Share

Bab 60

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-05-26 23:51:35

Nayla berdiri di ambang jendela besar, menatap langit pagi yang mulai menguning. Segelas kopi hangat di tangan, tapi pikirannya dingin, masih dihantui bayang-bayang kehilangan. Suara langkah kaki ibunya samar terdengar di belakang, tapi mereka tak bicara. Kadang, diam adalah bentuk pelukan yang paling dalam. Ponselnya berdering. Ayah. Dengan ragu ia angkat, tak tahu harus menyapa dengan suara penuh luka… atau kekuatan palsu. "Ayah?" suaranya pelan. "Pulanglah, Nak," kata sang Ayah dari seberang sana. "Sudah saatnya kamu kembali jadi dirimu yang sebenarnya." Jantung Nayla berdebar. Kata-kata itu bukan sekadar ajakan—tapi panggilan untuk bangkit. "Ayah…" "Aku tidak tahu apakah aku masih bisa…" "Kamu belum pernah benar-benar pergi. Kamu hanya… menyembunyikan cahayamu terlalu lama." Nayla menutup telepon dengan tangan gemetar. Ia menatap cermin. Bukan lagi sebagai "mantan kekasih Galan"—tapi sebagai putri dari keluarga yang pernah ia tinggalkan, dan wanita yang akan merebut kembali harga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 70

    Pukul sebelas malam, mobil sedan hitam Nayla memasuki garasi rumah keluarga Mahardika di Bandung. Perjalanan dari Jakarta terasa lebih panjang dari biasanya, bukan karena macet, tapi karena pikiran yang terus berputar menganalisis setiap detail dari acara bisnis tadi.Nayla duduk sejenak di dalam mobil setelah mematikan mesin, menatap pantulan dirinya di rearview mirror. Makeup yang tadi pagi perfect kini sedikit pudar, tapi aura confident yang ia bangun masih terpancar jelas. Namun ada sesuatu yang terasa... kosong.Kesuksesan networking tadi malam, cara para CEO mendengarkan ide-idenya dengan serius, bahkan moment ketika ia melihat shock di wajah Galan—semuanya terasa seperti victory. Tapi mengapa ada rasa hampa yang menggerogoti dadanya?Nayla keluar dari mobil dan melangkah pelan menuju pintu utama rumah. Heels Christian Louboutin yang ia kenakan berbunyi ritmis di lantai marmer, suara yang biasanya memberikan confidence kini terdengar seperti echoing di kesunyian malam.Rumah tam

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 659

    Hotel Grand Hyatt Jakarta dipenuhi kemewahan yang menyilaukan mata. Ballroom utama telah disulap menjadi arena pertemuan para titan bisnis Indonesia—CEO konglomerat, direktur bank multinasional, dan para pengambil keputusan yang mengendalikan triliunan rupiah dalam ekonomi nasional. Ini adalah Indonesia Business Leaders Summit 2025, acara eksklusif yang hanya dihadiri oleh lima ratus orang terpilih dari seluruh nusantara.Di tengah keramaian yang terkendali itu, seorang wanita melangkah masuk dengan aura yang membuat conversations terhenti sejenak. Gaun midi berwarna midnight blue yang ia kenakan bukan hanya elegant, tapi juga calculated—cukup konservatif untuk menunjukkan profesionalisme, namun dengan cutting yang sempurna memperlihatkan confidence yang tak terbantahkan.Nayla Mahardika.Rambutnya yang dulu sering tergerai casual kini ditata dalam low chignon yang sophisticated. Makeup-nya minimal namun striking—foundation flawless, winged eyeliner yang tegas, dan lipstick burgundy y

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 68

    "Nayla, kamu... berbeda," ujarnya sambil mempersilakan duduk di ruang meeting pribadinya. "Ada aura kewibawaan yang tidak pernah kulihat sebelumnya.""Pengalaman adalah guru terbaik, Pak Hendro," jawab Nayla sambil membuka laptop dan mengeluarkan catatan-catatan yang telah ia persiapkan. "Saya hari ini bukan lagi gadis muda yang mengikuti passion tanpa strategi. Saya datang untuk belajar mengelola bisnis dengan benar."Selama tiga jam, Pak Hendro memberikan masterclass privat tentang struktur corporate governance, analisis finansial, dan strategi ekspansi bisnis. Nayla menyerap setiap informasi dengan lapar, mencatat detail-detail yang dulu mungkin ia anggap membosankan, kini terasa seperti senjata yang akan ia butuhkan dalam pertempuran mendatang."Industri kreatif memiliki potensi besar, tapi juga risiko tinggi," jelas Pak Hendro sambil menunjukkan grafik tren pasar. "Kegagalan sebagian besar startup kreatif bukan karena kurangnya talent, tapi karena lemahnya manajemen keuangan dan

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 67

    Cerita itu membuat Nayla terdiam. Ia tidak pernah mendengar tentang kegagalan ayahnya sebelumnya. Dalam ingatannya, Pak Mahardika selalu menjadi sosok pemimpin yang solid dan tak terkalahkan."Ibu tidak pernah cerita," gumam Nayla."Karena beberapa hal perlu kamu alami sendiri untuk memahaminya," jawab Bu Ratna bijak. "Luka yang kamu rasakan sekarang—dari Galan, dari kegagalan Studio Nara—itu bukan untuk menghancurkanmu. Itu bahan bakar untuk membangun api yang lebih besar dalam dirimu."Nayla menatap catatan analisisnya, lalu kembali ke foto-foto kesuksesan Galan dan Alya di layar komputer. Untuk pertama kalinya, ia tidak merasakan tusukan rasa sakit atau cemburu, melainkan kesadaran jernih bahwa setiap pengalaman telah membentuknya untuk momen ini."Aku sekarang mengerti, Bu," ujar Nayla pelan, tapi dengan keyakinan yang semakin tumbuh. "Dulu aku bertarung dengan cinta. Sekarang, aku akan bertarung dengan kendali."Bu Ratna tersenyum bangga, sebelum bangkit dan mencium kening putrin

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 66

    "Galan dan Alya: Mendobrak Batas Kanvas, Memadukan Teknologi dan Tradisi dalam Pameran Resonansi"Foto sampul artikel itu menampilkan Galan dan Alya berdiri berdampingan di tengah galeri besar, dikelilingi karya-karya instalasi megah yang memadukan elemen tradisional dengan teknologi digital canggih. Wajah Galan terlihat semakin matang, dengan janggut tipis yang menambah kesan aristokratnya, sementara Alya tampil memukau dalam balutan gaun merah yang kontras dengan lukisan-lukisan di sekitarnya."Mereka tampak sempurna bersama," bisik Nayla pada dirinya sendiri, suaranya terdengar hampa, namun tak sesakit yang ia duga.Nayla menelusuri artikel demi artikel, menemukan kisah kesuksesan demi kesuksesan yang diraih pasangan itu dalam dua tahun terakhir—pameran tunggal di New York, kolaborasi dengan desainer ternama, hingga pembukaan galeri cabang baru di Singapura. Semakin ia membaca, semakin jelas gambaran mengapa hubungannya dengan Galan dulu tidak pernah bisa berhasil.Malam harinya, N

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 65

    "Mengapa sekarang, Ayah?" tanya Nayla tanpa berbalik. "Mengapa tidak memberitahuku sejak awal?""Karena kamu perlu menemukan jalanmu sendiri dulu," jawab Pak Mahardika, kini berdiri di samping putrinya. "Kamu perlu mengalami jatuh bangun dengan kekuatanmu sendiri, agar saat kembali, kamu membawa perspektif dan pengalaman yang tak ternilai bagi perusahaan."Nayla menatap ayahnya, mencari kejujuran dalam mata yang serupa dengan miliknya. "Dan jika aku tidak pernah kembali? Jika Studio Nara sukses besar dan aku tetap di Jakarta?""Maka kami akan tetap bangga," sahut Pak Mahardika tulus. "Dan dokumen-dokumen ini tetap akan menunggumu, kapanpun kamu siap."Air mata menggenang di pelupuk mata Nayla. Selama ini ia mengira orangtuanya kecewa dengan keputusannya meninggalkan jalur yang telah dipersiapkan, tapi ternyata mereka justru mempersiapkan jalan kembali yang lebih besar untuknya."Aku tidak tahu apakah aku siap, Ayah," bisik Nayla jujur."Tidak ada yang benar-benar siap untuk tanggung j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status