Share

18. Demi hidup masing-masing part 1

"Ayah … mengapa kita tidak mencari tabib?" Gadis itu mulai menangis tersedu dan memegang tangan ayahnya itu. "Paman pemilik bar bilang luka ayah sangat parah. Kita punya keping emas.. ayo kita mencari tabib Ayah."

"Liz … maafkan ayahmu ini … uhuk, nanti … uhuk, prajurit muda carilah," Dengan sisa-sisa tenaganya, pria sekarat itu menunjuk sebuah kotak diatas lemari.

"Ayah … bertahanlah, aku panggil paman," isak anak gadisnya.

"Tidak … tidak, Liz … uhuk, dengar ibumu masih … ah … hidup di Solandia," rintih pendongeng itu dengan tersengal-sengal.

Nafas pria itu sudah tidak panjang lagi. Pandangan matanya sudah sangat kabur. Bayangan ingatan masa lalu, kenangan indah, trauma, pencapaian, keluarga, penderitaannya semuanya datang silih berganti.

"Hah..hah..hah.. surat … beri pada … prajurit ituh," pesannya pada anak gadisnya.

"Sudah Ayah … sudah," Tangis gadis itu semakin menjadi-jadi melihat kondisi ayahnya yang sedang sakaratul maut. Dipeluknya ayahnya, tak ingin gadis itu melepaskan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status