"Arisa, aku akan membantumu!" seru Logan yang berdiri di samping Arisa dengan mata berkilat. Sebagai anggota inti dari Keluarga Darmadi, dia yakin bahwa sekalipun Lukas dan dua orang lainnya menyerang, mereka tidak akan berani mencelakainya secara serius. Jadi, dia berniat memanfaatkan kesempatan untuk tampil di depan Arisa."Logan, lebih baik kamu simpan tenagamu! Dengan kekuatanmu itu, paling-paling cuma bisa menggertak kucing anjing jalanan!" ejek Lukas dengan tawa dingin.Arisa pun diam-diam mencebik, jelas tidak berharap banyak dari Logan."Roar!" Tiba-tiba, raungan buas dan penuh kemarahan terdengar dari bawah kawah gunung berapi. Aura mengerikan pun langsung menguar dari bawah sana!Begitu merasakan aura itu, wajah semua di sana langsung berubah drastis."Aura yang sangat kuat! Sepertinya ada binatang buas mengerikan di bawah kawah yang sedang menjaga obat dewa itu!" seru Raditya kaget."Tentu saja! Harta karun seperti itu tentu dijaga oleh binatang buas!" sahut Arisa dengan nad
Begitu Arisa melontarkan perintah itu, semua orang sontak tertegun sejenak, lalu menatap Afkar dengan berbagai ekspresi.Ekspresi Afkar berubah dingin dan sorot matanya memancarkan kemarahan yang bergejolak."Apa katamu?" Dia memelototi Arisa, suaranya dingin dan tajam."Aku suruh kamu lompat ke bawah. Bantu aku mengalihkan perhatian binatang buas itu! Selama aku bisa mendapat obat dewa itu, aku akan memberimu hadiah yang pantas," kata Arisa sambil melirik ke sekeliling dengan sombong. "Paling nggak, aku bisa pastikan kamu mendapat peringkat lima besar dalam ujian kali ini!"Begitu ucapan itu dilontarkan, sorot mata semua orang saat memandang Afkar langsung dipenuhi ejekan dan kepuasan. Mereka senang melihatnya menderita.Sementara itu, mata Lukas, Felix, dan Raditya pun berbinar-binar setelah mendengar usulan Arisa.Ya! Kalau orang lain turun untuk mengalihkan perhatian binatang itu, mereka bisa memanfaatkan kesempatan untuk merebut obat dewa. Ini ide bagus!Afkar mendengus dingin sam
Makanya, Arisa menggunakan Rose untuk mengancam Afkar."Lompatlah!""Ayo lompat! Kalau Nona Arisa nggak membunuhmu, kami yang bakal turun tangan!""Lompat saja, mungkin masih ada sedikit harapan! Kamu juga bisa menyelamatkan rekanmu kalau kamu lompat!""Haha. Aku nggak nyangka ternyata si Willy ini secantik itu! Kalau kamu nggak lompat, kira-kira apa yang akan terjadi padanya setelah kamu dihabisi?"Lukas, Logan, dan yang lainnya terus menekan Afkar. Tatapan Afkar terhadap mereka pun menjadi semakin tajam dan berbahaya. Ekspresinya juga semakin diliputi amarah.Swoosh! Tiba-tiba, Rose berkelebat ke sisi Afkar dan berkata, "Jangan lompat! Kalau lompat, kamu sudah pasti mati. Kalau perlu, kita lawan saja mereka semua! Aku bisa bunuh mereka!"Putri genius dari Keluarga Samoa itu berdiri tegak dengan sepasang cincin tajam di tangan, bersiap untuk bertempur tanpa ragu.Wajah cantiknya kini dipenuhi dengan tekad dan keberanian. Dia berdiri di samping Afkar tanpa berniat mundur sedikit pun.A
"Afkar, kamu ...." Rose yang berdiri di belakang Afkar kini tampak terkejut, ekspresinya dipenuhi kebingungan dan ketidakpercayaan saat merasakan aura mengerikan yang terpancar darinya."Menjauhlah, jaga dirimu baik-baik." Afkar tersenyum tipis, tetapi senyumannya itu dipenuhi aura mendominasi dan aura berbahaya.Sesaat kemudian, Afkar mengentakkan kakinya ke tanah dan tubuhnya melesat bagai peluru meriam!Aura dahsyat langsung mengunci target utamanya, yaitu Logan. Pria ini selalu bersikap arogan, menghinanya, bahkan ingin menghabisi nyawanya. Di hati Afkar, keinginan untuk membunuh Logan sudah mencapai puncaknya."Afkar, sialan kamu ...." Logan merasakan aura mengerikan yang terpancar dari tubuh Afkar, ekspresinya seketika dipenuhi ketidakpercayaan.Dia buru-buru bereaksi dan menusukkan tombaknya ke depan. Kekuatan penuh puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi pun meledak dari tubuhnya!Afkar hanya mendengus dingin. Tatapannya yang tajam memancarkan rasa meremehkan saat menat
Ekspresi semua orang di tempat itu langsung berubah. Yang benar saja? Seorang kultivator di puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi bisa bertarung melawan seseorang di tingkat pembentukan inti tahap menengah dan bahkan tidak berada di posisi tertekan?Yang lebih mengejutkan lagi, justru Arisa yang berada di tingkat pembentukan inti tahap menengah malah terdorong mundur selangkah akibat benturan tadi. Ini ... bagaimana mungkin?Afkar melirik Arisa dengan dingin. Nada bicaranya penuh ketidakpedulian dan penghinaan ketika berujar, "Levelmu baru segitu? Sebagai seorang kultivator tingkat pembentukan inti tahap menengah, kemampuanmu benar-benar payah."Sebenarnya Afkar sendiri juga cukup terkejut. Dia tidak menyangka bahwa kekuatannya ternyata bisa sedahsyat ini.Selama ini, Afkar selalu mengira dirinya yang masih berada di puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi, hanya akan mampu bertarung secara setara melawan kultivator tingkat pembentukan inti tahap awal.Bagaimanapun saat
Logan yang juga berada di puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi bisa-bisanya ... tewas hanya dengan satu tendangan dari Afkar? Semua orang yang ada di tempat itu langsung terkejut dan syok. Ekspresi mereka berubah drastis!Tap, tap, tap ....Seorang pria berambut panjang yang sejak tadi berdiri di sisi Logan, langsung mundur beberapa langkah dengan raut wajah penuh ketakutan. Saat berikutnya, dia pun berbalik dan berusaha melarikan diri!Namun baru saja pria itu berbalik, kilatan cahaya golok melintas di udara. Orang yang sebelumnya selalu mengikuti Logan dan ikut-ikutan menghina Afkar itu, dalam sekejap sudah terkapar tak bernyawa. Kepala dan badannya terpisah. Seorang kultivator tingkat pembangunan fondasi tahap akhir mati hanya dalam satu tebasan golok.Wuuush ....Melihat kejadian itu, semua orang di sekitar bergerak secara naluriah. Mereka serentak mundur ke belakang untuk menjaga jarak aman dari Afkar.Padahal sebelumnya saat Arisa mengusulkan agar Afkar melompat ke bawa
Saat itu Raditya menoleh ke arah Lukas dan Felix, lalu perlahan menggeleng. Dia menggunakan tatapan untuk memberi isyarat agar mereka berdua jangan bertindak gegabah.Lukas dan Felix sempat ragu sejenak, tetapi pada akhirnya hanya berdiri diam di tempat tanpa bergerak. Keduanya sudah bisa memahami maksud dari tatapan Raditya, yaitu lihat situasinya dulu sebelum bertindak.Kalau Arisa dan Afkar bisa saling melukai sampai kehabisan tenaga, belum terlambat bagi mereka bertiga untuk turun tangan dan menghabisi Afkar bersama-sama.Menghadapi Afkar yang menerjang ke arahnya, raut wajah Arisa langsung berubah serius. Dia mengangkat pedang panjang di tangannya, lalu mengayunkannya dan menebar bayangan pedang yang membentuk lautan cahaya. Itu bagaikan kepingan salju yang menyelimuti ruang di sekitarnya, lalu semuanya meluncur untuk menghujani Afkar tanpa celah.Tentu saja, "kepingan salju" ini bukan salju biasa, melainkan tebasan pedang yang luar biasa tajam. Masing-masing memiliki kekuatan mem
Arisa memiliki bakat luar biasa dan sudah berhasil mencapai tingkat pembentukan inti di usia yang masih muda. Apabila pencapaiannya tersebar keluar, itu pasti akan membuat orang-orang terkejut dan menganggapnya sangat mengerikan.Sayangnya sehebat apa pun bakat yang dimiliki Arisa, dia tetap kurang pengalaman dalam pertarungan nyata. Sejak dulu, dia nyaris tidak pernah benar-benar bertarung sekuat tenaga dengan orang lain.Selama lawan yang dihadapinya berada di bawah tingkat kekuatannya, Arisa selalu bisa mengalahkan mereka dengan mudah.Akan tetapi, Afkar yang berdiri di hadapannya sekarang adalah tipe lawan yang meski tingkat kultivasinya lebih rendah, dia tetap bisa melampaui batas kekuatan dan melawannya secara seimbang dan bahkan mengancam nyawanya.Bukan hanya itu, Afkar juga sudah mengalami banyak pertarungan mematikan. Pengalamannya dalam bertarung sekuat tenaga jelas jauh melebihi Arisa yang selama ini ibarat bunga dalam rumah kaca.Terlebih lagi setelah peristiwa di Bumantra
Saat berikutnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung menoleh dan menatap Lyra dengan penuh perhatian.Setelah bergegas ke sana, Afkar pun berjongkok di hadapan Lyra dan menghiburnya dengan suara lembut, "Lyra! Jangan takut, Paman datang menyelamatkanmu! Sekarang sudah aman kok, orang jahatnya sudah Paman kalahkan!"Gadis kecil itu masih duduk di lantai. Lyra menatap Afkar dengan tatapan kosong, seolah-olah pikirannya belum sepenuhnya kembali. Dia hanya terpaku dan berkata dengan suara pelan, "Paman Buaya ... kamu datang menyelamatkanku?"Mendengar itu, hati Afkar langsung terasa perih. Dia melihat masih ada jarum yang tertancap di tangan kanan Lyra.Dengan hati-hati, Afkar mencabut jarum itu dari tangannya lalu menghibur gadis kecil itu dengan beberapa kalimat. Setelah itu, Afkar berdiri dan melangkah ke tiang penyangga untuk memeriksa kondisi Aruna dan Barra.Ternyata, keduanya telah dilumpuhkan oleh Setan Garib dengan jarum perak yang ditusukkan ke titik akupunktur di
Begitu tebasan ini dilepaskan, 30% dari energi sejati yang telah dikompresi dan disimpan di dalam pusat energi Afkar langsung terkuras habis.Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dengan kekuatan Afkar sekarang, apabila teknik Retakan Langit digunakan secara beruntun, lima tebasan saja sudah cukup untuk menguras habis seluruh energi sejati dalam tubuhnya."Aaargh!" Menghadapi tebasan ini, bukan hanya ekspresi dari Setan Garib yang berubah, bahkan jiwanya sendiri rasanya ikut gemetar karena ketakutan.Namun, reaksinya cukup cepat. Dalam sekejap, Setan Garib mengangkat kedua lengannya dan mengerahkan seluruh kekuatan untuk mencoba menahan serangan pisau Afkar.Sebagai seorang kultivator tingkat pembentukan inti tahap akhir, kali ini Setan Garib benar-benar mengerahkan seluruh kekuatannya. Energi sejati yang kuat itu dipusatkan ke kedua lengannya dan juga ke cakar logam di tangannya.Klang!Ting!Saat berikutnya, suara logam beradu terdengar keras. Cakar logam milik Setan Garib langsu
Melihat hal itu, wajah Setan Garib sempat menunjukkan ekspresi meremehkan. Namun ekspresinya yang baru muncul langsung membeku seketika, lalu digantikan oleh sikap waspada dan kengerian yang dalam.Pisau Naga Es di tangan Afkar membawa aura yang mengerikan. Pisau menebas dalam lintasan yang indah dan akurat, lalu menebas lurus ke arah kepala Setan Garib.Jurus pertama dari Retakan Langit. Ini adalah pertama kalinya Afkar benar-benar menggunakan senjata spiritual ini dalam pertempuran nyata sambil menggabungkannya dengan teknik bela diri.Begitu tebasan pertama ini dilancarkan, Afkar merasakan aliran energi sejati dalam meridian tubuhnya tersedot keluar dengan cepat, lalu mengalir ke Pisau Naga Es yang digenggamnya.Hanya dengan sekali tebasan, energi sejati dalam tubuhnya langsung berkurang sekitar 5%. Angka ini mungkin terdengar sedikit, tetapi itu juga berkat kekuatan Afkar yang luar biasa besar sekarang sehingga jumlah energi sejati dalam tubuhnya sangat melimpah.Menghadapi seranga
Pria tua ceking itu memelesat ke pojok tembok, lalu menatap Afkar sambil tertawa pelan dengan suara yang dingin dan menyeramkan. Dia bertanya, "Afkar? Ternyata kamu? Hehehe ...."Ekspresi Afkar sangat dingin, sementara sorot matanya penuh dengan niat membunuh saat menatap orang itu. Dia balas bertanya, "Siapa kamu?" Orang itu bisa memanggil nama Afkar, berarti kemungkinan besar mengenalnya."Siapa aku? Nggak masalah juga kalau aku memberitahumu. Aku adalah Tetua Agung Sekte Kartu Hantu, Setan Garib!" Saat berkata demikian, wajah si pria tua ceking terlihat menyeringai secara mengerikan.Pria tua ceking itu lalu menambahkan, "Muridku, Hantu Senyap, dan murid dari muridku, Pencabut Nyawa, semua mati di tanganmu. Hari ini, aku datang untuk membalaskan dendam mereka!"Mendengar ini, tatapan Afkar jadi makin dingin. Dia menggertakkan giginya sambil berujar dengan penuh amarah, "Ternyata kamu bajingan tua dari Sekte Kartu Hantu! Kamu begitu percaya diri bisa membunuhku? Kalau begitu, hari in
Pada saat ini, Lyra melirik ke tangan kanannya. Di sana, terlihat jelas ada sebuah jarum yang tertancap. Tadi, dia memang terbangun karena tertusuk jarum itu.Lyra juga menyadari bahwa Aruna dan Barra yang berada di dekatnya masih terikat dan tidak sadarkan diri. Dia langsung ketakutan sampai meneteskan air mata."Bibi, Paman Barra, bangunlah! Ada orang jahat .... Huhuhu ...." Lyra berteriak sekuat tenaga sambil memanggil-manggil. Dia berharap bisa membangunkan orang dewasa untuk menolongnya.Namun, entah apa yang dilakukan oleh pria tua ceking itu pada Aruna dan Barra. Keduanya sama sekali tidak memberikan reaksi. Lyra pun mulai menangis putus asa. Dia duduk di lantai sambil berusaha mundur menjauh dan coba menghindari pria tua ceking itu."Bocah, kamu nggak bakal bisa kabur! Hehehe ...." Pria tua ceking itu tertawa jahat dengan sorot mata yang penuh ejekan dan kebengisan."Aaargh!" Tiba-tiba saat Lyra sedang merangkak mundur ketakutan, suara jeritan menyeramkan terdengar di telingany
Setengah jam kemudian ....Di luar vila Keluarga Subroto, sebuah SUV terparkir di sana. Namun di dalam mobil itu, tidak ada satu orang pun. Saat itu juga, terlihat sekelompok orang yang dipimpin oleh Bayu berdiri mengelilingi mobil dengan ekspresi bingung dan penuh tanda tanya.Raut wajah Bayu terlihat sangat serius. Dia bertanya dengan cemas, "Apa sebenarnya ... yang terjadi di sini? Aruna dan Lyra tadi sudah hampir sampai rumah, tapi orangnya ke mana? Kenapa mereka nggak ada di dalam mobil?""Aku juga nggak tahu, Pak Bayu. Waktu aku menemukan mobil ini, di dalamnya memang sudah kosong ...," jawab salah seorang pengawal Keluarga Subroto dengan gugup.Bayu coba menelepon Aruna dan Barra beberapa kali, tetapi tidak ada seorang pun yang mengangkat telepon. Hal ini membuatnya makin panik. Tak lama kemudian, Bayu langsung menelepon Farel dan menyuruhnya segera menyelidiki hal ini. Situasi ini benar-benar terlalu aneh.Padahal mobilnya tidak jauh dari gerbang vila Keluarga Subroto, tetapi
Setelah berkata begitu, Nona Besar Keluarga Subroto itu melirik Afkar sekilas dengan kesal, lalu langsung menarik Lyra pergi. Saat berbalik badan, pipinya terlihat memerah karena malu dan jengkel.Aruna masih jelas mengingat waktu makan bersama di taman hiburan, Afkar pernah memegang tangannya erat-erat dan bahkan meminum sup adonan tepung yang sudah terkena air liurnya.Meskipun belakangan terbukti bahwa Afkar melakukan itu karena sup tersebut telah diberi racun dan dia hanya sedang menolong Aruna dengan cara itu, tetap saja perasaan malu dan canggung itu tidak bisa hilang begitu saja setiap kali Aruna melihat pria itu.Barra juga sempat melirik Afkar dengan kening mengernyit, lalu dia berkata dengan nada datar, "Sampai jumpa, Pak Afkar."Afkar menarik sudut bibirnya. Wajahnya menampilkan ekspresi tak berdaya. Saat berikutnya, matanya yang tajam memancarkan kilatan cemerlang. Segumpal energi sejati yang lembut menyebar keluar dari tubuhnya, lalu masuk ke dalam tubuh Lyra tanpa diketah
Dua gadis kecil itu terlihat sangat bersemangat. Selain saling menyapa satu sama lain, mereka juga memberi salam kepada para orang dewasa. Namun seperti Afkar, Aruna dan Barra sama-sama hanya mengangguk ringan ketika melihat satu sama lain.Insiden waktu itu, saat Shafa tiba-tiba kambuh dan Afkar meledak marah, memang sedikit membuat hubungan mereka menjadi "canggung". Meskipun sebelumnya Aruna pernah meminta Afkar untuk pura-pura menjadi pacarnya, tetap saja di hatinya masih menyimpan sedikit ganjalan.Saat itu pula, Afkar yang awalnya hanya berniat menyapa dan pergi, tiba-tiba menatap dengan serius. Dia pun melangkah mendekat. Ternyata di atas kepala Lyra, samar-samar ada lapisan kabut hitam yang mengambang. Itu adalah pertanda nasib buruk dan malapetaka besar.Tentu saja, kabut hitam ini tidak mungkin bisa dilihat oleh orang biasa. Afkar sendiri bisa melihatnya karena dia telah mewarisi "Jurus Mata Naga", sebuah ilmu yang membuatnya ahli dalam teknik yin yang dan fengsui.Bukan hany
Mungkin dari buku harian ini, Felicia bisa lebih memahami pria itu? Mungkin di dalam sini, ada semua jawaban yang selama ini ingin Felicia ketahui?Sambil berpikir demikian, Felicia pun menekan rasa bersalahnya karena telah membaca buku harian orang lain. Dia mulai membuka lembaran-lembaran buku harian milik ibu mertuanya.Seiring halaman demi halaman dibuka, ekspresi di wajah presdir cantik itu terus berubah. Perubahannya bahkan sangat nyata. Ada keterkejutan, kesedihan yang mendalam, kemarahan ....Entah sudah berapa lama Felicia membaca. Ketika akhirnya dia sampai pada halaman terakhir, ekspresinya langsung menegang. Tiga kata merah menyala yang terpampang, begitu menusuk mata.[ Keluarga Rajendra Kuno! ]Tiga kata itu ditulis menggunakan warna merah yang membuat hati terasa tidak tenang, seolah-olah mengandung kebencian dan niat membunuh yang sangat kuat.Sepasang mata indah Felicia mulai berkabut dan air matanya mulai menggenang. Dia memaki, "Afkar, dasar bajingan! Sebenarnya ...