Share

Balas Dendam Lady Neenash
Balas Dendam Lady Neenash
Penulis: Puziyuuri

Prolog

"Hukum mati wanita jahat itu!"

"Hukum mati wanita iblis itu!"

"Demi Saintess, bunuh dia!"

Teriakan penuh amarah memenuhi udara. Seorang gadis berpakaian lusuh dan tubuh penuh memar diseret paksa menaiki panggung di alun-alun kota. Telur busuk bahkan batu dilempar ke arahnya.

Bruk!

Tubuh ringkih mengempas lantai kayu. Darah mengalir dari kening si gadis, mengotori rambut peraknya. Pria bertubuh kekar yang menyeret gadis malang itu tak sedikit pun iba. Dia malah tersenyum mengejek, lalu meludahi wajah jelita yang kini penuh luka.

"Hari ini, kau akan menerima hukumanmu, Wanita Iblis! Aku tak akan memaafkan siapa pun yang berani melukai Lady Cherrie," desis pria berwajah dingin itu tajam.

Dia tiba-tiba menghunus pedang. Cahaya matahari menerpa senjata yang dibuat dari logam terbaik itu. Kilauannya membuat si gadis pesakitan memejamkan mata. Seruan untuk mempercepat eksekusi bercampur makian semakin membahana.

"Matilah kau, Wanita Iblis!" seru pria berwajah dingin. Pedang dengan ukuran tulisan kuno itu diangkat tinggi-tinggi, siap memenggal kepala gadis tak berdaya di hadapannya.

Alun-alun mendadak terjebak dalam keheningan. Seluruh mata terpusat ke panggung, menunggu adegan eksekusi. Ketegangan berpadu dengan euforia. Seluruh rakyat tampak tak sabar hendak menyaksikan hukuman mati terdakwa.

"Tunggu!" Jeritan panik memecahkan keheningan.

Gerakan pedang tertahan di udara. Semua orang mengalihkan pandangan ke asal suara. Gadis berambut keemasan tergopoh-gopoh menuju alun-alun.

"Hentikan ini, Tuan Duke!" seru si gadis berambut keemasan. Mata sendunya tampak berkaca-kaca.

Tatapan dingin pria pengeksekusi berubah hangat. Dia menghampiri gadis berambut keemasan.

"Lady, Anda belum sehat benar, kenapa Anda malah ke sini?" tanyanya dengan nada cemas.

Gadis berambut keemasan menggeleng pelan, lalu berkata dengan suara bergetar, "Saya tak bisa membiarkan Lady Neenash dihukum dengan kejam. Dia memang bersalah, tapi saya sudah memaafkan."

Pria berwajah dingin menghela napas berat.

"Inilah yang selalu membuat kami mengkhawatirkan Anda, Lady. Anda terlalu baik hati–"

"Ppptt ha ha ha, ini lucu sekali. Pertunjukan yang sangat lucu ha ha ha." Tawa gadis terdakwa memotong ucapan pria berwajah dingin.

"Apa yang kau tertawakan, hah?" bentak pria berwajah dingin.

Matanya mendelik tajam. Gadis terdakwa malah menyeringai. Dia mendongak dan menatap nyalang.

"Saya hanya merasa sandiwara Lady Cherrie untuk berpura-pura baik sangatlah lucu. Saya tidak perlu dimaafkan oleh wanita licik," sahutnya.

Pria berwajah dingin menggeram. "Dimaafkan pun tetap tak tahu diri! Kau benar-benar iblis!" serunya dengan pedang teracung.

Namun, si terdakwa tampak tak gentar sedikit pun. Mata dengan tatapan hampanya malah seperti menantang. Bibirnya menyunggingkan senyuman sinis.

"Kumohon, Tuan Duke. Tak apa jika Lady Neenash menyakiti saya. Saya tak ingin ada kekejaman di sini," sergah gadis berambut keemasan tiba-tiba.

Gadis terdakwa tertawa sinis. "Tak perlu berpura-pura baik, Nona Saintess. Bukankah Anda sedang merayakan detik-detik kematian saya?" ejeknya.

Gadis berambut keemasan seketika terisak. Tubuhnya yang terlihat rapuh berguncang hebat. Dia tampak begitu syok sebelum akhirnya tak sadarkan diri.

Alun-alun menjadi ricuh. Makian kepada terdakwa bersahutan. Pria berwajah dingin hendak menggendong sang saintess. Namun, pria berambut merah dan bermata emas tiba-tiba datang dan mendahuluinya.

"Lanjutkan eksekusi Lady Esbuach! Biar aku yang mengurus Lady Cherrie!" titah pria bermata emas.

"Baiklah, Yang Mulia Putra Mahkota," sahut pria berwajah dingin dengan takzim.

Setelah sang putra mahkota membawa pergi sang saintess, eksekusi dilanjutkan. Pria berwajah dingin kembali mengangkat pedang. Sementara itu, gadis terdakwa memejamkan mata dalam kepasrahan. Peristiwa demi peristiwa penting dalam hidupnya melintas dalam benak, ingatan-ingatan buruk yang memicu eksekusi hari ini.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status