Share

Perayaan ulang tahun CEO

Sudah hampir satu tahun berlalu, Thalita menjadi sekretaris Diko. Walaupun terkadang pekerjaannya tak masuk akal, Thalita berhasil membuat Diko kagum dengan segala hasil pekerjaannya. Sekarang, wanita itu bahkan sedang mempersiapkan perayaan ulang tahun untuk sang CEO yang terkenal tampan namun sangat galak itu.

“Apa kamu melihat Thalita?” tanya Diko pada orang ke sekian dan masih mendapat jawaban yang sama, tidak ada yang melihat Thalita. Padahal lima menit lagi pesta ulang tahun Diko akan dimulai namun wanita itu belum juga menampakkan dirinya.

Diko mencoba menelepon Thalita untuk ke sekian kalinya namun masih sama, tidak ada jawaban dari gadis itu. “Huft! Kamu ke mana sih sebenarnya,” desah Diko merasa kesal sendiri.

Semua karyawan menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Diko, namun Diko merasa aneh karena kue ulang tahunnya tidak berada di tempatnya. Tanpa Diko tahu, ternyata semua ini adalah bagian rencana untuk memberi kejutan padanya. Thalita tidak menampakkan dirinya hingga tiba saat Diko akan meniup kue ulang tahunnya, barulah gadis itu muncul dengan membawa kue ulang tahun untuk sang CEO.

“Selamat ulang tahun ya Pak Diko,” ucap Thalita di tengah keramaian seraya membawa kue ulang tahun Diko.

“Terima kasih Thalita, saya kira kamu tidak datang,” ujar Diko dengan wajah berseri bahagia yang tidak bisa ia bendung lagi.

“Sama-sama Pak, sekarang Bapak make a wish dulu ya,” pinta Thalita dengan menyodorkan kue ulang tahun untuk ditiup Diko.

Diko mulai memejamkan matanya dan berdoa dalam hati. “Tuhan, tidak banyak inginku kali ini aku hanya ingin Kau jatuhkan hatiku pada orang yang tepat. Dan tolong bantu aku untuk membalas rasa sakit hatiku pada mereka, Amiin,” doanya dalam hati seraya meniup lilin di kue ulang tahunnya.

Semua karyawan larut dalam kesenangan menyambut bertambahnya usia CEO mereka, Diko Argawinata yang kini telah resmi berusia 27 tahun. Di usianya yang sudah terbilang cukup matang untuk membina sebuah rumah tangga, namun Diko sama sekali belum memikirkan hal tersebut meskipun kedua orang tuanya selalu menanyakan kapan anak kesayangan mereka segera membawa seorang wanita ke rumah untuk diperkenalkan sebagai calon istri.

“Pak Diko, ini ada kado dari beberapa karyawan dan klien ARGA Advertising mau di letakkan di mana ya?” tanya seorang office boy.

“Oh ya kamu letakkan saja di ruangan saya, kamu tata serapi mungkin nanti saya akan ke sana,” perintah Diko.

“Baik Pak Diko, saya permisi,” sahut seorang office boy seraya berlalu membawa kado-kado untuk di letakkan di ruangan Diko.

Diko mencari keberadaan Thalita, lagi-lagi ia kehilangan wanita itu. Ia mengedarkan pandangan memutari seluruh ruangan, hingga berhenti pada satu tempat ia melihat Thalita sedang bersama seorang pria serta beberapa rekan kerja lainnya yang terlihat cukup akrab. Namun dengan orang yang di sampingnya, Thalita dan pria itu seperti seorang kekasih yang sedang bersenda gurau. Karena rasa penasaran dengan pembicaraan mereka, Diko berjalan menghampiri mereka.

“Benar kan Nik, Thalita dan Joe itu sangat serasi sekali pokoknya. Tinggal tunggu peresmiannya aja nih, hehe” goda Cya pada Thalita dan Joe.

“Benar sekali itu, masa kalah sama kita yang sudah go public lebih dulu ya kan sayang,” sahut Niko, kekasih Cya menimpali.

“Kalian ini bicara apa sih, aku dan Joe sudah nyaman begini saja ya kan Joe?” tanya Thalita meminta persetujuan pada Joe.

“Iya, tapi kalau mau lebih ya tidak apa-apa sih aku siap hehe,” jawab Joe dengan terkekeh pelan.

“Apa sih kamu ini, tidak lucu ah ...” ujar Thalita seraya menepuk pelan lengan Joe.

Mendengar jawaban Thalita semuanya tertawa karena gemas dengan tingkah pasangan ini. Sebenarnya Joe memang memendam perasaan pada Thalita, dan Thalita jelas tahu benar akan hal itu. Namun ia sudah menegaskan pada dirinya bahwa ia tidak ingin memiliki kekasih untuk saat ini, ia hanya ingin fokus bekerja untuk membantu kakaknya membiayai pengobatan ayah mereka yang mengidap penyakit jantung.

Samar-samar Diko mendengar pembicaraan mereka, meski dari jarak yang cukup jauh namun lelaki itu cukup mengerti ke mana arah pembicaraan mereka. Akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk menghampiri Thalita dan memilih kembali ke ruangannya.

“Apa sebenarnya hubungan Thalita dengan pria itu, Thalita tidak boleh sampai jatuh cinta pada pria mana pun karena itu dapat merusak semua rencanaku,” geram Diko seraya mengepalkan kedua tangannya.

**

Setelah pesta usai dan semua kembali pada pekerjaan masing-masing, termasuk juga Thalita. Wanita itu memasuki ruangan Diko untuk meminta tanda tangan pada dokumen yang telah selesai ia kerjakan.

“Selamat siang Pak, saya mau meminta tanda tangan Bapak di sebelah sini,” tunjuk Thalita pada dokumen yang harus di tanda tangani Diko.

Diko termenung menatap wajah Thalita, ia terdiam beberapa saat sampai Thalita membuyarkan lamunannya dengan memanggil nama Diko beberapa kali.

“Pak Diko ... Pak ... Pak Diko,” panggil Thalita dengan meninggikan sedikit suaranya, seraya melambaikan tangannya di depan wajah Diko.

“Ah ya, maaf ... siapa pria tadi?” tanya Diko spontan mengutarakan pertanyaan yang sejak tadi berputar di kepalanya.

“Maksud Pak Diko, pria yang mana?” tanya Thalita balik karena tidak mengerti dengan yang dimaksud Diko.

“Pria yang mengobrol dengan kamu tadi, tampaknya kalian akrab sekali. Apa kalian memiliki hubungan?” tanya Diko dengan rasa ingin tahu yang semakin tidak terkontrol. “Apa yang kamu lakukan sih Diko, aduh ... ini mulut tidak bisa di rem,” batinnya seraya menepuk pelan bibirnya.

Thalita mengernyit heran melihat tingkah atasannya itu. “Maaf Pak Diko, saya rasa saya tidak perlu menjawab pertanyaan Bapak karena itu menyangkut privasi saya,” jawab Thalita tegas.

“Saya tidak bermaksud untuk mencampuri privasi kamu, saya hanya tidak ingin karyawan saya tidak fokus bekerja karena terlalu asyik berpacaran,” kilah Diko.

“Tapi saya dan Joe tidak berpacaran Pak Diko,” sahut Thalita membela dirinya.

“Ya baguslah kalau memang kalian tidak berpacaran, ingat ya pesan saya tadi saya tidak mau kalian sampai hilang fokus dan membuat pekerjaan jadi berantakan,” tutur Diko. “Baguslah, kamu tidak boleh dimiliki siapa pun Thalita,” batinnya.

“Maaf sekali lagi ya Pak Diko, saya ke sini ingin meminta tanda tangan bukan untuk berdebat hal yang tidak penting seperti ini. Masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan, jadi saya minta tolong sekali Bapak tidak membahas hal itu lagi.”

“Saya juga tidak ingin membahas hal tidak penting seperti ini, pekerjaan saya jauh lebih banyak dibanding kamu. Jadi kamu tinggalkan saja berkas itu di sini, nanti akan saya panggil kamu lagi jika sudah selesai saya tanda tangani,” perintah Diko dengan mengalihkan pandangannya.

“Baik Bapak Diko, kalau begitu saya permisi. Selamat siang dan ... selamat bekerja,” sahut Thalita mencoba bersikap sesopan mungkin meski bosnya itu membuat kesal hatinya, ia pun segera keluar dari ruangan Diko.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status