Share

Pergi

Author: Baby Yangfa
last update Last Updated: 2023-08-22 18:44:21

Kania berjalan dengan langkah gontai setelah keluar dari rumah Sean Sagara. Setelah diusir dari rumah Sean, ia tidak tahu lagi harus kemana ia melangkahkan kakinya.

Kania mengusap air matanya berkali-kali merasakan kepahitan yang baru saja menimpanya. Ia harus bagaimana setelah ini?

Kania mengusap perutnya. Ia lapar dan haus. Padahal ia sengaja mengosongkan perutnya untuk menunggu Sean datang. Ia jadi menyesal karena tidak mengganjal perutnya terlebih dulu.

"Kamu pasti lapar ya Nak," gumam Kania sedih.

Air matanya kembali mengalir membasahi pipinya yang putih. Namun, Kania menggelengkan kepalanya dengan cepat lalu menghapus air mata itu. Tidak ada gunanya ia kembali menangis, ia harus mencari cara untuk mendapatkan makanan untuk dirinya dan juga anak yang tengah dikandungnya.

Kania segera mengambil ponselnya lalu menempelkan benda mungil itu ke arah telinga. Tidak ada pilihan lain, untuk sementara ia hanya bisa meminta bantuan kepada keluarganya. Satu-satunya keluarga yang ia punya setelah kedua orang tuanya meninggal, saudara laki-lakinya.

****

"Yang benar saja Mas! Dia akan tinggal di sini? Keluarga kita sudah serba kekurangan, bagaimana bisa kamu berpikir untuk menambah beban keluarga ini?"

"Tapi Zea, dia adikku. Adikku satu-satunya. Dia sedang ditimpa kemalangan, bagaimana mungkin aku tidak menolongnya?"

"Dia itu pernah jadi istri orang kaya, seharusnya dia memiliki simpanan. Kenapa harus minta tolong kepada kita yang jelas-jelas tengah susah?"

Kania hanya bisa terpaku mendengar perdebatan antara Arshad, Kakaknya dan juga Zealine, istrinya. Dugaannya ternyata benar, Zealine sama sekali tidak menyukai kehadirannya di sini untuk meminta bantuan. Tidak hanya sekali, Zealine memang sering kali menunjukkan ketidaksukaannya pada Kania semenjak menikah. Entah karena iri atau apa, Kania sendiri tidak tahu.

Kania menghela nafasnya dengan berat. Sepertinya tinggal di sini bukanlah pilihan yang bagus mengingat kakak iparnya sama sekali tidak menyukainya.

Kania mengangkat tasnya lalu beranjak. Ia harus mencari cara lain daripada membuat pernikahan kakaknya menjadi berantakan.

"Loh Dek, mau kemana?" ujar Arshad heran saat melihat Kania melangkah pergi ke arah pintu.

"Aku akan cari tempat tinggal lain, Kak,"

Kania segera berjalan kembali meski Arshad terus memanggilnya sementara Zealine terlihat membuang wajah.

"Dek, tunggu. Tunggu sebentar,"

Langkah Kania terhenti saat Arshad berhasil menyusulnya. Arshad menarik tangan Kania lalu memberikan beberapa lembar uang kertas ke arah tangannya.

"Apa ini Kak?" ujar Kania merasa enggan menerima uang dari Arshad.

"Kamu pegang saja uang ini,"

"Tapi Kak, nanti Kak Zealine marah. Lagipula Kak Arshad dan Kak Zealine pasti membutuhkannya."

"Tidak apa-apa. Ini sisa uang dari lemburan Kakak, kamu pegang saja."

"Apa tidak apa-apa?" ujar Kania masih merasa enggan menerima uang itu.

"Tidak apa-apa."

Arshad mengacak rambut Kania dengan sayang. Sebenarnya Arshad merasa iba dengan kehidupan Kania, namun bagaimana lagi? Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Kehidupannya bisa dibilang serba kekurangan, wajar jika Zealine tidak setuju mereka menampung Kania.

"Biar Kakak antar kamu, tunggu sebentar disini. Jangan kemana-mana."

Kania hanya mengangguk kecil mendengar ucapan Arshad. Namun, saat Arshad menghilang dari hadapannya, ia segera mengambil langkah. Tidak, ia tidak mau merepotkan lagi kakaknya. Tatapan sinis Zealine tadi sudah membuatnya kikuk. Lebih baik ia pergi daripada membuat Arshad semakin terbebani. Dengan langkah yakin, ia berjalan meninggalkan rumah Arshad. Ia akan berusaha sendiri tanpa merepotkan orang lain lagi.

****

"Terimakasih Bu,"

"Kalau ada apa-apa, kabari ibu saja, Neng."

Kania tersenyum dengan ramah mendengar ucapan pemilik rumah kontrakannya, Ibu Lia. Ia merasa sangat bersyukur karena uang pemberian dari Arshad bisa ia pakai untuk mengontrak sebuah rumah sepetak untuknya. Meski kecil dan terkesan kumuh, tapi sepertinya masih layak.

Kania segera bergerak. Ia mulai merapihkan tempat itu dan membersihkannya dengan cepat.

Peluh-peluh mulai bercucuran, tubuh Kania terasa sangat lemas. Ah benar, ia belum memakan apapun sejak tadi. Sebaiknya ia mulai mencari makanan terlebih dulu.

Kania memilih berjalan ke arah pasar yang menurut pemilik kontrakannya tidak jauh dari sini. Dengan semangat, Kania mulai berjalan ke arah tempat yang dituju. Ternyata memang benar, pasar itu tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Setelah membeli beberapa bahan sayuran dan juga makanan jadi untuknya, Kania berjalan kembali pulang. Namun, langkahnya terhenti saat melihat satu mesin jahit yang dipajang di depan toko kain bertuliskan dijual di sana. Secara tiba-tiba Kania memiliki ide, bagaimana jika dia menjual jasa menjahit di tempat ini?

"Berapa harganya, Bu?" Tawar Kania.

"Satu juta Neng,"

Kania tertegun mendengar nominal mesin jahit itu. Satu juta? Darimana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu sekarang? Sudut matanya tiba-tiba terhenti pada cincin yang melingkar di jari manisnya. Apa sebaiknya ia menjual cincin ini saja?

"Bagaimana Neng? Mau?"

Mendengar desakan itu, Kania tidak berpikir panjang kembali. Ia segera melepaskan cincin emas itu dari tangannya lalu berkata dengan nada yakin, "Jadi Bu, sebentar nanti saya kemari lagi."

Kania berjalan menuju toko emas terdekat. Pernikahannya dengan Sean sudah berakhir dan pria itu sudah membencinya, jadi untuk apa lagi ia mempertahankan cincin pernikahan yang sudah tidak ada artinya lagi? Hatinya masih teramat nyeri. Ia akan menjual cincin ini untuk menghidupi anaknya.

****

"Mana Sean? Mana pria pengecut itu?"

Langkah Sean terhenti saat mendengar keributan di hadapannya saat ia tiba di kantor. Ia menghela nafasnya dengan lelah saat melihat sosok Arshad di sana tengah mengamuk sambil memanggil-manggil dirinya.

"Ada apa ini?" Tanya Sean tidak terima. Seluruh pegawainya terlihat berkumpul dan menonton keributan yang dibuat oleh Arshad. Ia tahu ini pasti berkaitan dengan Kania.

"Pengecut kamu!"

Arshad bergerak, merangsek maju ke arah Sean lalu menarik kerah bajunya.

"Bagaimana bisa kau malah mengusir istrimu sendiri, hah? Dia sedang hamil, lelaki macam apa kau ini?" Teriak Arshad dengan geram.

Sean segera menepis tangan yang mencengkram lehernya dengan kasar.

"Kania yang berselingkuh dariku, kenapa aku harus memaklumi perbuatan hinanya itu?"

"KANIA TIDAK MUNGKIN BERSELINGKUH! Dia wanita terhormat yang sangat menghormati dirimu!" Arshad kembali berteriak, kali ini teriakannya sangat kuat hingga membuat semua orang semakin berkumpul.

Sean melirik tidak senang saat keributan di sana semakin membesar. Apa Arshad sudah tidak waras? Kenapa malah membuat keributan yang membuat dirinya merasa malu?

"Aku tidak punya waktu untuk ini, Arshad. Semua bukti sudah aku pegang dan memang benar Kania berselingkuh. Maafkan aku, jika kau hanya ingin membuat keributan, sebaiknya kau pergi dari sini."

"Aku tidak akan pergi dari sini, semua pegawaimu harus tahu bagaimana dirimu sebenarnya."

Mendengar kekeraskepalaan dari Arshad, Sean segera memberi isyarat kepada pihak keamanan. Ia harus mengusir Arshad dari sini secepatnya, "Usir dia dari sini." Perintah Sean.

"Kau mengusirku? Keterlaluan!"

Sean memilh bergeming lalu melangkahkan kakinya. Melihat Sean yang mulai beranjak, Arshad kembali berteriak, "Kau akan menyesal karena sudah mengusir Kania, Sean! Anak yang dikandungnya adalah anakmu. Kau pasti akan menyesalinya!"

Langkah Sean terhenti mendengar teriakan itu. Sejenak ia mulai terhasut dengan perkataan Arshad. Hatinya yang mulai terpaut pada Kania membuat Sean merasa ragu. Apa benar ia akan menyesalinya? Apa Kania tidak pernah berselingkuh?

Namun Sean kembali menggeleng kuat. Pengkhianatan tetaplah pengkhianatan. Meski hatinya bersikeras bahwa Kania tidak mungkin melakukan itu, tapi semua bukti yang ibunya bawa telah mematahkan segalanya. Kania memang berselingkuh dan ia tidak akan pernah memaafkan pengkhianatan itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rani Saidah
awal cerita sdh bikin terharu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bangkitnya Istri yang Dibuang   Mari Kita Menikah

    Saat mengetahui bahwa yang berada di hadapannya adalah Leonard, Kania segera mengambil langkah. Ia mundur untuk kemudian berlari menghindar dari pria itu.Leonard yang melihat Kania melarikan diri darinya segera menyusulnya. Dengan cepat ia kembali menahan Kania lalu bertanya dengan nafas tersengal saat berhasil mendapatkan tangannya, "Kenapa kau lari?""Lepaskan aku.""Baik, tapi bagaimana kalau kita bicara? Aku sudah menyewa seluruh tempat ini khusus untukmu, apa kau tidak sayang jika aku membuang-buang uang karena kau tidak mau menemuiku?""Aku tidak menyuruhmu menyewa tempat untukku,""Ayolah Kania, aku mohon."Kania terlihat menghela nafasnya panjang, "Baik, tapi lepaskan tanganku dulu."Dengan cepat Leonard melepaskan genggaman tangannya. Kania segera memilih kursi yang berada tepat di hadapannya lalu duduk di sana. Musik romantis segera mengalun saat mereka duduk berdampingan. Kania memberikan tatapan jengahnya, sebenarnya apa maksud pria ini?"Kenapa kau lari?""Tidak apa-apa,

  • Bangkitnya Istri yang Dibuang   Akhirnya Kita Bertemu Lagi

    Leonard pulang ke rumahnya dengan langkah gontai. Setelah berkeliling selama hampir satu jam di dalam bandara, Leonard sama sekali tidak bisa menemukan Kania dimanapun. Kania sudah pergi dari kehidupannya, ia terlambat, sangat terlambat."Jadi bagaimana? Kamu menemukan wanita itu?"Leonard mendengus kuat mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Lauren tepat saat ia tiba di kediaman mereka."Mama pasti senang sekarang, Kania tidak bisa aku temukan. Dia sudah pergi dari hidupku selamanya. Apa sekarang Mama puas?" Tukas Leonard dengan penuh emosional.Alih-alih merasa simpati Lauren yang malah menuang alkohol ke gelasnya membuat Leonard merasa geram. Lauren memang sudah tidak perduli kepadanya lagi."Sepertinya Mama cukup senang karena sudah menghancurkan hidupku." ucap Leonard dingin. Ia menghela nafasnya panjang lalu mulai beranjak meninggalkan Lauren.Namun, baru saja ia hendak melangkah, Lauren tiba-tiba memanggilnya kembali, "Kau akan menyerah begitu saja padanya?"Leonard seketika m

  • Bangkitnya Istri yang Dibuang   Akhir?

    Leonard seketika tertegun mendengar ucapan Jasmine. Jasmine terlihat sangat serius di hadapannya membuat Leonard seketika mengangkat alis."Apa maksudmu?""Hari ini adalah keberangkatan Kania, apa kau akan terus berdiam diri di tempat ini dan membiarkan Kania pergi begitu saja?"Mata Leonard seketika melebar mendengar ucapan Jasmine, cekalannya di tangan Jasmine seketika terlepas, "Kania pergi hari ini?" tanyanya dengan nada tidak percaya. Sepengatahuannya projek mereka belum selesai dengan sempurna, masih ada beberapa tahapan pendistribusian dan promosi produk yang harus dilakukan."Pekerjaannya untuk membuat pakaian sudah selesai, jadi dia tidak akan ikut andil dalam promosi produk, semuanya hanya akan dilakukan oleh pihak Valerine."Leonard terlihat terhenyak mendengar penuturan Jasmine. Jadi Kania benar-benar akan pergi hari ini?"Tunggu apa lagi? Pergi!"Mendengar ucapan Jasmine, Leonard segera beranjak dari sana. Ia berlari keluar dari restoran itu tanpa menghiraukan panggilan d

  • Bangkitnya Istri yang Dibuang   Kita Batalkan Saja!

    "Yak selesai! Hasilnya bagus sekali."Semua bertepuk tangan ketika foto terakhir yang diambil dari Jasmine selesai. Beberapa orang menyalami Kania dan juga Jasmine karena projek itu berhasil dilakukan. Kania tersenyum, merasa cukup lega karena ia bisa melakukan projek itu tepat pada waktunya. Meski hatinya teramat berantakan dan juga banyak drama yang terjadi, akhirnya semuanya selesai. Ia menatap kursi tempat Leonard berada yang diduduki oleh Hannah. Masih sama, Leonard masih tidak ingin menemuinya sama sekali."Nanti malam akan ada perayaan kecil karena pekerjaan kita sudah selesai dilakukan, apa Ibu mau ikut?"Kania menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Dewi, "Kalian saja yang ikut, saya akan mempersiapkan semua persiapan kita untuk terbang besok?""Apa tidak apa-apa, Bu?" Tanya Dewi merasa tidak enak."Tidak apa-apa, kalian sudah banyak bekerja keras selama dua Minggu ini. Bersenang-senanglah di sana. Ah, jangan lupa bawa instal aplikasi bahasa di ponsel kalian masing-

  • Bangkitnya Istri yang Dibuang   Aku Sangat Mencintainya

    Setelah kejadian di rumah sakit tempo hari, Leonard tidak pernah datang lagi ke pertemuan mereka. Hanya ada asistennya yang mengikuti pertemuan mereka beberapa kali.Penasaran dengan keadaan Leonard, Kania menahan langkah asisten pribadinya setelah rapat selesai."Hannah, bisa bicara sebentar?"Hannah terlihat mengangkat alisnya lalu kemudian mengangguk mendengar pertanyaan Kania, "Ya, ada apa Bu Kania?""Apa Leonard baik-baik saja? Ah maksud saya sudah beberapa kali dia mangkir dari pertemuan kami.""Ah, Pak Leon baik-baik saja, dia sangat sibuk akhir-akhir ini karena projek yang lain. Apa ada masalah jika saya yang menggantikan Beliau?"Kania segera mengibaskan tangannya mendengar ucapan Hannah, "Ah tidak, kamu adalah orang yang kompeten juga, saya rasa Leonard tepat memilih kamu untuk mengurusi projek ini. Kalau begitu terimakasih,"Kania terlihat membalikkan tubuhnya untuk beranjak, namun Hannah kembali memanggilnya."Emm... Bu Kania? Apa Anda memiliki pesan untuk atasan saya?"Ka

  • Bangkitnya Istri yang Dibuang   Dilema

    Delon seketika terdiam mendengar ucapan Leonard. Keningnya berkerut dengan bingung, jadi mereka sudah saling mengenal sebelumnya? Tapi kenapa mereka berpura-pura tidak saling mengenal seolah baru berkenalan? Sebenarnya sedalam apa hubungan mereka hingga Leonard bersikap sangat posesif kepada Kania?Delon menghela nafasnya panjang, tidak ingin membuat keributan karena hal sepele akhirnya ia menyerah."Baiklah, saya serahkan Bu Kania kepada Anda."Delon menatap ke arah Kania yang masih tidak sadarkan diri lalu beranjak meninggalkannya. Untuk terakhir kalinya ia membalikkan tubuhnya lalu tertegun saat melihat pemandangan Leonard yang tengah memegang tangan Kania dengan erat. Delon terlihat mengangkat alis, sebenarnya apa hubungan mereka hingga Leonard bisa bersikap sedekat itu pada Kania?****Kania mengerjapkan matany saat mendapati atap putih di hadapannya, bau alkohol dan obat-obatan yang menyeruak membuat Kania seketika terhenyak. Dimana ia? Apa dia ada di rumah sakit?Kania mengangk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status