Beranda / Romansa / Balas Dendam Sang CEO Tampan / Perayaan ulang tahun CEO

Share

Perayaan ulang tahun CEO

Penulis: Aprilia Choi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-28 14:11:02

Sudah hampir satu tahun berlalu, Thalita menjadi sekretaris Diko. Walaupun terkadang pekerjaannya tak masuk akal, Thalita berhasil membuat Diko kagum dengan segala hasil pekerjaannya. Sekarang, wanita itu bahkan sedang mempersiapkan perayaan ulang tahun untuk sang CEO yang terkenal tampan namun sangat galak itu.

“Apa kamu melihat Thalita?” tanya Diko pada orang ke sekian dan masih mendapat jawaban yang sama, tidak ada yang melihat Thalita. Padahal lima menit lagi pesta ulang tahun Diko akan dimulai namun wanita itu belum juga menampakkan dirinya.

Diko mencoba menelepon Thalita untuk ke sekian kalinya namun masih sama, tidak ada jawaban dari gadis itu. “Huft! Kamu ke mana sih sebenarnya,” desah Diko merasa kesal sendiri.

Semua karyawan menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Diko, namun Diko merasa aneh karena kue ulang tahunnya tidak berada di tempatnya. Tanpa Diko tahu, ternyata semua ini adalah bagian rencana untuk memberi kejutan padanya. Thalita tidak menampakkan dirinya hingga tiba saat Diko akan meniup kue ulang tahunnya, barulah gadis itu muncul dengan membawa kue ulang tahun untuk sang CEO.

“Selamat ulang tahun ya Pak Diko,” ucap Thalita di tengah keramaian seraya membawa kue ulang tahun Diko.

“Terima kasih Thalita, saya kira kamu tidak datang,” ujar Diko dengan wajah berseri bahagia yang tidak bisa ia bendung lagi.

“Sama-sama Pak, sekarang Bapak make a wish dulu ya,” pinta Thalita dengan menyodorkan kue ulang tahun untuk ditiup Diko.

Diko mulai memejamkan matanya dan berdoa dalam hati. “Tuhan, tidak banyak inginku kali ini aku hanya ingin Kau jatuhkan hatiku pada orang yang tepat. Dan tolong bantu aku untuk membalas rasa sakit hatiku pada mereka, Amiin,” doanya dalam hati seraya meniup lilin di kue ulang tahunnya.

Semua karyawan larut dalam kesenangan menyambut bertambahnya usia CEO mereka, Diko Argawinata yang kini telah resmi berusia 27 tahun. Di usianya yang sudah terbilang cukup matang untuk membina sebuah rumah tangga, namun Diko sama sekali belum memikirkan hal tersebut meskipun kedua orang tuanya selalu menanyakan kapan anak kesayangan mereka segera membawa seorang wanita ke rumah untuk diperkenalkan sebagai calon istri.

“Pak Diko, ini ada kado dari beberapa karyawan dan klien ARGA Advertising mau di letakkan di mana ya?” tanya seorang office boy.

“Oh ya kamu letakkan saja di ruangan saya, kamu tata serapi mungkin nanti saya akan ke sana,” perintah Diko.

“Baik Pak Diko, saya permisi,” sahut seorang office boy seraya berlalu membawa kado-kado untuk di letakkan di ruangan Diko.

Diko mencari keberadaan Thalita, lagi-lagi ia kehilangan wanita itu. Ia mengedarkan pandangan memutari seluruh ruangan, hingga berhenti pada satu tempat ia melihat Thalita sedang bersama seorang pria serta beberapa rekan kerja lainnya yang terlihat cukup akrab. Namun dengan orang yang di sampingnya, Thalita dan pria itu seperti seorang kekasih yang sedang bersenda gurau. Karena rasa penasaran dengan pembicaraan mereka, Diko berjalan menghampiri mereka.

“Benar kan Nik, Thalita dan Joe itu sangat serasi sekali pokoknya. Tinggal tunggu peresmiannya aja nih, hehe” goda Cya pada Thalita dan Joe.

“Benar sekali itu, masa kalah sama kita yang sudah go public lebih dulu ya kan sayang,” sahut Niko, kekasih Cya menimpali.

“Kalian ini bicara apa sih, aku dan Joe sudah nyaman begini saja ya kan Joe?” tanya Thalita meminta persetujuan pada Joe.

“Iya, tapi kalau mau lebih ya tidak apa-apa sih aku siap hehe,” jawab Joe dengan terkekeh pelan.

“Apa sih kamu ini, tidak lucu ah ...” ujar Thalita seraya menepuk pelan lengan Joe.

Mendengar jawaban Thalita semuanya tertawa karena gemas dengan tingkah pasangan ini. Sebenarnya Joe memang memendam perasaan pada Thalita, dan Thalita jelas tahu benar akan hal itu. Namun ia sudah menegaskan pada dirinya bahwa ia tidak ingin memiliki kekasih untuk saat ini, ia hanya ingin fokus bekerja untuk membantu kakaknya membiayai pengobatan ayah mereka yang mengidap penyakit jantung.

Samar-samar Diko mendengar pembicaraan mereka, meski dari jarak yang cukup jauh namun lelaki itu cukup mengerti ke mana arah pembicaraan mereka. Akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk menghampiri Thalita dan memilih kembali ke ruangannya.

“Apa sebenarnya hubungan Thalita dengan pria itu, Thalita tidak boleh sampai jatuh cinta pada pria mana pun karena itu dapat merusak semua rencanaku,” geram Diko seraya mengepalkan kedua tangannya.

**

Setelah pesta usai dan semua kembali pada pekerjaan masing-masing, termasuk juga Thalita. Wanita itu memasuki ruangan Diko untuk meminta tanda tangan pada dokumen yang telah selesai ia kerjakan.

“Selamat siang Pak, saya mau meminta tanda tangan Bapak di sebelah sini,” tunjuk Thalita pada dokumen yang harus di tanda tangani Diko.

Diko termenung menatap wajah Thalita, ia terdiam beberapa saat sampai Thalita membuyarkan lamunannya dengan memanggil nama Diko beberapa kali.

“Pak Diko ... Pak ... Pak Diko,” panggil Thalita dengan meninggikan sedikit suaranya, seraya melambaikan tangannya di depan wajah Diko.

“Ah ya, maaf ... siapa pria tadi?” tanya Diko spontan mengutarakan pertanyaan yang sejak tadi berputar di kepalanya.

“Maksud Pak Diko, pria yang mana?” tanya Thalita balik karena tidak mengerti dengan yang dimaksud Diko.

“Pria yang mengobrol dengan kamu tadi, tampaknya kalian akrab sekali. Apa kalian memiliki hubungan?” tanya Diko dengan rasa ingin tahu yang semakin tidak terkontrol. “Apa yang kamu lakukan sih Diko, aduh ... ini mulut tidak bisa di rem,” batinnya seraya menepuk pelan bibirnya.

Thalita mengernyit heran melihat tingkah atasannya itu. “Maaf Pak Diko, saya rasa saya tidak perlu menjawab pertanyaan Bapak karena itu menyangkut privasi saya,” jawab Thalita tegas.

“Saya tidak bermaksud untuk mencampuri privasi kamu, saya hanya tidak ingin karyawan saya tidak fokus bekerja karena terlalu asyik berpacaran,” kilah Diko.

“Tapi saya dan Joe tidak berpacaran Pak Diko,” sahut Thalita membela dirinya.

“Ya baguslah kalau memang kalian tidak berpacaran, ingat ya pesan saya tadi saya tidak mau kalian sampai hilang fokus dan membuat pekerjaan jadi berantakan,” tutur Diko. “Baguslah, kamu tidak boleh dimiliki siapa pun Thalita,” batinnya.

“Maaf sekali lagi ya Pak Diko, saya ke sini ingin meminta tanda tangan bukan untuk berdebat hal yang tidak penting seperti ini. Masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan, jadi saya minta tolong sekali Bapak tidak membahas hal itu lagi.”

“Saya juga tidak ingin membahas hal tidak penting seperti ini, pekerjaan saya jauh lebih banyak dibanding kamu. Jadi kamu tinggalkan saja berkas itu di sini, nanti akan saya panggil kamu lagi jika sudah selesai saya tanda tangani,” perintah Diko dengan mengalihkan pandangannya.

“Baik Bapak Diko, kalau begitu saya permisi. Selamat siang dan ... selamat bekerja,” sahut Thalita mencoba bersikap sesopan mungkin meski bosnya itu membuat kesal hatinya, ia pun segera keluar dari ruangan Diko.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Balas Dendam Sang CEO Tampan   Epilog (END)

    Setelah mendudukkan Thalita di samping Diko, pak Tio segera mengambil tempat di depan calon menantunya itu. Beliau yang akan menjadi wali nikah langsung untuk putri tersayangnya. Bapak penghulu mempersilakan Diko menjabat tangan pak Tio untuk bersiap mengucap ijab kabul.“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Diko Argawinata bin Arya Argawinata dengan putri saya Thalita Aurelia binti Tio Leandro dengan mas kawin berupa emas sebesar 1794 gram dibayar tunai,” ucap pak Tio dengan tegas.“Saya terima nikah dan kawinnya Thalita Aurelia binti Tio Leandro dengan mas kawin berupa emas sebesar 1794 gram dibayar tunai,” jawab Diko mantap dengan satu tarikan napas.“Bagaimana para saksi?” tanya pak penghulu.“SAH!!” jawab Adrian dan para saksi lainnya dengan kompak.“Alhamdulillah,” ucap syukur semua orang yang hadir di ruangan itu.Thalita dan Diko turut mengucap syukur dalam hati atas kelancaran ijab kabul mereka. Diko merasakan kelegaan yang luar biasa setelah berhasil mengucapkan ijab

  • Balas Dendam Sang CEO Tampan   Persiapan pernikahan

    Diko mendekap Thalita dalam pelukan hangatnya, melepas segala rasa rindu yang telah keduanya pendam karena keegoisan mereka selama ini.“Aku masih merasa seperti mimpi, bisa memeluk kamu kembali setelah semua yang kita lewati selama ini. Terima kasih ya kamu mau menerimaku lagi,” ucap Diko seraya mengeratkan pelukannya pada wanita yang sangat ia rindukan.Thalita menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang selama satu tahun ini sangat dirindukannya. “Aku pun masih merasa seperti mimpi, kalau pun ini memang mimpi aku rela terjebak selamanya asal bersama kamu di dalamnya,” ucapnya membuat pria di hadapannya tersenyum bahagia.Diko mengurai pelukan mereka. “Sejak kapan kamu jadi pintar menggombal?” godanya membuat pipi Thalita bersemu merah.“Siapa yang menggombal? Aku hanya membalas perkataan kamu saja,” elak Thalita seraya memunggungi Diko lalu mengulum senyumnya.Diko memeluk gadis itu dari belakang, yang merupakan pelukan favoritnya. “Kamu tahu tidak, aku paling suka memeluk kamu sep

  • Balas Dendam Sang CEO Tampan   Kurelakan dia untukmu

    “Maksud Mas apa? Mas Adrian tidak mencintaiku?” tukas Thalita.Adrian tersenyum getir. “Harusnya aku yang bertanya seperti itu ke kamu. Kamu tidak pernah mencintaiku kan? Aku tahu di hati kamu hanya ada namanya, bahkan meski kamu membencinya kamu masih menyimpan syal pemberiannya. Kamu tidak pernah sedikit pun bisa menghapus dia dari hati kamu, sekeras apa pun aku mencoba membuat kamu mencintaiku. Aku tetap tidak bisa,” lirihnya dengan mata berkaca-kaca.Air mata menetes begitu saja membasahi pipi Thalita. “Mas, tolong dengarkan aku dulu, aku sudah berusaha Mas. Aku akan belajar mencintai kamu, tapi tolong beri aku waktu,” pintanya.“Belajar mencintaku? Sampai kapan? Satu tahun lebih aku berusaha sabar menunggu waktu itu tiba, bahkan sampai dia kembali kamu tetap tidak bisa mencintai aku kan?” cecar Adrian.Thalita menutup wajah dengan kedua tangannya, menumpahkan tangisnya di sana. “Maafkan aku, Mas,” lirihnya.Adrian berjalan menghampiri Thalita, mengusap kepala gadis itu dan m

  • Balas Dendam Sang CEO Tampan   Kejujuran hati

    Meski hatinya merasa nyaman, Thalita berusaha keras agar tidak kembali pada perasaan yang telah membuatnya hancur. Ia telah melangkah maju dan tidak ingin mengingat masa lalu yang hanya akan menghambat masa depannya. Namun apa daya, ia tak bisa mengendalikan perasaannya. Meski cinta Adrian begitu besar padanya, namun tetap tak mampu merobohkan dinding cintanya untuk Diko. Hingga saat ini cinta itu masih sama, berapa kali pun gadis itu menyangkal perasaannya.Adrian pun menyadari itu, tatapan yang tak pernah ia dapatkan dari Thalita saat gadis itu menatap pada Diko. Seperti saat ini, mereka telah selesai menghadiri rapat bulanan yang diadakan oleh kantor Xander Corporation. ARGA Advertising yang merupakan rekan bisnis pun turut hadir untuk mempresentasikan hasil kerja sama antara mereka.“Sayang,” panggil Adrian lembut, membuat Thalita menoleh padanya.Saat ini Thalita, Adrian, dan Diko tengah duduk bersama di ruangan kerja Adrian untuk membahas hasil kerja perusahaan mereka seusa

  • Balas Dendam Sang CEO Tampan   Kakak beradik

    “Adrian?”“Iya Diko ini aku Adrian, kakakmu,” sahut Adrian dengan tersenyum ramah. “Jadi selama ini—“ Diko tidak sanggup meneruskan ucapannya.“Maaf aku tidak bisa memberi tahu kamu di awal pertemuan kita, karena waktu itu aku belum bisa menerima papa Arya tapi sejak papa Arsene meninggal aku menjadi sebatang kara. Kemudian papa Arya dan mama Aulia datang dengan sabar mereka selalu menemaniku dan berusaha menjadi orang tua yang baik untukku. Sejak itu aku baru bisa menerima mereka sebagai ganti orang tuaku,” kata Adrian menjelaskan. “Lalu untuk apa kamu mengambil perusahaanku?” tukas Diko masih tak terima.“Aku bukan mengambilnya, aku hanya membantumu mengembangkannya. Dan sekarang kamu bisa menikmati hasilnya bukan?” Diko beranjak dari duduknya. “Lalu kekasihku? Apa bisa kamu kembalikan juga?” tanyanya kemudian.Adrian menggeleng cepat. “Thalita sudah bukan kekasihmu lagi, dia tunanganku. Dia juga bukan barang yang bisa kamu minta kembali, salahmu sendiri telah menyia-nyiak

  • Balas Dendam Sang CEO Tampan   Sebuah kenyataan

    Waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 sore saat mereka keluar dari area pemakaman.“Lapar tidak sayang? Kita makan yuk,” ajak Adrian saat mereka sudah berada dalam mobil.“Lumayan sih, Mas.”“Oke kita makan ya, aku ingin mengajak kamu ke tempat makan favoritku,” kata Adrian antusias seraya melajukan mobilnya.Thalita hanya mengangguk dan tersenyum.Tak butuh waktu lama, 15 menit kemudian Adrian memarkirkan mobilnya di pinggir jalan lalu mengajak Thalita untuk turun dan berjalan ke sebuah tempat makan yang merupakan langganannya.“Bang, biasa ya kali ini 2 porsi tapi,” kata Adrian sambil melirik lalu tersenyum ke arah Thalita.“Siap Mas, silakan duduk dulu ya,”Lalu Thalita dan Adrian pun memilih tempat duduk tanpa meja tepat di sebelah rombong yang bertuliskan ‘Nasi Goreng Jawa Mantap’. Seperti namanya, makanan yang disajikan memang sangat mantap dan menggoyang lidah siapa pun yang memakannya. Meski hanya kios di pinggiran jalan, namun rasanya tak kalah dibanding restoran mahal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status