Share

62. Duka dan Suka

Author: Banyu Biru
last update Last Updated: 2025-07-27 13:27:49

Pemakaman Delia berlangsung dalam balutan duka yang mendalam. Saka, yang selama ini dikenal keluarga Delia dan pihak rumah sakit sebagai suami Delia, mengurus segala sesuatunya bersama kedua orang tua Delia. Mereka terlihat begitu terpukul, air mata tak henti-hentinya membasahi pipi mereka yang sembab. Saka berdiri dengan tegar. Dia sesekali mengusap punggung ibu Delia, mencoba memberikan kekuatan dalam kesedihan.

Aku datang ke pemakaman dengan ibu. Kami berdiri agak jauh dari kerumunan, di bawah lindungan pohon kamboja yang rindang. Ibuku menggenggam tanganku erat, seolah memberiku kekuatan dan ketenangan di tengah gejolak perasaanku yang tak menentu. Antara Delia juga Saka.

Berkali-kali ibu melirikku. Mungkin memastikan, jika aku baik-baik saja dalam kondisi ini. Aku menoleh, lalu tersenyum menatap ibu. Meski aku juga tahu, ini adalah hal yang berat juga bagi ibu karena harus bertemu dengan Tante Asa.

Orang tua Delia dan Tante Asa, iampak begitu harmonis dalam duka. Tante Asa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka   68. Saatnya Bangkit

    Beberapa minggu telah berlalu sejak pertemuan terakhirku dengan Ibu. Hari-hari kembali berjalan seperti biasa. Aku menghabiskan waktu di klinik dan sesekali memantau perkembangan rumah sakit yang ibu jadwalkan akan segera buka. Saka sendiri terlihat mulai bangkit. Meskipun belum kembali bekerja di rumah sakit besar, ia tetap menjalankan perannya sebagai suami. Tatapan matanya kini mulai bersinar lagi, dan senyum di wajahnya semakin sering terlihat. Sepertimya, kami memang benar-benar ikhlas menjalani semuanya. Tapi hari ini terasa berbeda. Saat aku sedang duduk di ruang istirahat klinik, membuka berkas hasil evaluasi kesehatan gigi anak-anak usia dini, ponselku bergetar di atas meja. Nama suamiku tertera di layar. Aku segera mengangkatnya. “Halo, Saka?" Nada di seberang terdengar tergesa, tapi bahagia. “Nada… kamu bisa video call sekarang?” Aku mengernyit. “Em bisa? Ada apa?” “Sebentar ya, aku kirim gambar ke kamu dulu.” Belum sempat aku bertanya lebih jauh, notifika

  • Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka   67. Rumah Sakit dan Kesempatan kedua

    Seperti biasa, setelah olah raga pagi mengelilingi kompleks, aku kembali sibuk dengan aktifitas dapur. Tak ada yang spesial, hanya oatmeal untukku lalu salad sayur dan jus buah untuk Saka. Aku tak punya waktu karen harus segera ke klinik. Hidungku yang memgendus bau shampo favorit Saka menoleh. Menatapnya yang berjalan mendekat. "Udah mandinya?" Tanyaku basa-basi sambil menyiapkan makanan di piring saji. Asisten rumah tangga sudah kuliburkan beberapa hari yang lalu karena Saka keberatan. Pasalnya dia sudah banyak di rumah jadi tak nyaman jik ada perempuan lain bersamanya saat aku tak di rumah. Aku hanya menyanggupi meski sebenarnya keteteran juga. Untungnya, Saka mau membantuku mengurus perkerjaan rumah sehari-hari. "Udah mau jam tujuh. Sana mandi. Biar aku yang nerusin!" Tawar Saka sambil mengecup pundakku. "Beneran?" Tanyaku memastikan. "Hem. Udah selesai juga. Aku bisa nata-nata di meja!" Aku mengangguk lalu melepas apron dan menatapnya sesaat. "Terima ka

  • Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka   66. Aku bukan Pelakor

    Aku kembali memasuki area perbelanjaan. Penat hari ini semakin bertambah. Bertemu dengan Tante Asa lalu Sasi, benar-benar menguras energi. Tante Asa yang terang-terangan memintaku untuk berpisah dari Saka, lalu Sasi yang terang-terangan mengakui kelicikannya bersama Danar. Kepalaku masih berdenyut. Mungkin dengan kembali berbelanja bisa sedikit mengalihkan pikiranku. Aku mengambil kembali keranjang belanjaan lalu melangkah menuju bagian kebutuhan sehari-hari. Perlahan berjalan melewati lorong-lorong barang, sambil mengingat kembali barang apa saja yang memang kuperlukan. hingga sebuah panggilan membuatku menoleh. "Nada? Kamu Nada kan?" Aku terkesiap. Dunia ini memang sempit ternyata. Apalagi jika kau punya masalah! Aku menghela nafas peelahan. entah Apalagi drama kali ini.. Aku melihat ibu Delia berdiri menatapku tajam. "Bu!" Aku menyapa dengan hangat sambil menganggukkan kepala. Perlahan beliau berjalan mendekat lalu tiba-tiba.. Plak! Secepat itu menamparku. Tanpa ku

  • Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka   65. Dilema

    Beberapa hari berlalu, namun bayang-bayang pertemuan Saka dengan ibunya masih menghantui. Aku tahu Saka berusaha tegar, tetapi sorot matanya tak bisa menyembunyikan kebingungan. Aku pun demikian, diliputi rasa bersalah yang semakin dalam. Keputusanku untuk merahasiakan pernikahan ini, keputusan yang semula kupikir akan melindungi Saka, justru berbalik menjadi bumerang yang mengancam masa depannya. Tak bisa terus menerus meratapi keputusan ini, aku yakin akan ada jakan keluar yang akan kami temui. Hingga pertemuan yang tak bisa kuhindari. Bertemu dengan Tante Asa, saat aku memutuskan untuk pergi ke mal sendirian. "Nada?" Aku menoleh. Di hadapanku, berdiri Tante Asa, ibu Saka. Wajahnya terlihat lelah, namun sorot matanya tajam. Jantungku berdebar tak karuan. Ini kali pertama kami bertemu secara langsung setelah kabar pernikahan kami mencuat. "Tante Asa," sapaku pelan, merasa canggung. "Bisa kita bicara sebentar?" tanyanya, suaranya tenang, namun ada nada perintah yang tak bisa d

  • Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka   64. Fitnah di Tempat Kerja

    Aku menatap Saka, mencoba mencerna semua yang baru saja kudengar. Syarat dari keluarga Delia, tentang tidak berhubungan dengan siapapun selama setahun, terasa seperti tembok tebal yang tiba-tiba muncul di antara kami. Aku menghela nafas berat. "Saka," ucapku pelan, meraih tangannya yang masih memegang amplop cokelat. "Mengenai pernikahan kita... bisakah kita merahasiakannya dulu untuk sementara waktu?" Saka menatapku, matanya memancarkan kebingungan, namun ada juga sedikit rasa sakit. "Maksudmu... kita menyembunyikannya?" Aku mengangguk ragu. "Aku tahu ini berat, Saka. Tapi, dengan rumor yang belum jelas ini... dan syarat dari keluarga Delia... aku rasa akan lebih baik jika kita tidak mempublikasikan pernikahan kita untuk sementara. Setidaknya, sampai semua ini mereda dan kita menemukan cara untuk menghadapinya." Saka menghela napas panjang, sorot matanya menunjukkan betapa berat keputusan ini baginya. "Jadi, aku harus berpura-pura bahwa kita belum menikah?" "Bukan berpura-pu

  • Bangkitnya Istri Kaya yang Terluka   63. Wasiat Delia dan permintaan Keluarga

    Ehem!" Dehem Saka, yang tiba-tiba membuat bulu kudukku meremang. Aku cepat-cepat menghindar dengan merapikan beberapa barang yang Saka bawa. Bahkan saat makan malam, Saka tak henti-hentinya mengirim sinyal.Setelah aku melangkah menuju kamar, Saka segera menyusul. Dengan perlahan mendekatiku. Tangannya melingkar dipinggang danxmenghirup rambutku dalam-dalam. Aku berbalik menatapnya. Keheningan malam yang menyelimuti kami berdua, membawa nuansa beda yang tergambarkan kata.Akhirnya, setelah sekian lama terpisah, kami bisa merasakan kedekatan ini. Kedekatan yang menjadi pengikat antara aku dan Saka. Beberapa waktu berlalu. Saka menatapku lembut, senyumnya menghapus sedikit demi sedikit wajah sayunya. Aku tersenyum menatapnya. “Malam ini… adalah malam pertama kita yang sesungguhnya, Nada,” bisiknya, suaranya sedikit parau namun penuh kehangatan. Aku hanya mengangguk, jantungku berdebar tak karuan. Ada rasa canggung, tentu saja. Perjalanan kami terlalu berliku, terlalu banyak rasa sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status