Share

Bab 8.A

"Mbak, please tolong Mas Ahza." Wirda mengiba dengan cara menangkupkan kedua telapak tangannya.

Fatma masih tak bergeming ia malah melengos dari hadapannya. Namun, Wirda tak putus asa ia membuntuti Fatma hingga ke depan pintu kamar.

"Tunggu di sini!" tegas Fatma lalu menutup pintu itu sedikit keras.

Ada kesal yang menyeruak dalam dadanya. Disaat sakit mereka mencari, lalu dimana mereka ketika saat itu sedang bersenang-senang? ternyata kedua orang itu hanya ingin berbagi duka, gumamnya, lalu Fatma tersenyum getir.

Di dalam kamar ia lekas mencari selembar kertas dan pulpen lalu tangannya mulai menulis resep.

"Ini resep ramuan obat sakit lambungnya suamimu, buat saja sendiri aku malas."

Fatma segera menutup pintu rapat-rapat, tanpa memberi kesempatan pada mantan adik madunya untuk bertanya, ia sudah malas jangankan untuk bicara, untuk bertatap muka saja ia risih.

*

Sementara di luar sana Wirda mencebik lalu mendengkus kesal.

Bagaimana ia bisa membuat ramuan yang terbuat dari rempah-rempah itu?

Bahkan ia tak bisa membedakan mana kunyit, jahe dan lengkuas.

"Ugh! Menyebalkan!" Wirda merutuk di hadapan suaminya yang sedang kesakitan.

"Gimana, Dek?" tanya Ahza lemah.

"Mbak Fatma ga mau buatkan ramuannya, Mas! Sudahlah kita ke dokter saja," jawab Wirda kesal, lebih tepatnya kesal pada mantan kakak madunya.

"Ga mempan, Dek, kalau minum obat kimia, Mas terbiasa minum ramuan tradisional buatan Fatma."

Wirda menghentakkan kepalan tangannya ke kasur, lalu kedua rahangnya mengeras.

"Tau ah, Mas! Kamu ga bisa dibilangin! Ngeyel!"

Bagaimana ia tak emosi jika yang keluar dari mulut suaminya selalu nama Fatma, seseorang yang pernah menjadi saingannya dulu.

Kini ia sudah menjadi pemenang. Namun, kenapa seolah di hati dan pikiran Ahza sosok Fatma tak juga menghilang, bahkan sosok itu selalu hadir menghantui ketenangannya.

Takut, jika Ahza akan kembali menjalin cinta dengan mantan istri pertamanya, terlebih suaminya itu selalu mencari celah untuk bicara atau sekedar memperhatikan Fatma dari kejauhan.

Wirda benci itu, ia ingin menanam beribu-ribu kebencian di benaknya. Namun, bagaimana caranya? bahkan cara yang extrim pun sudah ia lakukan.

"Dek, Mas mules lagi nih, bantuin ke kamar mandi ya, Mas lemes banget," pinta Ahza dengan suara yang memilukan.

Wirda menghela napas, raganya mulai terasa lelah, hampir seharian ini ia menuntun suaminya bolak balik ke kamar mandi.

"Kamu kok BAB-nya ga berhenti-berhenti sih? sudahlah kita ke dokter saja," cetus Wirda mulai geram.

Ini sudah zaman modern, mengapa suaminya itu masih saja meminum ramuan tradisional? apa jangan-jangan itu hanya alasan saja untuk mencari perhatian Fatma. 

"Iya-iya nanti Mas ke dokter, tapi sekarang bantu Mas ke kamar mandi dulu sudah ga tahan ini."

Wirda mencebik lalu menuntun suaminya menuju toilet dalam kamar itu dengan terpaksa.

"Aduh, Dek, kayanya Mas sudah keluar duluan ini," ucap Ahza seraya menyentuh bokongnya, seketika Wirda mencebik lalu menutupi hidungnya.

"Jorok banget sih kamu, Mas! Terus yang nyuci celana kamu nanti siapa?!" Wirda mulai meradang.

"Maaf, Dek."

Hoekkk! Hoekkk! 

Tak berselang lama Ahza kembali memuntahkan isi dalam perutnya, alhasil lantai kamar itu menjadi kotor, muntahan Ahza berceceran di mana-mana.

Wirda mulai khawatir sekaligus bingung, harus apa dan bagaimana, selama ini ia tak pernah mengurus orang sakit, wanita itu selalu di manjakan oleh kedua orang tuanya.

"Kok kamu muntah lagi sih, Mas! Lihat kamar ini jadi kotor 'kan karena muntahan kamu," ucap Wirda setengah berteriak.

"Ma-maaf," gumam Ahza lalu ia kembali muntah dan mengotori karpet lantainya.

"Ya ampuuun!" 

Bukannya menolong wanita itu malah marah-marah.

Hati Ahza merana, ia teramat merindukan sosok Fatma, terlebih disaat dirinya sedang sakit seperti ini, biasanya Fatma selalu mengurusnya sepenuh hati, tak pernah mengeluh apalagi marah-marah seperti istri keduanya.

"Fatma tolongin, Mas," gumam Ahza setelah itu tubuhnya limbung lalu tersungkur ke lantai, ia tak pingsan hanya merasa lemas karena terlalu banyak kehilangan cairan tubuh.

"Mas! Kamu kenapa?" teriak Wirda panik.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mampus kau ahza. makan tu harapan yg diberikan wirda.
goodnovel comment avatar
Sari Mbit
bagus novelnya
goodnovel comment avatar
Ars Adzkiya
nulis Fatma dan Wirda selalu terbalik... gak disunting ya ini ?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status