Share

Balada Duda - Janda
Balada Duda - Janda
Author: Chida

1. Pahit

"Biadab kalian!" teriak Rubi saat memergoki suaminya dan salah satu karyawannya sedang bercinta di gudang ruko tempat usaha Rubi yang baru saja berdiri empat bulan.

"Tega kamu, Mas," isaknya memegangi dadanya yang begitu terasa sakit.

"Rubi ... Rubi, ini enggak seperti yang kamu pikirkan. Dia yang paksa aku," ujar Dimas memohon.

"Tega kamu, Mas ...." Rubi terduduk di lantai sementara wanita yang bersama Dimas sedang membenahi pakaiannya.

"Pergi kalian dari sini! PERGI!!" usir Rubi.

"Mbak ...." Mbok Inah membantu Rubi berdiri.

Wanita itu terlihat kacau, sementara Dimas masih berdiri di depan pintu.

"Antar saya pulang, Mbok. Dan kamu, jangan pernah lagi menginjakkan kaki di sini, saya tidak mau melihat kamu di sini atau dimana pun," ujar Rubi menatap tajam ke arah wanita bertubuh mungil itu.

"Rubi ... Rubi dengar penjelasan aku, dia yang menggoda aku, aku khilaf, Sayang," mohon Dimas.

"Aku jijik lihat kamu, Mas ... jangan pernah dekati aku atau sekalipun Tama. Ingat itu!" Ancam Rubi.

"Oh bawa anak kamu ternyata, sudah hebat kamu! Iya! Ini yang nggak aku suka dari kamu, sombong! Merasa bisa sendiri ... Iya! Mentang-mentang aku udah nggak kerja lagi, sekarang kamu merasa hebat!"

"Enggak usah mencari pembelaan diri, Mas. Kamu yang melakukan kesalahan semua kena imbasnya. Sudah berapa kali ini? Aku selalu berusaha memaafkan dan tidak ambil pusing, tapi ini kamu kelewatan! Di tempat usahaku dan dengan karyawanku!"

"Setidaknya dia lebih bisa melayani aku di banding kamu." Dimas tersenyum sinis.

"Terserah kamu, pergi kamu dari sini! Aku sudah muak liat muka kamu!"

"Perempuan sombong! Jangan seenaknya kamu memisahkan aku dengan Tama!"

*****

Enam tahun menjanda bagi Rubi bukanlah hal yang mudah, setelah memergoki sendiri dengan mata dan kepalanya, bahwa suaminya bercinta dengan karyawan toko rotinya membuatnya semakin menguatkan tekad untuk fokus pada usaha dan buah hatinya Tama.

"Ngelamun aja." Inggit mengagetkan Rubi yang sedang duduk menghadap jendela.

"Hei, nggak bilang mau kesini," ujar Rubi.

"Rame?" tanya Inggit.

"Lumayan ...." Rubi melihat sekelilingnya ada sekitar lima orang yang memasuki toko rotinya sekarang, setelah tadi pagi cukup ramai banyak pekerja kantoran yang mengunjungi.

"Catering gimana? Kemarin waktu nikahan si Sopia banyak yang nanya catering kamu, BI," ujar Inggit saat mengingat acara pernikahan sepupunya yang memakai jasa catering Rubi.

"Bantu promo dong," ujar Rubi.

"Pastilah."

"Kerjaan gimana?" tanya Rubi sambil menyodorkan dua lemper ayam dan roti isi coklat. " Mau teh hangat?"

"Boleh," jawab Inggit. "Kerjaan ya gitu lah, lusa keluar kota lagi ... capek aku, BI."

"Enggak boleh ngeluh, kalo enggak mau capek ya nikah, ngurus suami sama anak aja." Rubi tertawa.

"Tambah capek," kekeh Inggit.

"Oh ya, tau kan perusahaan food and beverage yang pernah aku ceritakan itu.

"Oh yang bangunannya kalian yang desain, proyek besar kan waktu itu?" Rubi mencoba mengingat ingat kembali.

"Iya, direkturnya ganti ... katanya sakit, padahal baik banget."

"Semua kan ada masanya, Nggit." Rubi ikut mencomot lemper ayam di atas piring.

"Lemper aku itu, piye toh?" Inggit dan Rubi tertawa.

"Kalo ada butuh-butuh catering kasih tau aku ya, Nggit ... lumayan buat bayar cicilan hutang modal usaha toko," kata Rubi.

"Enam tahun, Bi. Tokomu ini sudah banyak yang tau, tinggal konsepnya di besarkan lagi, di matengin," kata Inggit.

"Iya, tapi kan tetep butuh modal juga." Rubi mendegus.

"Tama sehat? Udah lama aku nggak nengokin cah ganteng itu ... masih mirip kamu kan?" Inggit tertawa.

"Iyalah, jangan sampe mirip bapaknya. Amit-amit jabang bayi." Rubi mengusap perutnya.

Mereka lalu terdiam, saling pandang lalu asyik dengan pikiran masing-masing.

"Kemarin aku ketemu dia." Inggit kembali membuka obrolan.

"Siapa?"

"Dimas," jawab Inggit.

"Sudah aku bilang, aku nggak mau tau lagi tentang dia ....' Rubi mendegus, rasanya malas sekali tahu berita tentang lelaki itu sama saja memberi rasa pahit di tenggorokannya.

"Kabarnya sudah cerai lagi ....." Lagi-lagi mereka saling berpandangan.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Aam Aminah
laki-laki kayak gitu harusnya disunat lagi
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
emang gk beres tuh laki laki rubi kuat
goodnovel comment avatar
Ella Reina
Seru nih, menceritakan sosok wanita yg mandiri. Aku suka ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status