Share

Bangkitnya Istri yang Dibuang
Bangkitnya Istri yang Dibuang
Penulis: Baby Yangfa

Tuduhan Fitnah

"Katakan padaku, siapa yang menghamilimu? Jawab!"

Kania terperangah mendengar teriakan dari Sean di hadapannya. Tuduhan tak berdasar yang suaminya itu lemparkan padanya setelah ia memberikan kabar bahagia ini tidak pernah Kania perkirakan. Padahal ia pikir Sean akan bahagia, Sean akan mencintainya setelah ia mengandung puteranya. Meski pernikahan mereka hanyalah pernikahan perjanjian ayah mereka berdua, tapi Kania mencoba menerima takdirnya. Ia mencintai Sean dan akan melakukan apapun untuk membuat pria itu membalas cintanya. Namun, apa yang ia khayalkan sungguh berbeda dari apa yang ia terima. Sean malah menuduhnya bermain api saat ia menjalani perjalanan bisnis selama dua bulan.

"Ini anakmu, Mas! Tidak pernah ada yang menyentuhku selain dirimu!"

"Lalu ini apa?"

Kertas-kertas bertebaran ke atas kepala Kania. Dengan cepat Kania memunguti kertas-kertas itu satu per satu. Sudut matanya terbelalak lebar saat melihat kertas apa yang di lemparkan padanya. Itu adalah sebuah foto. Foto dirinya yang tengah tertidur lelap di dekapan seorang pria. Sungguh, Kania sama sekali tidak tahu siapa pria itu. Ia bahkan baru melihat pria itu pertama kali. Namun, bagaimana bisa? Bagaimana bisa dirinya berada di dekapan pria itu di sana?

Sebenarnya kapan ini terjadi? Kania sendiri bahkan tidak yakin potret itu diambil dimana. Seingatnya ia tidak pernah pergi kemanapun. Ah, terakhir ia ke luar rumah adalah saat ia ditemukan pingsan oleh ibu mertuanya di kamar lalu dibawa ke rumah sakit.

Tunggu sebentar... Saat itu ia bahkan tidak yakin kenapa ia sampai tidak sadarkan diri. Ibu mertuanya hanya bilang bahwa ia sepertinya kelelahan karena kondisinya yang tengah hamil, tapi apa benar begitu?

Apa sebenarnya foto-foto ini adalah ulah Catherine, ibu mertuanya? Catherine memang tidak pernah menyukai dirinya semenjak ia menikah dengan Sean, namun dalam dua bulan ini Catherine selalu berbuat baik padanya. Ia pikir Chaterine juga merasa senang karena sebentar lagi akan memiliki cucu, tapi apa yang terjadi kini sungguh membuatnya teramat bingung.

"Mas ini salah paham! Sepertinya... Sepertinya ada yang menjebakku! Aku tidak mengenal pria ini!" ucap Kania dengan gemetar. Tatapan tajam Sean begitu menusuk membuat Kania merasa sangat gugup melihatnya.

"Menjebak?" Sean mendengus kasar, "Jangan becanda Kania, kamu kira aku bodoh?"

"Jangan dengarkan dia, Sean. Dia ini penipu! Mama sudah mengira saat Ayahmu mengajak wanita kampung itu kemari, dia bukan wanita baik-baik, dia hanya wanita murahan. Kamu tahu apa yang dilakukan dirinya saat kamu tidak ada? Dia terus menerus ke luar rumah bersama pria-pria yang berbeda."

Kania semakin terperangah. Ia menatap Catherine dengan tatapan tidak percaya. Rupanya sikap Catherine dalam dua bulan ini hanyalah sebuah kepalsuan. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Catherine malah memojokkannya dan memfitnahnya seperti ini?

"Kenapa ibu berkata seperti itu? Aku tidak pernah melakukan hal yang seperti ibu tuduhkan!"

"Kamu bilang ibu mengada-ngada? Ibu akan bawa buktinya!"

Catherine tiba-tiba menarik Bi Surti, asisten rumah tangga di rumahnya.

"Katakan pada mereka Bi, bagaimana perlakuan Kania di rumah ini saat Sean pergi!" ujar Catherine dengan menggebu-gebu.

"Benar apa kata Ibu, Bi?"

Bi Surti menatap ke arah Kania dengan bingung. Namun sejenak kemudian ia mengangguk kecil saat melihat tatapan Catherine yang mengancam.

"Be-be-nar Den,"

Jantung Kania serasa diremat saat mendengar ucapan Bi Surti.

"BIBI!! KENAPA BIBI BERBOHONG?" Kania menjerit merasakan ketidakadilan yang menimpanya saat ini. Ia tidak menyangka bahwa Catherine dan juga Bi Surti akan bersekongkol memfitnahnya di depan Sean. Air matanya mulai menggenang memenuhi kelopak matanya.

"Sa- saya tidak berbohong. Non Kania memang sering pergi, dia juga mengancam saya untuk tidak mengatakan hal ini pada Tuan Sean."

"Halah! Kamu ini terus saja mengelak. Jelas-jelas semua buktinya ada di depan mata!" ujar Catherine semakin memprovokasi.

"Tapi aku sama sekali tidak bersalah. Tolong... Tolong percaya padaku, Mas." Kania mulai merintih, meminta pertolongan kepada Sean untuk mempercayainya. Ia segera menghampiri Sean menarik tangannya dengan penuh harapan, "Aku mohon Mas, percaya padaku. Ini anakmu, ini darah dagingmu."

Namun, kejadian selanjutnya malah semakin membuat hatinya patah. Sean menepis tangannya dengan kasar, tatapan matanya menyiratkan rasa jijik yang teramat terhadap Kania.

"Singkirkan tanganmu dariku, wanita jalang!"

Kania tertegun mendengar umpatan dari Sean di hadapannya. Meski pernikahan mereka bukan atas dasar cinta, tapi Sean tidak pernah bertindak kasar padanya. Sean selalu bersikap baik padanya, tidak pernah ada umpatan atau kata-kata yang teramat kasar yang ia dengar kali ini.

"Aku pikir kau adalah wanita yang teramat polos yang bisa menjaga harga dirimu Kania, namun ternyata aku dan ayah salah selama ini."

Kania seolah kehilangan pijakan saat ini. Tidak ada yang membelanya lagi. Ayah mertuanya, Handriawan Sagara telah berpulang beberapa bulan yang lalu. Jika saja Handriawan masih ada, Kania yakin beliau tidak akan membiarkan Kania diperlakukan seperti ini.

"Angkat kaki dari rumah ini segera. Aku muak melihat wajah pura-pura polosmu itu, Kania!"

Kania hanya bisa terhenyak mendengar ucapan Sean. Setelah mengumpatnya dengan nada yang teramat kasar, sekarang Sean bahkan mengusirnya?

"Mas, kamu mengusirku? Kamu mengusirku saat aku tengah mengandung?" Kania bertanya dengan nada tidak percaya. Tubuhnya terasa lemah mendengar seluruh keputusan Sean saat ini.

"Keluar dari rumah ini, aku tidak mau memelihara jalang di rumahku!"

Jalang.

Kania menelan ludahnya dengan teramat pahit. Sekarang Sean bahkan menyebut dirinya jalang berkali-kali. Air mata Kania meluncur turun dengan teramat deras. Hatinya sakit, sangat sakit.

"Ya, pergi dari rumahku sekarang juga! Bereskan seluruh barang-barangmu dari rumah ini."

Setelah berkata seperti itu, Sean terlihat melangkahkan kakinya dengan langkah lebar meninggalkan tubuh Kania yang melorot ke arah lantai. Ia tidak percaya, seluruh kebahagiaan yang ia pikir akan ia terima malah menjadi mimpi buruk yang teramat pahit baginya.

"Kenapa kamu malah diam saja? Kamu tidak dengar apa yang Sean katakan? Pergi dari sini!"

Kania tidak bergeming mendengar ucapan Catherine. Semua kejadian ini masih sulit ia cerna.

Melihat Kania yang seolah menutup telinga, Catherine segera bergerak dengan geram. Ia melangkah menuju kamar Kania dan juga Sean. Ia memasukkan asal seluruh barang-barang Kania yang memang tidak terlalu banyak. Lagipula perempuan kampung itu hanya memiliki barang-barang murahan yang tidak cocok berada disini. Ia hanya akan mengemas barang-barang jelek menantu bodohnya itu. Pemberian Sean ataupun Handriawan harus ia tinggalkan disini, Kania tidak pantas menerima barang-barang mewah seperti itu.

Setelah selesai mengemas asal barang Kania, Catherine kembali ke arah Kania yang masih terduduk di lantai. Dengan kasar ia melemparkan tas lusuh itu ke pangkuan Kania.

Bruugh!

"Tunggu apa lagi? Pergi dari sini, kamu tidak pantas berada disini!"

Mendengar teriakan Catherine, Kania kembali memfokuskan pikirannya. Dengan lemah ia mengangkat tas itu lalu berdiri. Ia sudah diusir, jadi untuk apa lagi ia bertahan di rumah ini?

Sebelum pergi, Kania memberikan tatapan tajamnya ke arah Catherine. Kesabaran yang selalu terlihat dari pribadinya seketika lenyap. Ia menatap Catherine penuh benci lalu berkata, "Saya pamit. Semoga Anda selalu sehat setelah memperlakukan manusia dengan semena-mena seperti ini."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status