Share

Bab 215

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-08-15 23:30:06

Ketukan itu terdengar lagi—lebih keras kali ini.

Galan mengerutkan dahi. Siapa yang datang tengah malam begini?

Dengan langkah ragu, ia berjalan ke pintu dan mengintip lewat lubang intip.

Seorang pria berjas berdiri di luar. Wajahnya samar-samar tertutup bayangan koridor yang remang.

Galan membuka pintu perlahan, masih dengan rantai pengaman terpasang.

“Ya?”

“Pak Galan? Saya Arvino. Teman bisnis Nayla.”

Dunia Galan seperti berhenti seketika. Arvino? Nama itu sudah sering ia dengar—partner bisnis Nayla yang sukses, yang belakangan ini selalu ada di sekelilingnya.

Dengan gerakan pelan, Galan melepas rantai pengaman dan membiarkan pria itu masuk. Arvino—sekitar awal tiga puluhan—tinggi, tegap, dan rapi. Semua yang dulu Galan pernah miliki, sebelum hidupnya berantakan.

“Maaf datang selarut ini,” ucap Arvino sambil melepas jasnya. “Tapi kita perlu bicara.”

“Bicara apa?”

“Tentang Nayla. Dan tentang yang terjadi di kantor notaris tadi siang.”

Dada Galan terasa mengencang. “Dia… dia cerita ke
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 256

    Waktu seperti bergerak dalam gerakan lambat. Pak Hendro mengangkat pistolnya, mengarahkannya tepat ke dada Nayla. Tangannya begitu stabil, mengejutkan untuk seseorang yang sedang terdesak.Dalam sekejap itu, Nayla seolah melihat kilasan hidupnya sendiri—perjalanan dari seorang istri yang hancur, kehilangan segalanya, hingga kini berdiri sebagai pemimpin yang berani menghadapi ancaman.“Nayla!” Arvino berteriak, tubuhnya melompat untuk melindunginya.Namun sebelum pelatuk sempat ditekan, suara tembakan lain lebih dulu memecah udara. Pak Hendro terhuyung, bahunya berdarah, dan pistolnya jatuh ke lantai. Dari pintu masuk, tim taktis muncul dengan langkah cepat. Di barisan depan, Inspektur Raharjo memimpin dengan suara tegas.“Lepaskan senjatamu!” teriaknya.Kekacauan berlangsung dalam hitungan detik. Para pengawal Pak Hendro mencoba melawan, namun jumlah dan persenjataan mereka tak sebanding. Lima menit kemudian, semuanya terkendali.Nayla berdiri di tengah ruangan, kakinya bergetar, adr

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 255

    Kegelapan total menyelimuti venue. Seketika, suara panik terdengar dari para staf dan tamu undangan yang baru saja berdatangan untuk persiapan terakhir. Emergency lighting tak kunjung menyala, menciptakan kekacauan yang sempurna—dan berbahaya.“Nayla, dekat sini,” bisik Arvino sambil meraih tangannya erat dalam gelap.“Tim keamanan, lapor sekarang!” teriak Sarah lewat radio genggamnya.Hanya terdengar suara statis. Tak ada jawaban.Inspector Raharjo segera mengaktifkan protokol darurat. “Semua unit, kita ada situasi di venue. Butuh backup segera.”Nayla merasakan firasat buruk yang menusuk. Ini terlalu rapi untuk sekadar kegagalan teknis. Seseorang dengan sengaja memutus aliran listrik, tepat saat venue mulai ramai tapi sistem keamanan belum sepenuhnya siap.“Vin, kita harus keluar dari sini,” bisiknya panik.“Lewat mana? Semua gelap.”“Ikut aku.”Nayla menarik tangan Arvino ke arah emergency exit yang ia ingat. Tapi begitu sampai, pintu itu terkunci rapat dari luar.“Ini jelas bukan

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 254

    Ancaman bom mengubah segalanya hanya dalam hitungan menit. Kantor yayasan yang biasanya penuh dengan diskusi program sosial kini bertransformasi menjadi pusat komando darurat. Polisi lalu-lalang, tim penjinak bom dengan perlengkapannya sibuk melakukan pengecekan, sementara konsultan keamanan sibuk berbicara melalui radio.“Venue harus segera dievakuasi,” tegas Inspektur Raharjo yang baru saja tiba. “Kita tidak bisa mengambil risiko dengan lima ratus tamu yang akan hadir.”Nayla terduduk di kursinya. Di tangannya, undangan elegan untuk acara pelepasan lampion yang seharusnya menjadi malam paling bersejarah dalam perjalanan yayasan. Kini semua itu terasa rapuh, bisa hancur kapan saja.“Ada alternatif venue?” tanya Sarah sambil sibuk menelpon berbagai pihak.“Untuk lima ratus orang dengan waktu persiapan cuma enam jam? Hampir mustahil,” jawab Arvino, matanya tak lepas dari layar laptop.Tiba-tiba Nayla berdiri. “Aku perlu keluar sebentar.”“Nay, kamu nggak boleh—” Sarah langsung memprote

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 253

    Nayla tiba di kantor dengan perasaan campur aduk. Kekuatan yang sempat ia temukan di rumah lama tadi mendadak terasa rapuh ketika berhadapan dengan kenyataan bahwa ancaman terhadapnya semakin nyata—dan kini sangat personal.Sarah sudah menunggu di ruang rapat, beberapa berkas terbuka di hadapannya. Wajahnya serius, bahkan lebih tegang dari biasanya.“Duduk dulu, Nay. Ini berat,” ucapnya pelan.Nayla menarik kursi dan duduk di seberang Sarah. “Seberapa berat?”Sarah menatapnya tajam sebelum akhirnya berkata, “Orang yang memimpin pengawasan terhadapmu... adalah Rania.”Dunia Nayla seolah berhenti berputar. Rania—teman sejak kuliah, orang pertama yang mendukung mimpinya membangun yayasan, orang yang selama ini ia percayai tanpa ragu.“Itu… tidak mungkin,” bisiknya, suara nyaris tak terdengar.“Aku tahu ini mengejutkan. Tapi buktinya jelas.” Sarah membuka file dan menunjuk beberapa dokumen. “Ada transfer dana dari konsorsium ke rekening pribadinya, komunikasi terenkripsi dengan pihak-piha

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 252

    Pagi itu, setelah malam yang gelisah, Nayla memutuskan untuk mengunjungi tempat yang sudah lama tidak dia datangi—rumah kontrakan kecil di Cipulir tempat dia mulai membangun hidup setelah perceraian dengan Galan. Tempat di mana mimpi tentang yayasan pertama kali terbentuk.Perjalanan dengan taksi online memakan waktu hampir satu jam karena macet. Sepanjang jalan, Nayla terus memikirkan kata-kata Inspector Raharjo semalam. Ancaman itu nyata, tapi dia tidak boleh hidup dalam ketakutan.Rumah kecil itu masih berdiri di ujung gang sempit, meski sudah jauh berubah. Cat tembok yang dulu putih bersih kini kusam keabu-abuan, beberapa genteng terlihat retak, dan halaman depan yang dulu dia rawat dengan penuh cinta kini dipenuhi semak liar yang tumbuh tak terkendali.Nayla berdiri di depan pagar kayu yang mulai lapuk, merasakan gelombang nostalgia yang campur aduk. Bukan kesedihan, tapi semacam rasa syukur yang aneh."Dulu, aku pikir rumah ini adalah akhir da

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 251

    "Selamat malam, Miss Nayla. Saya rasa kita perlu berbicara."Nayla mundur selangkah, jantungnya berdegup kencang. Pria berjas hitam itu tetap berdiri tenang di koridor, tangannya terlipat di depan dada dengan sikap yang terlalu santai untuk seseorang yang muncul tanpa diundang di apartemen orang lain."Siapa Anda?" tanya Nayla, mencoba menjaga suaranya tetap tegas meski gemetar."Saya Detective Inspector Raharjo dari unit khusus Kepolisian Metro Jaya." Pria itu mengeluarkan kartu identitas dari saku jasnya. "Saya perlu bicara dengan Anda mengenai beberapa informasi yang kami terima."Nayla merasa sedikit lega—setidaknya ini bukan ancaman langsung—tapi kewaspadaannya belum sepenuhnya turun. "Mengapa tidak melalui kantor? Mengapa harus di sini?""Karena informasi yang kami miliki bersifat sensitif dan menyangkut keamanan personal Anda."Inspector Raharjo menunjuk ke arah pintu apartemen Nayla. "Boleh kita bicara di dalam? Koridor b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status