ke arah resort.

Sesaat itupun ia melihat sosok wanita yang tak asing baginya. Walaupun ia sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengannya, tetapi ia dapat mengenalinya dengan mudah sosok wanita berhijab syar'i itu.

"Al? Alexa?" lirihnya sambil berjalan menghampiri wanita yang pernah menjadi cinta pertamanya. 

Tetapi takdir belum mengizinkannya karena begitu melihat ada seorang pria berjalan ke arahnya dan ketiga putrinya, Alexa segera bergerak menuju cottage.

"Ayo kita balik sekarang, sudah hampir Maghrib!" seru Alexa kepada ketiga buah hatinya.

Ketiga putrinya pun berlarian menuju cottage-nya dan disusul oleh Alexa yang memilih untuk berjalan cepat, hal tersebut membuat Karel  mengurungkan niatnya untuk menemui Alexa.

"Hmm kok kabur, kamu masih sama seperti dulu, selalu menghindar dari pandanganku. Mungkin kita memang ditakdirkan untuk tidak bertemu kembali," lirih Karel yang menghentikan langkahnya dan memilih kembali berjalan menyusuri pantai hingga waktu Maghrib tiba.

Alexa adalah nama yang dapat membuat hati Karel berdesir karena Alexa adalah cinta pertama Karel yang ia kenal semasa SMP. Walaupun penampilan Alexa saat ini sudah jauh berbeda dari yang dulu, tetapi Karel tidak pernah melupakan wajah unik yang dimiliki Alexa.

Alexa adalah wanita asli Jawa dengan wajah oriental yang sering disalahartikan sebagai non muslim, terlebih nama yang disandangnya jauh dari kesan islami. Begitu juga dengan Karel, yang memiliki wajah blasteran Eropa dengan nama yang jauh dari kesan  Islami. 

Walaupun begitu, Karel dan Alexa adalah muslim yang taat, sehingga di saat sekolah, mereka berdua sering terlihat bersama menuju musholla untuk mengikuti shalat Dzuhur berjama'ah.

Rasa penasaran Karel akan Alexa telah terjadi dari awal perkenalan mereka di awal tahun ajaran baru. Tetapi, Karel baru dapat mengakrabkan dirinya dengan Alexa, setelah satu semester berjalan. Di saat itulah, Karel mulai bertanya tentang asal-usul Alexa.

"Al, aku kan jelas punya campuran Belanda makanya namaku Karel, tapi kamu? Blasteran mana emangnya?" canda Karel.

"Blasteran Purwokerto sama Banjarnegara," jawab Alexa tanpa ekspresi.

"Daerah ngapak, puol," lanjutnya lagi.

"Kok kamu nggak ngapak?" goda Karel.

Dengan menarik nafas panjangnya dan menghembuskan perlahan, Alexa pun menjawab pertanyaan Karel, "La kepriben, nyong kok dikon ngapak, ora ngandel apa, ne' nyong kie wong ngapak?" 

Mendengar logat ngapak Alexa, Karel pun tertawa terbahak-bahak.

"Wah, aku nggak nyangka punya teman ngapak!" seru Karel.

"Aku memang unik, Karl. Hmm tapi unik dan ajaib itu beda tipis, jadi silahkan pikirkan sendiri, aku itu masuk ke dalam golongan yang mana ?" lanjut Alexa santai yang membuat Karel tertawa semakin kencang.

Itulah sepenggal awal pertemanan antara Karel dan Alexa, dimana perlahan rasa itu berkembang. Karel mulai menyukai Alexa secara diam-diam, karena ia tidak ingin Alexa menjauhinya. Lalu memasuki semester berikutnya, Alexa merubah penampilannya dengan memakai jilbab. Perubahan penampilan Alexa ini cukup membuat Karel terkejut, karena Alexa sama sekali tidak pernah menyinggungnya.

"Al, tumben?" tanya Karel singkat di saat istirahat makan siang.

"Ho oh, lagi insyaf," jawab Alexa tidak kalah singkat.

Semenjak saat itu, Karel sering kali memberikan perhatian lebih kepada Alexa, tetapi semua ia lakukan secara diam-diam. Ada kalanya perhatian Karel membuat Alexa kesal dan ingin menghilang dari pandangannya, seperti ketika Alexa terpaksa memakai sepatu putihnya ke sekolah, karena sepatu hitam yang biasa ia pakai masih basah setelah dicucinya akibat hujan yang tak kunjung reda.

"Ngapain kok pakai sepatu putih?" tanya Karel yang menunjukkan ketidaksukaannya.

"Mau gaya," jawab Alexa sekenanya.

"Jelek Al, besok jangan pakai sepatu itu lagi," ucap Karel yang membuat Alexa mengeryitkan dahinya.

"Kamu sehat, Karl? Sejak kapan kamu jadi konsultan fashionku?" protes Alexa.

"Pokoknya besok-besok jangan pakai sepatu itu lagi!" ucap Karel sambil meninggalkan Alexa yang terheran-heran dengan permintaan Karel.

"Heran, aneh kok dipiara?!" sungut Alexa.

Belum cukup sampai disitu, suatu kali Alexa yang sedang asyik bersenda gurau dengan teman kelasnya yang lain, tiba-tiba ia mendapat tatapan sinis dari Karel yang membuatnya menghampiri Karel.

"Kok sinis gitu, emangnya aku ngapain?" tanya Alexa yang cukup terganggu dengan tatapan sinis Karel.

"Aku nggak suka kamu ngobrol sama mereka. Mereka itu cewek-cewek badung yang kerjanya main muluk! Terus, coba kamu lihat gayanya, petakilan nggak karuan, pokoknya aku nggak suka!" ketus Karel dan kemudian meninggalkan Alexa yang mematung karena jawaban Karel yang tak disangkanya.

"Karel kenapa sih, kok tiba-tiba aneh begitu?" lirih Alexa yang tidak menyadari maksud dibalik perhatian yang diberikan Karel.

Semua perhatian yang Karel berikan hanyalah sebuah gangguan aneh dan lucu bagi Alexa, sementara itu Karel tidak pernah mengatakan maksud akan perhatian yang ia berikan untuk Alexa.

Tetapi, tanpa mereka berdua sadari, perhatian yang Karel berikan kepada Alexa, mengundang rumor akan perasaan Karel untuk Alexa, yang bertepuk sebelah tangan, karena Alexa tidak pernah menunjukkan sikap yang sama kepada Karel. 

Kedekatan antara Karel dan Alexa pun mulai mengundang perbincangan bukan hanya di antara teman-teman satu kelasnya, tetapi hingga satu angkatan mereka, karena keduanya cukup populer dengan penampilan fisik keduanya yang cukup unik. Selain itu, juga dikarenakan keaktifan keduanya dalam OSIS, dimana Karel menjabat sebagai ketua OSIS dan Alexa sebagai sekretaris.

Tetapi sayangnya kenangan itu, terpendam jauh di dalam hati Karel karena dengan mengingat kebersamaannya bersama Alexa membuat hatinya sakit menahan rasa yang tidak dapat ia jelaskan dan mengerti.

Keesokan harinya, Karel keluar lebih awal di saat mata hari mulai menampakkan wajahnya di laut dengan harapan akan perjumpaannya dengan Alexa. Tetapi sayangnya, hingga cahaya matahari mulai bersinar lembut di pagi hari, Alexa dan ketiga putrinya tidak menampakkan dirinya.

Karel pun memutuskan untuk mendatangi cottage tempat Alexa menginap, tetapi sayangnya ia tidak menemukan siapapun, kecuali petugas cleaning service yang sedang membersihkan cottage.

"Mas, keluarga yang kemarin menginap di sini kemana, ya?" tanya Karel.

"Oh, mereka tidak menginap, Pak. Kemarin setelah Maghrib mereka sudah check-out, Pak," jawab petugas cleaning service.

"Kok aneh, check-outnya malam hari?"

"Setahu saya, ibu itu memang tidak menginap disini, tetapi hanya memakai cottage untuk beristirahat saja," jawab petugas kebersihan.

"Mas, saya bisa minta nomor kontak ibu yang menginap disini ?" tanya Karel penuh rasa penasaran.

"Wah maaf, Pak. Saya tidak tahu dan menurut peraturan yang berlaku, kami tidak diperbolehkan memberikan kontak pelanggan kepada pihak lain tanpa izin atau sepengetahuan yang bersangkutan."

Karel sebenarnya tahu benar akan peraturan yang berlaku di penginapan di seluruh dunia, tetapi ia tetap berusaha mencobanya. Pada akhirnya, Karel harus kembali memendam rindunya untuk Alexa, tetapi sesaat kemudian ia tersadar akan betapa dingin sikap Alexa kepadanya.

"Dari dulu kamu tidak pernah sedikitpun menaruh perhatian padaku, mau sebaik apapun aku. Mungkin rasa ini hanya aku sendiri yang merasakannya, sedangkan kamu tidak. Mungkin seumur hidupku, aku hanya dapat memimpikanmu, Al. Semoga kamu bahagia dengan pria pilihanmu," lirih Karel penuh kekecewaan.

Karel pun menikmati sisa akhir pekan dengan memendam rasa rindu akan Alexa, cinta pertamanya.

Sementara itu, di sebuah hotel di pantai Anyer,  Alexa asyik memandang jauh ke lautan lepas dan menikmati angin yang bertiup lembut menerpa kulitnya sambil menikmati sarapan pagi bersama ketiga putrinya.

"Bu, kenapa kita nggak nginap di resort yang kemarin ?" tanya Kimi, putri pertamanya.

"Harga penginapan di sana jauh lebih mahal dari yang ini. Di sana permalamnya bisa sampai satu juta lebih, kalau disini hanya separuhnya. Jadi kemarin ibu cuma pesan dari jam dua siang sampai jam delapan malam, enam jam aja," jawab Alexa sembari menyeruput capuccino panas di depannya.

"Oh gitu. Eh Bu, ibu merhatiin nggak, kemarin ada bapak-bapak ganteng yang jalan-jalan sendirian di pantai?" tanya Kiara, putri kedua Alexa sambil menaik-turunkan alisnya.

"Ih kamu, bapak-bapak yang mana?" tanya balik Alexa, yang berpura-pura tidak mengerti akan pertanyaan putrinya.

"Itu lho, yang sore-sore itu jalan sendirian, yang tinggi brewokan rada-rada bule gitu. Emang ibu nggak lihat?" tanya Kiara penuh rasa penasaran.

Alexa sebenarnya mengerti akan maksud putrinya, tetapi ia memilih untuk tidak membahasnya lebih lanjut dengan berpura-pura tidak tahu.

"Nggak, ibu nggak lihat. Lagian ngapain ngeliatin bapak-bapak, ntar kalau istrinya tahu bisa rame," kilah Alexa.

"Ish ibu mah, nggak seru! Lagian siapa tahu, si bapak-bapak itu duda yang sedang mencari janda kembang yang memiliki tiga putri yang cantik rupawan seperti diriku ini," canda Kiara sambil meletakkan kedua telapak tangannya di pipinya.

"Kambuhnya sungguh di saat ibu sedang nggak mood. Jadi sekarepmu wae lah," ucap Alexa datar sambil menyantap saladnya.

"Ih ibu, aku pingin ayah baru!" lanjut Kiara dengan menunjukkan wajah kesal.

"Iya Bu, cari duda ganteng trus tajir gitu, Bu. Jadi ibu nggak sibuk ngurusin ini itu, kan nanti punya dayang-dayang yang berbaris rapi menanti perintah," sambung Kimi dengan senyum menggoda.

"Halumu...," sahut Alexa.

"Tuh lihat, Kaiya anteng aja," tunjuk Alexa pada putri bungsunya yang tetap asyik menikmati sarapan paginya tanpa memperdulikan kedua kakaknya.

"Iyalah, Kaiya mah selalu konsentrasi penuh kalau makan," canda Kimi untuk menggoda adiknya.

"Udah, nggak usah gangguin Kaiya. Ayo, segera habiskan sarapannya! Setelah ini, kalian bebas mau ngapain aja, yang jelas ibu mau istirahat," ucap Alexa.

Sesudah sarapan, ketiga putrinya asyik bermain di pantai sementara Alexa memilih bersantai di teras kamarnya yang menghadap langsung ke pantai. Menikmati liburan setelah sepekan penuh menjalankan bisnis kateringnya adalah momen yang selalu Alexa nantikan, semenjak ia bercerai dengan pria yang telah memberinya tiga orang putri.

Pria yang dinilai baik oleh banyak orang, ternyata menyimpan sebuah kebusukan yang membuat Alexa tidak ingin berbagi pengasuhan ketiga putrinya dengan sang mantan.

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status