Share

4. Bersatu kita teguh, Bercerai Daddy ditabok Mommy

"No Daddy." Anya dan Boy berteriak keras saat melihat Rhoma mendapatkan bogem mentah hingga membuat Rhoma terpelanting ke lantai.

Anya dan Boy dengan cepat berlari ke bawah, Anya mengambil stik golf milik Rhoma dan Boy mengambil panci yang entah kenapa ada di lantai.

"Hiya ...." Anya melayangkan stik golf ke arah pria yang menonjok Rhoma hingga membuat lelaki itu mengaduh kesakitan. "Pergi!?"

Boy melayangkan pancinya mengenai orang yang ada di belakang pria yang menonjok Rhoma. "Pergi ... mau aku teriaki maling, hah?" teriak Boy yang kembali membawa benda apa pun yang ada di bawah kakinya dan melemparkannya ke arah gerombolan yang mendatangi rumahnya.

Kegaduhan tidak terelakkan lagi, terlihat Anya dengan beringas melayangkan stik golf ke berbagai penjuru arah membuat beberapa orang di sana mundur, sedangkan Boy mengambil benda apa pun yang ada di kakinya mulai dari bantal, panci, gelas, remote TV, ulekan hingga benda apa pun yang tercecer akibat kegiatan pembersihan rumahnya tadi.

Ani yang keluar kamar karena mendengar ribut-ribut kaget dan langsung berlari keluar rumah mencari pertolongan dari satpam Komplek, ia tidak bisa meminta bantuan dari satpam dan pembantu di rumahnya karena ternyata semua pegawai sudah dipulangkan oleh Rhoma. Beruntung ada satpam kompleks yang sedang berpatroli dan masuk menolong.

Saat masuk kembali ke dalam rumah Ani kaget saat mendapati Anya sudah memukuli orang yang tidak ia kenali dengan stik golf dan Boy saat ini sedang berlindung di balik sofa karena menerima lemparan dari orang-orang tidak dikenal sedangkan Rhoma terkapar tak berdaya di lantai.

"Dasar kurang ajar, pergi kamu!?" Anya berteriak sembari terus mengayunkan stik golfnya seperti samurai, entah dapat ketrampilan dari mana Anya sampai bisa melakukan semua itu. Ternyata bila seseorang kepepet akan menunjukkan keahlian terpendamnya, mungkin saja dulu Anya adalah salah satu pendekar dari dari pedalaman A****n.

"Sakit, Woi ... mau macam-macam ama anak STM, hah!?" teriak Boy sembari mengambil hiasan yang terbuat dari batu dan melemparkannya hingga mengenai kepala salah satu orang yang ada di sana.

"Hai, kamu ambil barang-barang di kamar, buat jaminan," perintah orang yang menggunakan baju biru.

Dua orang tersebut masuk ke dalam kamar utama dan mulai mengambil apa pun yang bisa diambil. Salah satunya yang mengenakan baju merah terlihat sedang mengambil barang-barang yang ada di meja rias.

"Kamu ngapain bawa itu semuanya?" tanya lelaki  bertato kelabang, "buat apa kamu bawa itu semua nggak guna."

"Eh ... baca ini concealer, foundation, sama ini curling iron," ucap lelaki berbaju merah.

"Buat apa, nggak guna itu."

"Eh ... semua yang ditulis pakai bahasa inggris pasti lebih mahal. Kaya es teh manis harganya 2000 nah, kalau ice tea, kan, bisa jadi 20.000 ribu. Sama pasti kaya barang-barang ini," ucap lelaki berbaju merah itu sambil mengambil semua barang-barang yang ada di sana hingga tak bersisa.

"Bener juga, ayo ... bawa semuanya," ucap lelaki bertato kelabang lalu berlari keluar kamar dan mendapati seorang wanita yang tak lain dan tak bukan adalah Ani yang sedang menatap semua kekacauan di sana dengan tatapan yang seolah bisa menelan semua orang.

"Astaga ... diam, stop!? Stop!?" teriak Ani dengan suara yang membuat semua orang di sana berdenging. "Stop!?"

Ani mengedarkan pandangan membunuh pada semua orang yang ada di sana, ia berkacak pinggang dan menunjuk orang yang menonjok Rhoma. "Kamu ... kamu ngapain ke sini!? Ada apa ini? Datang tak diundang tiba-tiba bikin rusuh di rumah orang, hah!" teriak Ani geram bukan main, saat ini ia sedang dalam mode siap membunuh siapa pun yang membuat ulah.

"Saya kesini mau tagih hutang!? Laki kau itu, punya hutang ke bos kami dan tidak dia bayar!? Sudah telat tiga bulan," ucap lelaki berwajah menyeramkan yang makin menyeramkan karena habis dihajar oleh Anya dengan stik golf-nya, "malah saya dipukuli sama dua barongsai ini!?"

"Eh ... monyong, situ yang awalnya tonjok Daddy kami, yah, kami bales, lah. Sekarang malah panggil kita barongsai!? Monyong," maki Anya sembari mengangkat stik golfnya siap menghajar lelaki itu lagi.

"Anya stop!?" teriak Ani yang kepalanya mulai pusing akibat kelakuan keluarganya. "Sudah kalian pulang!? Urusan hutang kamu cari aja si Kean!" maki Ani yang masih dendam kesumat dengan Kean yang sudah mencuri semua aset milik keluarganya hingga membuat mereka terlilit hutang. Sialan.

"Nggak bisa, Bu, hutangnya atas nama Rhoma, bukan Kean," ucap pria itu lagi.

Argh ... kepala Ani serasa mau pecah saat mendengar perkataan lelaki itu, seandainya Kean ada di hadapannya mungkin saat ini lelaki itu sudah habis ia kuliti dan dibakar hidup-hidup dan abunya disebar di pedalaman Atambua.

"Ya, udah pulang kalian semua ... nanti saja kalau suami saya sudah sehat kalian balik lagi, Pak, tolong usir orang-orang ini, pusing saya liatnya," perintah Ani.

"Tapi, hutan—"

"Heh ... Minyak Rem!? Mata kalian picek atau butuh obat tetes mata, hah!? Nggak kamu liat itu suami saya sudah terkapar tak berdaya di lantai? Mau bayar hutang pake apa? Dia terkapar itu, malah kalau kalian bikin ulah saya laporkan ke polisi karena sudah menganiaya suami saya, menerobos properti orang dan menagih hutang tidak sesuai SOP!?" sentak Ani sembari mengambil stik golf dari tangan Anya dan mengacungkannya ke arah orang-orang yang menagih hutang.

"Anya ... telepon kantor polisi," perintah Ani pada Anya yang dengan sigap mengambil ponselnya dan mengutak-atik layarnya.

Melihat Anya yang mengutak-atik layar ponselnya membuat para penagih hutang tersebut mundur, mereka dengan cepat pergi dari sana bersama dengan satpam Komplek.

"Rhoma, siapa mereka? Ngapain mereka ke sini dan ambil berani barang-barang kita, kamu punya hutang apa lagi?" tanya Ani sembari mengompres tulang rusuk Rhoma.

"Mereka anak buah lintah darat dan dari salah satu biro debt collector yang mau tagih hutang Kean."

"Om Kean yang minjem kenapa Daddy yang bayar?" tanya Boy bingung dan menatap Rhoma yang berusaha mengalihkan pandangan dari Ani.

"Rhoma!? Jangan bilang Kean yang minjem tapi, pakai nama kamu dan sekarang, kamu yang kena!?" teriak Ani dengan suara yang membahana dan membuat Rhoma mengangguk pasrah.

"Astaga, Rhoma!?" teriak  Ani sembari memukuli suaminya itu dengan keras.

"Ani ... tenang Ani, tenang ... semua masalah bisa dipecahkan asal kita bersatu." Rhoma menggenggam tangan Ani berusaha menahan amarah istrinya, "ingat Ani keluarga kita harus bersatu, seiya sekata dan seirama sesuai dengan nama keluarga kita, keluarga berirama."

"Iya bersatu kita teguh, bercerai Daddy ditabok Mommy," canda Boy yang langsung mendapatkan lirikan maut dari Ani.

"Mommy," panggil Anya.

"Apa Anya?" tanya Ani yang sudah mulai kembali tenang emosinya.

"Tadi Mommy nyuruh aku buat telepon kantor polisi, tapi ... nomer teleponnya berapa? Anya nggak tahu."

"Astaga, Anya!? Dari tadi kamu nyari nomer telepon polisi?" pekik Ani yang kembali merasakan tekanan darahnya makin tinggi karena kebodohan Anya.

"Iya Mom.” Anya  hanya bisa tersenyum malu-malu karena menyadari kebodohannya yang hanya bisa dijawab tepukkan jidat oleh semua orang di sana.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Callah
wkwkwkwkkk anyaa lolaaaaa..... br ngeh td pan anya yg mw beli tas doraemon 34jt yaak laaahh anak kuliah beli tasnya msh doraemon.... astajiiimmm anyaaaa anyaaaa.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status