Share

Bab 103

Penulis: Skyy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-20 14:53:54

“Tunggu, angka ini salah!”

Suara itu datang dari salah satu teknisi Heaven’s Pulse yang berdiri di balik panel kaca ruang penyegelan. Pria paruh baya bernama Raka itu menatap layar holografik dengan dahi berkerut, jarinya berhenti di atas tombol konfirmasi.

“Ulangi pengukuran,” kata Harris tanpa menoleh.

Raka menelan ludah. “Sudah tiga kali, Dokter.”

Di dalam ruang penyegelan, tubuh Sera terbaring di atas meja kristal, dikelilingi lingkaran tipis cahaya biru. Udara tetap steril, tenang, nyaris mati. Namun layar-layar di sekeliling ruangan menampilkan sesuatu yang berlawanan, grafik Qi yang terus bergeser, tidak pernah kembali ke garis tengah.

Liora berdiri di sisi Harris, matanya berpindah cepat dari satu layar ke layar lain. “Pola alirannya tidak seimbang.”

Harris menganggkuk. “Benar, ini tidak simetris.” Ia menunjuk dua grafik yang berjalan paralel. “Qi normal selalu punya cerminan. Yin dan Yang, masuk dan keluar, tekan dan lepas.”

Jarum naga di tangannya bergetar tipis saat ia mend
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Bangkitnya Dokter Agung    Bab 110

    “Lihat makhluk itu, dia berubah!” Suara Liora terdengar tegang, nyaris tenggelam oleh dengungan medan yang kembali hidup. Cahaya biru berkedip tak stabil, seperti denyut nadi yang dipaksa bekerja di luar batas.Harris berdiri di tengah ruang rawat, matanya tajam. “Apakah dia sedang berusaha meniru?”Qi merah yang tersisa dari manifestasi sebelumnya tidak lagi menggumpal liar. Ia memanjang, menipis, lalu menyusun pola alur yang terlalu familier. Garis-garisnya membentuk lintasan yang Harris kenali tanpa perlu berpikir.“Pola Nafas Surga,” gumam Liora. “Tidak mungkin—”“Mungkin,” potong Harris. “Karena dia belajar dari jangkar.”Qi itu melesat ke arah meridian seorang pasien, ia menjerit ketika tekanan tak kasatmata menekan saraf Qi di pergelangan tangannya. Tubuhnya kaku, mata membelalak, napas tersedak.“Zona C, tutup!” teriak Raka.Harris sudah bergerak, ia berlari menyilang ruangan, jarum naga berkilat di tangannya. Tusukan pertama memutus lintasan Qi di udara. Tusukan kedua mengali

  • Bangkitnya Dokter Agung    Bab 109

    Sementara di dunia luar.“Tekanan medan naik—!”Teriakan itu terpotong oleh bunyi retakan.Harris tersadar dan bergerak secepat kilat sebelum lampu indikator berubah merah. “Semua pasien tetap di posisi,” katanya cepat. “Jangan ada yang keluar dari lingkar steril!”Lantai ruang utama Heaven’s Pulse bergetar. Garis-garis Qi biru yang tertanam di bawah permukaan kristal menyala serempak, lalu—satu per satu—padam seperti urat yang diputus.Liora menatap layar medan dengan wajah menegang. “Harris, netralisasi gagal.”“Aku tahu.”Ia merasakan lebih dulu daripada melihat. Udara di dadanya terasa berat, seolah ada tangan tak terlihat yang menekan dari dalam paru-paru. Qi merah yang tipis dan hampir transparan mulai merembes keluar dari ruang penyegelan Sera seperti darah.“Ini bocoran terstruktur,” gumam Harris. “Bukan kebocoran acak.”Belum sempat Liora menjawab, udara di tengah ruang rawat menggumpal. Ia mengerut, memadat, lalu jatuh ke lantai dengan suara basah yang membuat bulu kuduk ber

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 108

    “Kalau kau masuk sekarang, jangan mencoba berbicara seperti dulu.” Suara Liora terdengar rendah, hampir tenggelam oleh dengung stabil ruang penyegelan.Cahaya biru di sekeliling meja kristal merapat, membentuk lapisan tipis yang berdenyut pelan.“Aku tidak datang untuk berbicara seperti apa pun,” jawab Harris tenang.Ia berdiri di sisi meja, menatap tubuh Sera yang terbaring diam. Wajahnya pucat, tapi terlalu tenang untuk seseorang yang kesadarannya terus ditarik dua arah.“Waktu maksimum?” tanya Harris.“Tiga menit kesadaran penuh,” jawab Raka cepat. “Lebih dari itu, tekanan balik ke tubuh fisik berbahaya.”“Cukup,” kata Harris.Ia menekan jarum naga ke titik di antara alis Sera, tidak menusuk, hanya menyentuh. Nafas Surga diturunkan sampai batas paling tipis. Ruangan seolah menjauh.Suara mesin memudar dan dunia runtuh ke dalam.Harris berdiri di ruang tanpa dinding. Hamparan abu pucat terbentang di hadapannya, seperti sisa mimpi yang lupa bentuknya. Di kejauhan, cahaya merah samar

  • Bangkitnya Dokter Agung    Bab 107

    “Tapi energi itu tidak lagi terkurung.” suara pelan Liora terdengar.Di ruang observasi Heaven’s Pulse, deretan layar holografik memantulkan cahaya pucat ke wajah para staf. Grafik-grafik Qi bergerak tidak sinkron, naik turun dengan pola yang semakin sulit diprediksi.Harris berdiri di depan layar utama, kedua tangannya di belakang punggung. Tatapannya tenang, tapi fokusnya tajam, seperti pisau yang sudah diarahkan terlalu lama. “Sejak kapan?” tanyanya.“Dua jam lalu,” jawab Raka cepat. “Awalnya fluktuasi kecil. Tapi sekarang mulai konsisten.”Ia menunjuk satu grafik yang berwarna merah kusam. “Ini bukan lagi reaksi lokal dari ruang penyegelan.”Liora melangkah mendekat. “Itu bocoran.”Harris menoleh. “Ke mana?”Liora menatap wajah Harris dengan bimbang. “Ke lingkungan sekitar.”Seolah kata-kata itu adalah pemicu, alarm lembut berbunyi di salah satu terminal.Seorang perawat senior masuk tergesa-gesa. Wajahnya pucat, napasnya sedikit memburu. “Dokter Harris, kami punya laporan dari ru

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 106

    “Aku tidak tahu, namun segel arsip sepertinya telah aktif.” Suara itu menggema pelan di ruang bawah Heaven’s Pulse.Diikuti lampu-lampu putih redup menyala satu per satu, menerangi dinding baja yang dipenuhi simbol medis kuno dan pengaman berlapis.Harris berdiri di tengah ruangan, telapak tangannya menempel pada panel kristal transparan. Di balik panel itu, lapisan demi lapisan segel berpendar, saling menindih seperti jaringan saraf.“Ini level tertinggi,” gumam Liora, berdiri di belakangnya. “Arsip yang bahkan Konsorsium tidak pernah lihat.”“Karena ini bukan untuk dunia luar,” jawab Harris tenang. “Ini untuk pewaris.”Panel bergetar pelan.Cahaya emas dari liontin di dada Harris menyatu dengan sistem pengaman. Segel pertama terbuka. Lalu yang kedua. Lalu yang ketiga.Klik.Sebuah laci logam hitam meluncur keluar dari dinding. Di dalamnya, bukan dokumen digital, bukan tablet, melainkan gulungan-gulungan tipis yang dibungkus kain abu-abu tua, masing-masing disegel dengan cap lilin be

  • Bangkitnya Dokter Agung    Bab 105

    “Dia bergerak!”Peringatan itu datang terlambat setengah detik.Lampu indikator di ruang penyegelan Heaven’s Pulse beralih dari kuning ke oranye. Garis-garis cahaya biru yang membentuk segel bergetar, lalu merapat kembali, seolah ruangan itu menahan napas.Harris sudah berdiri di sisi meja kristal ketika kelopak mata Sera bergetar. “Semua mundur,” katanya tenang. “Tetap di luar lingkaran.”Liora melangkah setengah langkah ke depan, lalu berhenti. “Harris—”“Sekarang!”Ia tidak menoleh. Jarum naga sudah tersusun di udara, berputar perlahan mengikuti ritme Nafas Surga yang ia tahan setipis mungkin.Sera membuka matanya, namun tidak sepenuhnya. Pupilnya tidak fokus, putih matanya dipenuhi serabut merah tipis yang berdenyut mengikuti cahaya di dadanya. Napasnya terangkat cepat, dangkal, lalu berhenti sejenak, seperti sedang mendengarkan sesuatu yang tidak ada di ruangan itu.“Jangan sentuh dia,” bisik perawat muda di balik panel kaca. Tangannya gemetar di atas konsol.Sera menoleh. Geraka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status