Share

Bab 171

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-07-23 23:59:54

Galan menatap layar laptopnya. Dahinya berkerut, jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme gugup. Email baru saja masuk, dan isinya seperti hantaman telak ke dada—PT Indotrade Global, pemasok utama bahan baku selama tiga tahun terakhir, memutuskan kontrak sepihak. Tanpa peringatan. Tanpa diskusi.

"Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini," tulis mereka. "Namun karena perubahan strategi bisnis dan komitmen eksklusif dengan mitra baru, kami tidak dapat melanjutkan kerja sama."

Galan melempar stylus ke meja. Suara benturan logam dan kayu mengisi ruang sunyi.

Sudah lima email seperti ini dalam dua minggu terakhir. Lima pemasok, lima alasan yang hampir sama—strategi berubah, komitmen baru, mitra lain.

"Bos?"

Suara Dina, asisten pribadinya, terdengar dari ambang pintu. Pelan, seolah tahu badai akan datang. Sudah empat tahun ia bekerja dengan Galan, dan ia tahu saat untuk bicara, dan saat untuk diam.

"Ada laporan baru?" tanya Galan, masih menatap layar.

"Iya, Pak. Stok bahan baku kita tersisa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 175

    Galan merapikan dasi sutranya untuk ketiga kalinya dalam lima menit. Hari ini adalah hari yang telah ia tunggu-tunggu selama berminggu-minggu—pertemuan penting dengan Nordic Education Solutions, perusahaan multinasional asal Denmark yang tertarik mengekspansi pasar pendidikan Asia Tenggara.Nilai kontraknya mencapai 12 juta dolar. Hak distribusi eksklusif untuk seluruh Indonesia. Sebuah kemitraan jangka panjang yang bisa mengubah arah masa depan perusahaannya."Pak, delegasi dari Nordic sudah tiba di lobi," lapor Dina melalui interkom."Saya turun sekarang."Galan menarik napas panjang. Ini bukan sekadar soal satu kontrak. Ini soal kelangsungan hidup perusahaan. Soal pembuktian bahwa perusahaannya masih relevan di industri yang berubah begitu cepat.Ia sudah mempersiapkan semuanya dengan sangat teliti—analisis pasar, proyeksi keuangan, keunggulan kompetitif, hingga timeline implementasi. Presentasi yang ia yakini akan mengesankan dan menyeluruh.Di lobi Hotel Grand Hyatt, Galan menyam

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 174

    Galan menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Di sana, terpampang sebuah email dari PT Surya Pendidikan—klien yang telah bekerja sama dengannya selama empat tahun terakhir. Isi email itu seperti pisau tumpul yang perlahan tapi pasti menyayat hatinya."Dengan berat hati kami informasikan bahwa per tanggal 1 November, PT Surya Pendidikan akan mengakhiri kontrak distribusi dengan perusahaan Anda. Kami telah menemukan solusi logistik yang lebih sesuai dengan kebutuhan operasional kami yang berkembang. Terima kasih atas kerja sama yang baik selama ini."Empat tahun. Empat tahun membangun kepercayaan, mengoptimalkan rantai pasok, menyelesaikan krisis demi krisis bersama. Kini, semuanya berakhir dalam satu paragraf.Suara ketukan pelan di pintu membuatnya tersadar. Dina masuk, wajahnya tampak gelisah."Pak... ada beberapa email lagi yang perlu Bapak baca."Galan menghela napas. "Berapa lagi?""Tiga. Dari PT Mitra Edukatif, CV Belajar Mandiri, dan..." Dina terdiam sejenak, ragu."Dan?"

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 173

    Ruang rapat di lantai tiga puluh kantor pusat Galan terasa lebih sesak dari biasanya. Bias cahaya dari jendela kaca besar tak mampu mengurangi suasana yang menekan. Meja kayu mahoni yang dulu jadi saksi presentasi penuh optimisme, kini hanya dipenuhi berkas-berkas berisi kabar buruk.Enam kursi kulit mengelilingi meja, masing-masing diduduki direktur yang wajahnya mencerminkan kekhawatiran serupa.Galan duduk di ujung meja, matanya mengamati satu per satu wajah yang sudah bertahun-tahun membantunya membangun imperium ini. Di sana ada Hendrik, Direktur Keuangan, yang biasanya kalem tapi kini gelisah sambil membolak-balik laporan. Sandra, Direktur Operasional, menggenggam bolpoin begitu erat sampai buku jarinya memutih. Rizki, Direktur Marketing, menatap kosong ke arah langit Jakarta yang mendung dari balik kaca."Terima kasih sudah datang dengan cepat," buka Galan. Suaranya berat, nyaris berbisik. "Kalian semua pasti sudah tahu kenapa kita ada di sini."Hendrik menegakkan tubuhnya. "Si

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 172

    Galan masih terpaku di kursi kerjanya, menatap layar ponsel yang sudah tiga hari tak berubah—pesan untuk Nayla masih centang dua, tapi tetap tanpa balasan. Sunyi. Seolah jawaban itu tak akan pernah datang.Ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. Dina masuk dengan raut wajah lebih pucat dari biasanya, menggenggam tablet yang sudah terbuka pada halaman berita bisnis."Pak... ada berita yang Bapak harus lihat."Galan menatapnya dengan firasat yang tak lagi asing—rasa was-was yang akhir-akhir ini setia menemaninya."Berita apa, Din?"Dina mendekat dan meletakkan tablet di mejanya, seolah benda itu bisa meledak jika tidak ditangani hati-hati."TokoBelajar.com baru saja mengumumkan kerja sama eksklusif dengan Bright Future Learning."Dunia Galan seakan runtuh—untuk kedua kalinya dalam seminggu. TokoBelajar.com adalah platform e-commerce edukasi terbesar di Indonesia. Selama tiga tahun terakhir, merekalah tulang punggung distribusi digital produknya. Enam puluh persen pendapatan perus

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 171

    Galan menatap layar laptopnya. Dahinya berkerut, jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme gugup. Email baru saja masuk, dan isinya seperti hantaman telak ke dada—PT Indotrade Global, pemasok utama bahan baku selama tiga tahun terakhir, memutuskan kontrak sepihak. Tanpa peringatan. Tanpa diskusi."Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini," tulis mereka. "Namun karena perubahan strategi bisnis dan komitmen eksklusif dengan mitra baru, kami tidak dapat melanjutkan kerja sama."Galan melempar stylus ke meja. Suara benturan logam dan kayu mengisi ruang sunyi.Sudah lima email seperti ini dalam dua minggu terakhir. Lima pemasok, lima alasan yang hampir sama—strategi berubah, komitmen baru, mitra lain."Bos?"Suara Dina, asisten pribadinya, terdengar dari ambang pintu. Pelan, seolah tahu badai akan datang. Sudah empat tahun ia bekerja dengan Galan, dan ia tahu saat untuk bicara, dan saat untuk diam."Ada laporan baru?" tanya Galan, masih menatap layar."Iya, Pak. Stok bahan baku kita tersisa

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 170

    Langkah-langkah sepatu hak Nayla bergema di koridor marmer gedung tinggi di kawasan SCBD. Tegas, mantap, penuh keyakinan. Tak ada lagi bayang-bayang ragu yang dulu sering mencuri pijakannya. Di tangannya, tas kulit hitam berisi proposal yang telah dipoles dan diperjuangkan selama berminggu-minggu.Hari ini bukan hari biasa. Hari ini, dia akan bertemu Marcus Chen—direktur utama Chen Industries. Tiga tahun lalu, nama itu sempat menjadi bayang samar dalam kisah masa lalunya bersama Galan. Kala itu, Galan menolak tawaran Marcus untuk menjalin kerja sama. Terlalu kaku, katanya. Terlalu mengatur. Ego Galan menolak diatur siapa pun, apalagi oleh mitra yang baru dikenal.Nayla masih mengingat betul malam itu.Galan pulang dengan wajah muram, membanting kunci mobil ke meja kaca.“Dia pikir dia siapa?” gerutunya. “Mau ngatur-ngatur perusahaan gue? Gue sukses tanpa bantuan orang kayak dia.”Nayla, yang saat itu masih menjadi tempat pulang segala amarah dan frustrasi Galan, hanya mengangguk pelan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status