Liburan singkat di akhir pekan pun berlalu, Karel harus kembali berjibaku dengan rutinitas hariannya di kantor. Tetapi ada yang sedikit berbeda dari dirinya, yang merupakan hasil dari liburan singkat itu, dimana membuat dirinya tampak lebih relaks dan ceria, hal itu terlihat dari raut wajahnya yang tidak sekaku seperti di hari-hari sebelumnya.
Di awal pekan ini, seperti biasanya Sekar akan melaporkan jadwal kegiatan yang harus dihadiri Karel."Pak, barusan saya kirim e-mail jadwal acara peluncuran Instanshopme, Rabu ini di Parkit Hall, Senayan," ucap Sekar yang berdiri di depan meja kerja Karel.Sementara itu, Karel yang sedang menatap layar monitor komputernya pun menjawab, "Iya, ini lagi saya baca.""Oiya Pak, Pak Gunawan berhalangan hadir, jadi beliau meminta Bapak yang mewakili perusahaan," lanjut Sekar dengan berhati-hati, karena ia tahu hubungan antara Pak Gunawan sang direktur utama dengan Karel, terdapat perseteruan yang aneh, dimana Pak Gunawan selalu melimpahkan urusannya kepada Karel jika berhubungan dengan acara promosi atau yang mengharuskan dirinya tampil di publik."Iya, saya sudah tahu. Selalu seperti ini kan? di setiap acara peluncuran produk dia selalu berhalangan dan saya selalu jadi penggantinya," ucap Karel sedikit kesal."Tolong beri saya list nama-nama mitra yang tergabung pada peluncuran besok. Oiya satu lagi, tolong berikan saya nomor kontak untuk setiap mitra," pinta Karel, yang masih tetap menatap lurus ke arah layar monitornya tanpa sedikitpun melihat ke arah Sekar."Baik, Pak, permisi," jawab Sekar yang kemudian meninggalkan ruangan kerja Karel untuk kembali ke mejanya.Reaksi Karel yang sering kali dingin memang bukan rahasia umum lagi, sehingga Sekar yang telah menjadi sekretaris Karel selama hampir dua tahun ini pun tidak pernah terganggu dengan betapa dingin sikap yang ditunjukkan oleh direkturnya ini.Hanya pada momen-momen tertentu saja, Karel dapat bersikap hangat dan humoris. Tetapi itu adalah momen langka yang patut dirayakan.Di tempat yang berbeda, kesibukan di awal pekan pun dirasakan oleh Alexa yang telah memenangkan tender, untuk acara PT. Lazeesfood di tengah pekan. Tetapi sebelum itu, ia harus pergi menandatangani kontrak kerjanya terlebih dahulu, maka di hari Senin itu, selepas jam istirahat makan siang, Alexa pergi menuju kantor manajemen Lazeesfood, ditemani oleh Zasky, asistennya."Bu, kita kesini cuma buat tandatangan aja, kan?" tanya Zasky yang sedang mengemudikan mobil SUV milik Alexa."Iya, cuma tandatangan aja. Kenapa?" tanya balik Alexa, sambil menatap keramaian lalu lintas yang dilewatinya."Nggak papa, cuma menurut informasi yang beredar, katanya salah satu direkturnya ada yang super ganteng dan single, alias duren!" jawab Zasky bersemangat.Mendengar jawaban Zasky, Alexa sudah mengetahui arah percakapan yang akan dibahas oleh asistennya ini, maka ia harus segera menghentikannya, "Huss, kamu ini ! Sekarang itu urusan kerja, bukan nyari duda.""Ih ibu, kan sekalian. Siapa tahu nemplok, trus ceritanya jadi ketika janda bertemu duda, uhuy!" goda Zasky dengan penuh semangat"Halumu harus ditraining lagi," ucap Alexa datar."Apa lagi nih? Halu kok ditraining? Ibu beneran deh, ibu itu butuh duda tajir nan sholih! Pokoknya aku do'ain, biar ibu bisa segera bertemu dengan duda ganteng, tajir dan sholih, trus nggak pake lama langsung nikah! Aaamiiin!" seru Zasky penuh semangat.Tetapi tidak dengan Alexa, ia hanya diam dan tidak mengaminkan do'a yang dipanjatkan oleh asistennya. Hal itu tentu saja membuat Zasky memprotes atasannya, "Bu, kok diem. Diaminin dong?!""Iya, aamiin," jawab Alexa dengan terpaksa.Perjalanan di saat istirahat makan siang itu cukup padat, dimana para pengendara harus menyediakan cadangan kesabaran lebih banyak, jika tidak ingin tekanan darahnya meningkat dengan drastis. Udara yang panas, ditambah asap knalpot, kerlipan lampu rem di belakang kendaraan dan jeritan suara klakson yang berulang-ulang, merupakan perpaduan terbaik untuk menimbulkan stres.Alexa memilih untuk memejamkan matanya, guna merileksasikan pikirannya. Akhirnya setelah melalui beberapa titik kemacetan, Zasky berhasil sampai di lokasi, di sebuah gedung pencakar langit berlantai tiga puluh lima, terpampang megah di depannya.Tanpa menunggu lagi, Alexa dan Zasky memasuki lobby gedung tersebut setelah melewati pintu yang dilengkapi dengan alat pendeteksi logam. Lalu, mereka harus menuliskan data diri pada buku tamu, guna keamanan dan juga untuk mendapatkan tanda pengenal pengunjung. Setelah itu keduanya pun menunggu lift untuk menuju kelantai tiga, tempat kantor HRD PT. Lazeesfood berada.Tak lama menunggu, pintu lift pun terbuka dan keduanya segera memasuki lift yang nyaris kosong itu. Tetapi jantung Alexa tiba-tiba berdegup dengan kencang, ketika ia melihat seorang pria bertubuh tinggi besar yang berdiri di dalam lift dan berdiri tepat di depannya.Keduanya pun berdiri berhadapan dan membeku. Tiada kata dan sapa dari keduanya, hanya saling menatap. Hingga akhirnya pria itu memutuskan keheningan."Assalamu'alaikum, Al."Bibir Alexa kelu, ia tidak dapat berkata apapun untuk menjawab salam dari pria yang pernah menjadi cinta pertamanya itu."Kok nggak dijawab, Al? Apa diriku terlalu memukau?" canda Karel dengan senyum manisnya yang menghipnotis.Mendengar kalimat Karel, secara refleks Alexa memukul lengan Karel dengan tas yang berada pada genggamannya."Astaghfirullah! I'm glad, you're still Al that I know!" seru Karel sambil tertawa kecil dan mengelus-elus lengannya akibat serangan mendadak dari Alexa.Lalu, Alexa menjawab salam dari Karel dan diikuti pertanyaan spontan, "Wa'alaikumsalam. Wait a minute, jangan-jangan kamu direktur bule ganteng yang banyak diomongin orang-orang?"Mendengar pertanyaan Alexa, Karel pun tertawa sejadinya sambil berucap, "Ya Allah, Al! Kamu benar-benar nggak berubah!""Karena aku bukan Satria Baja Hitam, Karl," sahut Alexa santai.Suara nyaring dari lift pun terdengar, menandakan mereka telah sampai pada lantai yang dituju."Hmm aku tahan liftnya atau kamu ikut aku ke kantorku. Kita ngobrol sebentar, eit no nolak nolak!" ucap Karel berbarengan dengan terbukanya pintu lift di lantai paling atas."Lho kok, lantai tiga puluh? Aku kan janjian di lantai tiga?" tanya Alexa kebingungan."Kamu salah naik lift, Al. Kamu barusan naik lift khusus direktur," jawab Karel santai, sebaliknya dengan Alexa yang sesaat itu ingin menghilang karena malu."Please, follow me," lanjut Karel.Mendengar ajakan Karel, membuat Alexa kembali terdiam, ia pun tidak beranjak dari dalam lift."Come on," ajak Karel lagi.Tetapi Alexa masih tetap bertahan di dalam lift tanpa bergerak sedikitpun, membuat Zasky sang asisten tidak tahu harus berbuat apa.Akhirnya Karel menggunakan jurus terampuhnya untuk membuat Alexa mengikuti ajakannya."Kalau kamu tetap di dalam lift, aku akan tarik tanganmu..."Tanpa menunggu lebih lama, Alexa pun melangkahkan kakinya ke luar lift."Nah, gitu dong. So, please follow me," ajak Karel sekali lagi.Dengan berat hati, akhirnya Alexa mengikuti Karel dari belakang."Bu, saya tunggu disini aja, ya," bisik Zasky saat melewati lobby."Nggak, kamu ikut saya!" paksa Alexa."Nggak, ibu aja, saya nunggu disini. Sudah cukup adegan di lift tadi yang bikin saya panas dingin. Saya nggak sanggup kalau harus menyaksikannya lagi, mana pakai acara di dalam ruangan direkturnya. Good luck Bu, fighting!" ucap Zasky sembari mengambil koran dan langsung duduk manis di sofa lobby.Alexa pun memberikan pandangan penuh kekesalan kepada asistennya itu, tetapi Zasky sudah menutupi wajahnya dengan koran agar ia tidak perlu melihat reaksi Alexa.Sementara itu, dengan hati yang dongkol Alexa mengikuti Karel memasuki ruang kerjanya, tetapi sebelumnya ia melewati meja sekretaris Karel dimana ia melihat seseorang yang ia kenal dekat tengah asyik di depan layar komputernya."Sekar, help me!" lirih Alexa kepada Sekar.Mendengar namanya disebut, Sekar pun mencari tahu siapa yang memanggilnya. Ia pun tertawa lirih ketika melihat Alexa sedang berjalan memasuki ruang kerja Karel, lalu ia pun lirih berkata, "Good luck, Mbak."Alexa pun membalasnya dengan ekspresi wajah seolah-olah ia berada di sebuah wahana yang berputar-putar, yang membuat Sekar tertawa.Karel pun mempersilahkan Alexa untuk memasuki ruang kerjanya terlebih dahulu."After you," ucap Karel sambil membuka pintunya.Alexa pun dibuat terpukau oleh keeksklusifan desain ruang kerja Karel, yaitu sebuah ruang kerja yang bergaya maskulin dengan menghadirkan warna alam yang menenangkan. Tetapi kekagumannya berubah menjadi kecanggungan, setelah ia menyadari dimana ia berada.Melihat kecanggungan Alexa, akhirnya Karel berjalan ke arah Alexa dan menarik kursi untuknya."Have a seat," ucap Karel bersamaan dengan senyum manisnya."Thank you," jawab Alexa sambil menduduki kursi di sampingnya."Puasa?" tanya Karel sambil memandang wajah Alexa."Nggak," jawab Alexa sedikit gugup karena pandangan Karel."Two hot cappucino, please," ucap Karel kepada Sekar melalui interkom."Karl...""How are you? Kenapa weekend kemarin pulang duluan?" tanya Karel tanpa basa-basi, karena itulah gaya yang disukai oleh Alexa."I'm good. Kenapa, ya? Karena memang tidak ada rencana nginap disana. Mahal," jawab jujur Alexa yang membuat Karel tertawa kecil."I can pay the bill," ucap Karel setelahnya."I don't want to debt," sahut Alexa cepat."Sejak kapan aku akan menghitungnya sebagai hutang. Aku saja masih berhutang sama kamu, Al. Aku belum sempat mengganti uang SPP kuliahku dulu," kenang Karel akan bantuan yang pernah ia terima dari Alexa agar ia dapat melanjutkan kuliahnya."Aku sudah lupa, emangnya berapa?" tanya Alexa yang memang tidak pernah mengingat bantuan yang pernah ia berikan."Satu milliar," jawab Karel sekenanya.Alexa pun membuang nafasnya dengan kasar, lalu dengan malas, ia berucap, "Aku nyerah, Karl. Langsung to the point aja.""Kamu ada urusan apa ke kantorku?" tanya Karel penasaran."Mau tanda tangan kontrak katering," jawab Alexa cepat, agar ia dapat segera keluar dari ruangan itu."Kontrak katering? Untuk acara apa?" tanya Karel lagi."Lah, kamu kan direkturnya, kok nggak tahu kalau ada acara peluncuran Instanshopme?" jawab Alexa dengan bertanya balik."Oh acara itu? Jadi kamu yang nanganin kateringnya?" tanya Karel dengan hati berbunga-bunga."Iya, pekan lalu aku lolos test food, jadi sekarang tandatangan kontrak kerja," jelas Alexa."Oh gitu, tunggu sebentar, ya," ucap Karel yang segera menghubungi bagian HRD untuk membawakan kontrak kerjasama yang dimaksud."Tanda tangan di sini aja," ucap Karel sambil mengendurkan posisi duduknya agar lebih santai."But, by the way, sejak kapan punya bisnis katering?" tanya Karel penasaran."Sejak dua tahun yang lalu," jawab Alexa yang kembali singkat.Tak lama, terdengar suara pintu diketuk, lalu terlihat Sekar memasuki ruangan dengan membawakan dua cangkir capuccino panas dan diikuti oleh perwakilan dari bagian HRD yang datang membawa lembaran kontrak kerja."Silahkan diminum dulu, terus tanda tangan disini," ucap Karel."Kopinya aman kan?" canda Alexa sambil menyeruput capuccino panasnya."Yang plus sianida, sudah nggak ada, tapi kalau plus dia cinta mungkin ada," balas Karel diikuti dengan senyum nakalnya.Mendengar jawaban Karel, Alexa pun mulai kembali ke karakternya, "Kamu masih usaha, ya?"Mendengar pertanyaan balasan dari Alexa, Karel pun tertawa terbahak-bahak."Kamu nggak berubah, Al, kamu masih seperti Alexa yang kukenal tiga puluh tahun yang lalu," ucap Karel kemudian."Sungguh aneh, padahal aku tidak mengkonsumsi formalin, but kamu juga masih sama, cuma beda di penambahan lemak aja," balas Alexa lagi."But still look sexy, right?""Left, you always look stunning and sexy, that every eyes will follow you," jawab Alexa secara hiperbola yang membuat Karel tertawa.Lalu keduanya terdiam beberapa saat, hingga Karel kembali bertanya dengan mimik wajah yang serius."Al, how are you?" tanya Karel dengan intonasi yang dalam.Alexa pun menarik nafasnya dan menghembuskan perlahan, sebelum menjawabnya, "Not too good, but I'm okay.""Is there anything that I can help you?" tanya Karel dengan mimik wajah yang serius."Nggak ada, Karl. Makasih, for asking.""Apa kabar anak-anak ?" tanya Karel lagi."They are good. How 'bout you?""The kids are good too. They've grown so fast," jawab Karel sambil tersenyum."Karl, mau sampai kapan kita ngobrol basa-basi seperti ini?" tanya Alexa yang sudah mulai tidak nyaman."I don't know, sampai kamu bosan aja, gimana? Soalnya kalau aku nggak akan bosan ngobrol sama kamu, jadi sekarang tergantung maunya kamu gimana.""Karl, are you seducing me?" selidik Alexa dengan memicingkan matanya."Al, kata-kata apa yang berkonotasi dengan seducing yang kamu maksud?" tanya Karel balik sambil menggelengkan kepalanya."Lagian, buat apa aku ngegodain kamu. Kamu adalah the queen of ice, yang sangat sulit untuk dicairkan," tambah Karel.Well, you don't know when you never try, gumam Alexa."Aku tanda tangani disini, kan?" tanya Alexa yang berusaha untuk mengalihkan pembicaraan."Yes, right there.""Setelah dari sini, kamu mau kemana?" tanya Karel."Pulang," jawab Alexa sambil menyerahkan lembaran kontrak kerjanya."Where do you live now?""In a house," jawab malas Alexa."Al?""Masih di rumah yang dulu, aku nggak pindah-pindah kok," jawab Alexa.Membaca bahasa tubuh Alexa yang tampak tidak nyaman, membuat Karel kembali bertanya, "Al, do you hate me?""Why would I ?" jawab Alexa dengan cepat."Because it's been years since we have met, but you don't seem to happy to see me. You're making my heart broken once again, Al," jawab Karel yang benar-benar serius dengan ucapannya."Karl, aku nggak ada waktu untuk gombalanmu. You have a wife, kenapa masih nyari aku?!""Apa kamu nggak dengar gosip tentang direktur duda keren?" tanya Karel sambil menaik-turunkan kedua alisnya."Jadi gosip itu beneran?" tanya Alexa tidak percaya."Yup, itu sangat benar.""Why? Terus, semua status tentang anak-anak dan kamu bersama Meita itu...""Itu masa lalu, Meita sudah memiliki yang lain. Kamu dan aku sama, Al. Kita berdua korban dari pasangan yang tidak setia," ucap Karel dalam."How come, Meita? Seriously?" tanya Alexa sekali lagi karena ia masih belum mempercayai pendengarannya."Iya Al, she has someone else," jawab Karel sambil bersandar pada kursi kerjanya.Mimik wajah Alexa pun melunak, rasa prihatin terpancar dari wajahnya. Lalu, Alexa kembali bertanya, "When?""About a year ago, well almost a year," jawab Karel.Rasa penasaran Alexa pun terus mendera, ia menanyakan semua perihal hak asuh ketiga putra Karel dan juga tentang kepemilikan rumah mewah milik Karel."Untuk anak-anak, mereka sama ibunya. Kami berbagi pengasuhan, tidak ada pembatasan dimana dan kapan," jelas Karel yang terlihat sendu ketika ia mulai membahas tentang anak-anaknya."Untuk rumah, aku kasih ke Meita, agar anak-anak juga tetap nyaman tinggal di tempat dimana mereka biasa tinggal. Aku sekarang pindah ke komplek sebelahnya, yaa mungkin cuma sekitar lima ratusan meter aja, jadi kapanpun anak-anak mau ketemu, mereka tinggal naik sepeda ke rumahku," tambah Karel yang menyiratkan kesedihannya yang mendalam.Alexa pun mencoba kembali bertanya dengan hati-hati, "Jadi setahun ini, kamu tinggal sendiri?""Iya. Kamu mau nemenin aku?" canda Karel dengan senyum lebarnya yang membuat hati Alexa, sesaat terhipnotis.Tetapi, mendengar pertanyaan yang dilontarkan Karel, membuat Alexa melemparkan pulpennya ke arah Karel, tetapi dengan sigap ia menangkapnya sambil tertawa."Kenapa sih, main lempar muluk? Kamu atlet lempar lembing atau apa sih, Al?""Aku mau pulang, urusanku sudah selesai," ucap Alexa sambil beranjak dari kursinya tanpa memperdulikan pertanyaan Karel."Thank you, Al," ucap Karel sambil berdiri untuk mengantarkan Alexa ke luar ruangannya."Duduk aja, Karl. Aku nggak perlu diantar, aku tahu kok pintunya," tolak Alexa yang kembali dengan sikap dinginnya."Assalamu'alaikum," salam Alexa sambil membuka pintunya dan kemudian menghilang dari pandangan Karel."Wa'alaikumsalam," jawab Karel lirih.Mata Karel hanya dapat mengantarkan Alexa hingga pintu ruangannya lalu setelah ia menghilang, sakit kepala itu datang kembali tetapi kali ini ditambah dengan denyut jantungnya yang sangat kencang, hingga membuatnya kesulitan bernafas.Kedatangan Donny di ruang perawatan tempat Alexa dirawat, mengejutkan sang bunda dan Nisa, yang juga masih berada di ruangan dan Nisa yang sama sekali tidak pernah mendengar nama Donny sebelumnya pun merasa perlu untuk tetap berada di ruangan."Maaf Bu, beberapa hari yang lalu saya ke butiknya Al, dari sanalah saya tahu kalau Al mengalami kecelakaan dan dirawat disini," tutur Donny."Maaf Pak, tapi Anda siapa, ya?" tanya Nisa yang tidak mendapatkan informasi apapun akan Donny.Kalau aku jujur, aku akan mengundang masalah baru, tapi aku juga lelah menjadi pria bayangannya Al, tapi aku belum gila, batin Donny.Tetapi, demi menjaga perasaan semua pihak, akhirnya Donny hanya dapat menjawab dengan jawaban teraman."Saya cuma teman lamanya Al. Saya juga datang ke resepsi pernikahan Al dan Karel," jawab Donny sambil memperlihatkan foto-foto kebersamaannya bersama Karel dan Alexa saat berada di resortnya."Maaf, saya baru tahu kalau Al terkena musibah. Makanya begitu saya tahu, saya langsung
Sepekan telah berlalu dan tanda-tanda akan kesadaran Alexa belum juga terlihat. Semuanya masih terlihat sama seperti pada hari pertama, hal ini pada akhirnya membuat Karel gelisah. Ia pun berulang kali menanyakannya kepada dokter yang bertanggung jawab menangani Alexa, walaupun ia hanya mendapatkan jawaban yang sama setiap kali ia menanyakannya."Semua ikhtiar telah kami coba, Pak. Untuk saat ini, kita hanya dapat menunggu kapan ibu Alexa akan sadar. Maaf, hanya itu yang kami dapat lakukan. Mungkin dengan memperbanyak istighfar dan do'a, semuanya akan dimudahkan oleh Allah. Kita tunggu saja, apa rencana Allah dibalik ini semua."Rekaman murottal tiga puluh juz pun bergantian diputar dengan tilawah Al-Qur'an yang dilantunkan Karel atau anggota keluarga lainnya, dengan harapan kesadaran Alexa akan segera terjadi. Bayangan akan kehilangan Alexa untuk selamanya, mulai menghantui Karel dan membuatnya terlihat sangat kusut dan menjadi perhatian dari ibu dan kedua adiknya."Bang, istirahat l
Adzan Isya berkumandang, kondisi Alexa masih belum menampakkan perubahan. Dirinya masih dalam status penurunan kesadaran dan masih dalam perawatan intensif. Keenam putra dan putrinya telah berkumpul untuk melihat kondisi sang bunda, dengan ditemani oleh orang tua Alexa. "Boleh masuk, tapi nggak boleh langsung semuanya. Dua-dua dulu, ya," ucap Mario yang masih berjaga. Putra dan putrinya pun bergantian memasuki ruang perawatan ICU, dimulai dari Rangga dan Kimi. Keduanya melangkah perlahan mendekati Alexa yang tergeletak tak sadarkan diri. Karel yang duduk di samping Alexa, memaksakan dirinya untuk tersenyum ketika Rangga dan Kimi memasuki ruang. Ia pun melambaikan tangannya, meminta keduanya untuk mendekat. "Bi, gimana keadaan ibu?" tanya Rangga, sementara Kimi hanya terdiam memandang sang bunda. "Ya seperti yang kamu lihat, ibu belum sadar. Ibu masih di dunia mimpinya," jawab Karel sambil memandangi Alexa dengan penuh cinta dan sesekali mengelus pipinya. Tetapi, pandangannya bera
"Karl, sepertinya Alexa harus kita MRI, karena...""Do what you have to do, as long as she survive," potong Karel. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Mario segera melaksanakan MRI otak pada Alexa dan hasilnya sesuai dengan dugaannya. Terdapat trauma pada kepala bagian belakang akibat benturan keras, tetapi ada satu hal yang diluar dugaan Mario, yaitu trauma tersebut melukai dinding otak. "Dok, ada luka di dinding otaknya," ucap dokter radiologi kepada Mario yang berada di ruang operator. "Iya, I can see that. Hmm selain itu ada luka atau perdarahan yang lain, nggak?" tanya Mario. Setelah mencari dengan memutar-mutar imagenya, operator MRI pun menjawab, "Sepertinya tidak ada lagi, Dok. Hanya dinding otaknya saja yang luka.""Dok, kalau dinding otaknya luka berarti ada kemungkinan amnesia, kan?" tanya Mario untuk memastikan diagnosanya. "Iya, Dok. Tapi kalau dilihat dari tingkat traumanya, ini masih gegar otak ringan. Jadi kesempatan sembuhnya jauh lebih cepat. Biasanya sih, nggak lam
Dua pekan berlalu, butik yang akhirnya disepakati dengan nama Relax, yang merupakan penggabungan nama Karel dan Alexa, akhirnya resmi dibuka pada Ahad, pukul sembilan pagi. Mengambil tempat di sebuah ruko berlantai tiga, di kawasan eksklusif timur Jakarta, butik Relax berdiri dengan anggun, menggunakan konsep perpaduan antara simply dan shabby chic. Warna putih yang mendominasi dengan dipadukan warna-warna pastel yang lembut, menghadirkan suasana yang menenangkan dan menyejukkan mata. Semua bagian ditata dengan menggunakan elemen-elemen interior yang memiliki kesan ringan dan lapang pada ruangan yang memiliki ukuran delapan kali dua belas meter persegi ini. Busana-busana muslimah telah tergantung rapi di sekeliling ruangan dan dilengkapi dengan sofa serta coffee table yang diletakkan di tengah ruangan. Alexa dan dua asistennya, serta dibantu oleh tiga orang pramuniaga tengah sibuk mempersiapkan pembukaan butik dalam beberapa menit kedepan. "Kasir ready, ya?" tanya Alexa kepada salah
Sebulan sudah Karel dan Alexa hidup berumah tangga, tidak banyak yang berubah dari keseharian mereka berdua. Karel tetap sibuk dengan pengelolaan sirkuit yang juga memiliki area outbound dan lapangan tembak, sedangkan Alexa tetap dengan bisnis kulinernya dan kini merambah pada fashion. Dengan ide-ide segar yang ia miliki, Alexa menghabiskan waktu berjam-jam dengan membuat sketsa dan dilanjutkan dengan pemilihan bahan. Tumpukan sampel aneka jenis kain dan warna, tersusun rapi di salah satu sudut ruang kerjanya. Alexa dan dua asistennya, Karina dan Sabrina, bekerja bersama untuk menghasilkan busana-busana muslimah kekinian tetapi tetap syar'isyar'i, dibantu juga dengan dua penjahit"Rin, tolong kamu bikin polanya, terus kasih ke mang Aksan," ucap Alexa sambil memberikan gambar desainnya. "Baik, Bu."Tetapi, ada sesuatu yang diluar prediksi Alexa, yaitu selama ia bekerja, ia tidak pernah memiliki seorang atasan, karena dia adalah atasan, karena dia pemiliknya. Tetapi, kini ada Karel y