Share

Bab 8.A

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2022-07-04 13:12:39

"Mbak, please tolong Mas Ahza." Wirda mengiba dengan cara menangkupkan kedua telapak tangannya.

Fatma masih tak bergeming ia malah melengos dari hadapannya. Namun, Wirda tak putus asa ia membuntuti Fatma hingga ke depan pintu kamar.

"Tunggu di sini!" tegas Fatma lalu menutup pintu itu sedikit keras.

Ada kesal yang menyeruak dalam dadanya. Disaat sakit mereka mencari, lalu dimana mereka ketika saat itu sedang bersenang-senang? ternyata kedua orang itu hanya ingin berbagi duka, gumamnya, lalu Fatma tersenyum getir.

Di dalam kamar ia lekas mencari selembar kertas dan pulpen lalu tangannya mulai menulis resep.

"Ini resep ramuan obat sakit lambungnya suamimu, buat saja sendiri aku malas."

Fatma segera menutup pintu rapat-rapat, tanpa memberi kesempatan pada mantan adik madunya untuk bertanya, ia sudah malas jangankan untuk bicara, untuk bertatap muka saja ia risih.

*

Sementara di luar sana Wirda mencebik lalu mendengkus kesal.

Bagaimana ia bisa membuat ramuan yang terbuat dari rempah-rempah itu?

Bahkan ia tak bisa membedakan mana kunyit, jahe dan lengkuas.

"Ugh! Menyebalkan!" Wirda merutuk di hadapan suaminya yang sedang kesakitan.

"Gimana, Dek?" tanya Ahza lemah.

"Mbak Fatma ga mau buatkan ramuannya, Mas! Sudahlah kita ke dokter saja," jawab Wirda kesal, lebih tepatnya kesal pada mantan kakak madunya.

"Ga mempan, Dek, kalau minum obat kimia, Mas terbiasa minum ramuan tradisional buatan Fatma."

Wirda menghentakkan kepalan tangannya ke kasur, lalu kedua rahangnya mengeras.

"Tau ah, Mas! Kamu ga bisa dibilangin! Ngeyel!"

Bagaimana ia tak emosi jika yang keluar dari mulut suaminya selalu nama Fatma, seseorang yang pernah menjadi saingannya dulu.

Kini ia sudah menjadi pemenang. Namun, kenapa seolah di hati dan pikiran Ahza sosok Fatma tak juga menghilang, bahkan sosok itu selalu hadir menghantui ketenangannya.

Takut, jika Ahza akan kembali menjalin cinta dengan mantan istri pertamanya, terlebih suaminya itu selalu mencari celah untuk bicara atau sekedar memperhatikan Fatma dari kejauhan.

Wirda benci itu, ia ingin menanam beribu-ribu kebencian di benaknya. Namun, bagaimana caranya? bahkan cara yang extrim pun sudah ia lakukan.

"Dek, Mas mules lagi nih, bantuin ke kamar mandi ya, Mas lemes banget," pinta Ahza dengan suara yang memilukan.

Wirda menghela napas, raganya mulai terasa lelah, hampir seharian ini ia menuntun suaminya bolak balik ke kamar mandi.

"Kamu kok BAB-nya ga berhenti-berhenti sih? sudahlah kita ke dokter saja," cetus Wirda mulai geram.

Ini sudah zaman modern, mengapa suaminya itu masih saja meminum ramuan tradisional? apa jangan-jangan itu hanya alasan saja untuk mencari perhatian Fatma. 

"Iya-iya nanti Mas ke dokter, tapi sekarang bantu Mas ke kamar mandi dulu sudah ga tahan ini."

Wirda mencebik lalu menuntun suaminya menuju toilet dalam kamar itu dengan terpaksa.

"Aduh, Dek, kayanya Mas sudah keluar duluan ini," ucap Ahza seraya menyentuh bokongnya, seketika Wirda mencebik lalu menutupi hidungnya.

"Jorok banget sih kamu, Mas! Terus yang nyuci celana kamu nanti siapa?!" Wirda mulai meradang.

"Maaf, Dek."

Hoekkk! Hoekkk! 

Tak berselang lama Ahza kembali memuntahkan isi dalam perutnya, alhasil lantai kamar itu menjadi kotor, muntahan Ahza berceceran di mana-mana.

Wirda mulai khawatir sekaligus bingung, harus apa dan bagaimana, selama ini ia tak pernah mengurus orang sakit, wanita itu selalu di manjakan oleh kedua orang tuanya.

"Kok kamu muntah lagi sih, Mas! Lihat kamar ini jadi kotor 'kan karena muntahan kamu," ucap Wirda setengah berteriak.

"Ma-maaf," gumam Ahza lalu ia kembali muntah dan mengotori karpet lantainya.

"Ya ampuuun!" 

Bukannya menolong wanita itu malah marah-marah.

Hati Ahza merana, ia teramat merindukan sosok Fatma, terlebih disaat dirinya sedang sakit seperti ini, biasanya Fatma selalu mengurusnya sepenuh hati, tak pernah mengeluh apalagi marah-marah seperti istri keduanya.

"Fatma tolongin, Mas," gumam Ahza setelah itu tubuhnya limbung lalu tersungkur ke lantai, ia tak pingsan hanya merasa lemas karena terlalu banyak kehilangan cairan tubuh.

"Mas! Kamu kenapa?" teriak Wirda panik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mampus kau ahza. makan tu harapan yg diberikan wirda.
goodnovel comment avatar
Sari Mbit
bagus novelnya
goodnovel comment avatar
Ars Adzkiya
nulis Fatma dan Wirda selalu terbalik... gak disunting ya ini ?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 30)

    "Oke kalau gitu, saya nggak akan ambil uangnya lagi, Bapak ambil aja.""Baiklah, Pak."Saat itu juga Uwais langsung pergi ke kos-kosan tempat Anisa, dia menemui pemilik rumah kos kosan untuk bertanya perihal gadis yang membuat perasaannya tidak tenang "Saya nggak tahu soal itu, lagi pula Anisa juga nggak ada bilang apa apa sama saya, kirain dia masih di dalam kamarnya.""Ya ampun." Uwais mengusap wajahnya, dia benar benar merasa khawatir."Memangnya ada apa gitu?""Saya curiga Anisa diculik seseorang, Bu.""Hah, masa sih?""Saya pergi dulu, Bu.""Nak, kau telpon saja polisi."Uwais hanya menoleh sekilas.Ribet banget harus telepon polisi segala, belum harus nunggu 24 jam Setelah Anisa pergi lalu harus ada bukti kuat, lebih baik kucari sendiri.Naik ojek online, Uwais pergi ke rumah salah satu temannya yang paham IT, dia memberikan nomor ponsel Anisa untuk melacak keberadaan saat ini, tentunya sebelum itu Uwais melakukan basa basi."Di sini nih tempatnya."Akhirnya nomor ponsel gadis

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 29)

    Ayah dan anak yang selama ini nampak akrab itu kini mulai saling memandang dengan tajam, Uwais kecewa karena ternyata semua ayah di dunia ini sama, baik itu ayah kandung yang dulu sudah menelantarkannya, juga ayah tiri yang kini boleh mengungkit ngungkit pemberiannya.Kalau tahu akan begini lebih baik dahulu Aku tidak pernah mengizinkan ibuku menikah dengan siapapun, lagi pula kau sanggup menghidupinya sebagai balas jasa karena ia sudah membesarkan seorang diri, begitu pikir Uwais."Nak, tenangkan dirimu ya." Fatma berdiri lalu mengelus bahu Uwais.Amarah yang akan meledak itu seketika pudar mendengar suara lembut yang keluar dari bibir Fatma, sejak dulu Jika ada masalah apapun dia memang tidak pernah mengeluarkan suara tinggi ataupun bicara kasar."Baiklah, Bi, aku akan pergi nggak bawa apa-apa, termasuk supermarket yang selama ini disokong oleh Abi, ambil aja, aku masih bisa cari uang dengan cara lain yang penting itu halal dan tidak menzalimi orang lain." Uwais tersenyum tipis.Sej

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 28)

    "Gimana Zhafran? Apa penyesalanmu itu ada gunanya?"Lelaki itu mengalihkan pandangannya, dia juga seorang lelaki normal, satu tahun yang lalu ketika bisnis mereka untung besar, kantor mengadakan pesta yang dihadiri oleh karyawan penting saja, Zhafran sempat mabuk berat dan dibawa ke sebuah kamar hotel lalu dengan lancangnya Selly masuk ke kamar pria itu, menggodanya mati Matian hingga dia mau mengga gahi Selly untuk pertama kali.Perempuan itu tidak bo doh, dia mengabadikan momen itu dengan ponselnya lalu menyimpan rapi dalam sebuah folder untuk dijadikan senjata, Selly yang ambisius sangat ingin menjadi Nyonya Zhafran yang kaya raya, tidak peduli walaupun dia sudah beristri, toh dia tidak pernah melihat wajah istrinya seperti apa karena selalu tertutup cadar, Selly berpikir jika Fatma adalah perempuan tua seperti kebanyakan ibu ibu lainnya karena sudah memiliki anak gadis dan bujang yang beranjak dewasa.Namun, ternyata Zhafran tidak sebodoh itu, sedikit pun dia tidak tertarik menjad

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 27)

    27Hiruk pikuk orang orang di pelabuhan ini membuat Uwais bisa melangkah perlahan tanpa takut dilihat oleh Zhafran dan yang lainnya, bagaimana pun juga Uwais ingin tahu sebenarnya untuk apa Anisa berada di tempat ini? Dirangkul lelaki pula? Apakah memang wanita itu tidak baik seperti kata ayahnya?Dia terus mengendap ngendap bahkan sekarang sudah mulai memakai masker walau wajahnya berkeringat banyak karena terkena teriknya sinar matahari di siang hari.Setelah hampir mendekat Uwais hampir mendengar jelas percakapan mereka, diabtidka terima seorang pria yang berada di hadapan Anisa menyentuh pipi gadis itu, entah kenapa ada rasa cemburu menyelusup ke dalam hatinya, dia pun melangkah lebih dekat lagi "Beneran dia masih pe ra wan ini?""Masih lah segelan, kalau ternyata udah jebol nanti duit kembali lima puluh persen.""Beneran nih ya duit kembali.""Kapan sih gua bohong."Uwais tercekat saat mendengar percakapan Zhafran dan lelaki itu, ternyata Anisa memang benar akan dijual dan mungk

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 26)

    "Tunggu!" Orang orang yang menyeret Anisa langsung menoleh, sementara gadis itu masih meronta ronta sambil menatap Uwais, untuk beberap detik mereka saling berpandangan."Ngapain kalian kasar sama perempuan? Dia itu temanku!"Lalu salah satu lelaki menyorotkan senter ke wajah Uwais hingga lelaki itu merasa silau."Kau kan anaknya Tuan, ngapain di sini?""Mau nyusul temenku, lepaskan dia."Beberapa orang lelaki itu saling berpandangan nampak bingung karena bagaimanapun juga perintah Zhafran pantang dilanggar."Bicarakan saja sama Tuan, urusanku cuma menangkap perempuan ini, dia masuk ke dalam ingin mencuri.""Hah?"Uwais langsung menatap Anisa, rasanya tidak mungkin gadis selembut dia harus mencuri, begitu pikir Uwais."Aku nggak mencuri! Aku mau menyelamatkan ….""Diam! Masuk ke dalam sekarang juga! Silakan Anda bicara dengan Tuan Zhafran, saya nggak mau disalahkan."Melihat Anisa kembali diseret Uwais langsung masuk ke dalam berlarian entah ke mana, beberapa kali dia menghadang para

  • Balasan Telak Untuk Suamiku Dan Istri Keduanya   Season 2 (Bab 25)

    Pagi itu Wirda sudah tak sabar menanti kedatangan Uwais, pasalnya malam tadi dia langsung pulang ke rumah karena sudah kemalaman dan kelelahan."Mbak, aku sudah agak enakan kalau mau pulang silakan, aku bisa sendiri kok."Fatma menatap Wirda dengan getir, pagi ini Wirda memang terlihat lebih bugar, baru satu malam saja sudah ada perubahan pada tubuhnya lain lagi ketika dirawat di rumah sakit kemarin Wirda lebih banyak tidur dan susah bergerak."Besok deh aku pulang ya, biar yang jaga gantian sama Uwais, hari ini dia ngajar dulu nanti siang baru kemari katanya.""Ngajar di mana, Mbak?" "DI sebuah universitas, Wir, ini hari pertamanya setelah kembali dari Madina, kamu sabar ya.""Oh hebat banget ya anak Mbak, punya bisnis jadi dosen lagi, iya deh aku sabar, tapi gimana suami Mbak?""Tidak hebat tapi Allah yang karuniakan kelebihan itu padanya." Dia tersenyum.Sejak dulu Fatma memang tidak pernah membanggakan dirinya ataupun prestasi anak anaknya pada orang lain, itu semua untuk menjaga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status