"Membawa pelakunya."Jawaban Zhuge Yue sukses membungkam mulut Ming Yuan.Gadis kecil yang barusan bertanya-tanya kini nyaris tidak bisa berpikir.Setelah beberapa saat ia kembali bertanya. "Bukan kita?""Bukan." Cepat jawaban Zhuge Yue. "Persiapkan dirimu, sebentar lagi kita kembali ke Pagoda Angle.""Baik, Shi Fu!"Zhuge Yue berjalan meninggalkan kamar. Sedang Ming Yuan tetap di tempat, memperhatikan sisa sisa Prajurit yang berlarian teratur itu.***Zhuge Yue duduk dengan kaki menjuntai pada salah satu dahan pohon persik. Pakaian yang dikenakan putih berpadu warna persik itu sendiri, sehingga keberadaannya tidak mudah diketahui.Pandangan Zhuge Yue lurus ke depan. Yakni pada sebuah kediaman salah seorang pejabat, yang Zhuge Yue pahami memiliki hubungan kurang baik dengan Pejabat yang dibunuh Ming Yuan atas perintah dirinya.Zhuge Yue sengaja menjadikan pejabat tersebut kambing hitam. Lagi pula, selain ia yang diklaim tidak punya hubungan baik dengan mendiang, Zhuge Yue juga telah m
Hia hia hiaJenderal Song Wei diikuti pengikut setia dan beberapa Prajuritnya memasuki kawasan hutan, yakni satu-satunya jalur meninggalkan Kota."Kepergian mereka belum sampai satu dupa! Mereka juga tidak menggunakan fasilitas apapun! Kemungkinan besar mereka masih di sekitar sini! Berpencar!" Perintah Jenderal Song Wei, lantang.Beberapa Prajurit pergi ke arah timur dan barat, sedang Jenderal Song bersama pengikutnya pergi ke arah Selatan.Hia hia hiaKuda-kuda mereka tangkas dan gesit. Mereka lihai melewati jalanan licin dan berair. Dan sejauh mereka mencari Zhuge Yue juga Ming Yuan, mereka hanya dibuat kesal karena keberadaan kedua orang itu seperti angin. Tak sama sekali terlihat meski mereka yakin keduanya ada.Mereka tidak tahu, Zhuge Yue dan Ming Yuan berada di dahan yang sama dalam pakaian serupa, tetapi pedang panjang telah menggantung di balik punggung secara kokoh.Pandangan keduanya tajam ke arah mereka, di bawah sana. Setelah mereka pergi ke titik lain, keduanya memulai
"Shi Fu! Kau harus membuka seluruh pakaianmu!"Zhuge Yue mendelik. Belum juga ia memberikan jawaban, Ming Yuan sudah lebih dulu menarik tali pengait jubahnya, hingga turun sudah jubah luar pria itu, disusul turunnya jubah dalam, dilanjut pakaian tipis yang hampir memperlihatkan tiap otot Zhuge Yue."Shi Fu." Ming Yuan tanpa malu menatap dua titik hitam di dada Zhuge Yue. "Itu seperti milikku tapi punya Shi Fu kempes."Wajah Zhuge Yue langsung memerah. "Bodoh!"Ming Yuan terkekeh, lanjut melepas pakaian dalam Zhuge Yue, dan kini Zhuge Yue dalam keadaan setengah telanjang."Bagus!" Ming Yuan berkata penuh semangat.Zhuge Yue pikir, Ming Yuan tengah memuji tubuhnya yang besar berotot. Ia pun tak bisa menahan senyum tapi senyumannya dengan cepat memudar ketika Ming Yuan menambahkan."Bagus! Jika seperti ini, aku akan lebih mudah mengobati luka Shi Fu."Zhuge Yue mendengus dingin, memalingkan wajah. Sementara Ming Yuan telah menanggalkan lilitan kain yang sebelumnya ia pasang. Ia lalu meng
Jenderal Song Wei diminta menghadap Kaisar usai Jenderal yang ditugaskan sebagai penyidik melaporkan perintah Jenderal Song Wei.Sekarang Jenderal Song Wei dan Kaisar telah berhadapan-hadapan satu sama lain."Jadi, apa yang membuatmu menghentikan mereka, Jenderal Song?" Kaisar bertanya sembari membuka lembaran petisi dari pejabat daerah.Jenderal Song membalas penuh hormat. "Menjawab, Paduka. Ampun atas kelancangan hamba, Paduka. Akan tetapi, hamba yakin betul, kalau Pelaku pembunuhan pejabat kala itu bukan Perdana Menteri Pertahanan."Kaisar bergeming. Matanya tampak serius pada petisi yang dibaca. Akan tetapi, otak pria tua itu tidak sedang tertuju kesana, melainkan pada ucapan Jenderal Song Wei."Lalu, apa kau menemukan siapa Pelaku yang tepat?" Tanya Kaisar setelah beberapa saat. "Menjawab, Paduka. Hamba sudah mencurigai dua orang, yang terlibat secara langsung, sekaligus melibatkan orang lain.""Oh, siapa mereka?""Hamba tidak tahu pasti siapa mereka, tetapi hamba yakin jika mer
Jantung Zhuge Yue nyaris melompat. Tubuhnya seketika sekaku tiang. Tangan yang diam di tempat, seperti batu _ keras sekali.Ming Yuan lantas merenggangkan pelukannya dan pindah posisi di depan Zhuge Yue. "Shi Fu! Terima kasih."Zhuge Yue menatap netra gadis kecil itu. Rasanya masih sama seperti kali pertama ia lihat. Ia berkedip, sambil menelan ludah kasar."Shi Fu telah begitu baik padaku. Aku berjanji akan menjaga Shi Fu selamanya."Zhuge Yue terdiam. Pria itu tidak mengerti apa maksud Ming Yuan. Tapi satu hal yang ia pahami, gadis kecil bernama Ming Yuan itu teramat polos padahal usianya sudah hampir 17 tahun."Shi Fu!" Ming Yuan lebih mendekatkan wajahnya, sehingga Zhuge Yue spontan melangkah mundur, hampir terjungkal."Shi Fu!" Ming Yuan sigap menangkap tangan Zhuge Yue. Rasanya dingin, jauh lebih dingin dari air Danau Angle."Shi Fu masih sakit." Pikir Ming Yuan. "Ayo kembali ke dalam. Angin malam tidak terlalu baik untuk tubuh."Ming Yuan mendadak seperti orang tua. Gadis itu m
HiiiRombongan utusan dari istana akhirnya sampai di Pagoda Angle. Semuanya melompat turun dari kuda masing-masing.Pandangan mereka akan Pagoda Angle yang menyeramkan, kini terpatahkan saat itu juga.Tempat yang disebut-sebut sebagai tempat iblis bersemayam itu, terlihat jauh lebih indah dari Pagoda di Ibu Kota sekalipun. Bahkan keindahan semakin bertambah dengan adanya Danau Angle yang begitu jernih dan tenang.Sekarang para utusan itu memandang sekeliling Pagoda Angle dengan terkagum-kagum. Kekaguman mereka pun bertambah setelah beberapa burung hinggap di setiap dahan dan atap Pagoda, memberikan kicauan merdunya.Ketenangan kental terasa. Guru Kekaisaran yang mulanya khawatir, sekarang yakin betul, kalau kehidupan Zhuge Yue di tempat ini jauh dari kata menderita.Setelah beberapa saat mengagumi, lekaslah Jenderal Song Wei menyerukan kedatangan semua utusan."Yang Mulia! Kami diutus Paduka menjemput anda!"Seruan Jenderal Song Wei sampai di telinga Zhuge Yue dan kedua orangnya. Mere
Waktu bergulir.Zhuge Yua beserta yang lain akhirnya sampai di Ibu Kota.Zhuge Yue seorang Pangeran. Meski kepergiannya meninggalkan rumor buruk, tetapi kepulangan pria itu tetap disambut hangat para penduduk.Mereka berbaris rapi di sepanjang jalur Ibu Kota menuju istana. Mereka tampak saling bisik membisik membicarakan ketampanan Zhuge Yue, yang semakin bertambah sekaligus membicarakan gadis yang duduk satu kuda dengannya."Itu yang bernama Ming Yuan," kata salah seorang gadis muda.Gadis muda lain menanggapi, "Pantas Pangeran Mahkota sampai rela namanya tercoreng, ternyata perempuan itu sangat cantik.""Aku tebak, jika saat itu Nyonya Ming Yuan tidak diambil Pangeran, kemungkinan besar posisi Ratu Hongye akan tersingkirkan.""Ssst!"Zhuge Yue mengarahkan pandangannya pada mereka. Itu seakan memperlihatkan kalau ia tidak rela bila Ming Yuan jatuh ke tangan Kaisar, ayah kandung Zhuge Yue sendiri."Kendati demikian, tindakan Pangeran ini termasuk tercela.""Benar, bagaimana mungkin se
"Tidak!!!"Ratu Hongye berteriak saat ia terbangun dari tidurnya, dan langsung mengambil cermin perunggu.Pelayan wanita itu bergegas masuk. "Yang Mulia, ada apa?"Ratu Hongye melempar cermin perunggu tadi. Wajahnya yang penuh gatal seketika tampak.Pelayan yang menghampiri spontan mengambil langkah mundur. "Yang Mulia ...""Wajahku semakin parah! Aku tidak bisa membiarkan ini terus berlanjut!" Ratu Hongye marah sambil menangis. "Paduka … paduka juga sejak saat itu, tidak pernah datang kesini lagi."Tangisannya kian kencang. Beberapa Pelayan yang berada di luar kamar, pun dapat mendengar tangisan wanita tersebut."Sejak Yang Mulia Ratu terkena penyakit buatan tangan nakal itu, Paduka belum pernah datang kesini. Entah sekedar menanyakan kabar atau menjenguk sekilas," ujar salah seorang Pelayan.Pelayan lain menanggapi. "Iya, wajah Yang Mulia Ratu semakin parah. Paduka sudah jelas enggan melihat hal itu.""Apa kau sudah dengar? Pangeran Zhuge Yue telah kembali ke Ibu Kota. Kemarin, Jend