Share

Balas Dendam Berakhir Maut

Pikiranku bertambah kalut. Dadaku semakin sesak. Air mataku semakin deras. Setelah berteriak menumpahkan segala emosi, bukannya tenang, aku malah tambah uring-uringan.

Dengan segera, kulajukan motor metikku.

Setibanya di rumah, aku sudah tidak tahan lagi. Aku menangis, membentak, dan marah.

“Kemana Tia? Kenapa dia sejahat itu. Bukankah dia yang telah selingkuh dengan Bang Udin. Lalu, kenapa aku yang malah difitnah.”

“Apa yang kamu katakan, Lan? Kamu kenapa? Kenapa pula kamu pulang sepagi ini?” Kak Dina menghampiriku.

Aku duduk dan mengatur napas. “Kakak—ta—hu, Bang—Udin dan Tia—sudah—selingkuh,” ucapku terbata-bata.

“Ngomong yang jelas, Lan! Apa maksudmu?”

Kak Dina juga terlihat tidak sabaran. Dia sampai berdiri mendekatiku.

Aku menarik napas kembali, mencoba untuk tenang, agar bisa menjelaskan dengan benar.

“Kak Dina tahu, selama ini, Bang Udin dan Tia sudah selingkuh. Mereka bahkan sudah tidur bersama.”

Wajah Kak Dina seketika memerah. Ibu yang tampak hendak pergi ke depan untuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status