Kabar Setelah PulangSengaja Aji tak memberi tahu tentang kepulangannya karena sudah menyiapkan kejutan yang dirasa akan membuat senang putrinya. Sebuah mobil mewah sudah dipersiapkan khusus untuk perjalanan cukup jauh, sekitar 6 jam an untuk sampai disana. Aji dan asistennya menaiki kendaraan yang sangat nyaman itu. Perutnya yang terasa kenyang, dan pekerjaan yang telah diselesaikan membuat rasa kantuk yang tak tertahankan. Baru beberapa menit mobil melaju, memasuki jalan tol yang benar bebas hambatan, Aji menyandarkan kepalanya pada headrest, punggungnya pun mengikuti, menempatkan diri senyaman mungkin agar bisa memejamkan mata dengan tenang. Tak lama kemudian Deva mendengarkan suara dengkuran dari sebelah tempat duduknya. Ia sendiri masih berkutat dengan layar pintar untuk mencatat pertemuan yang baru saja menghasilkan sebuah kerjasama baru.Tempat yang didatangi benar-benar daerah pelosok, tengah malam barulah mereka sampai di sebuah rumah mewah yang terletak agak menjauh dari ke
DikabulkanAji memandangi wajah putrinya yang begitu mengkhawatirkan Pak Tono selaku penjaga sekaligus orang yang diberi wewenang penuh atas villa itu. Ia menyadari bahwa kelembutan hatinya yang membuat banyak lelaki terpikat padanya, sayang kepolosannya justru malah menyengsarakan dirinya sendiri.“Siena, sudah malam! tidurlah! Papa akan suruh orang untuk datang ke villa” dengan tersenyum Aji menyuruh anaknya untuk kembali beristirahat. Udara malam tak baik bagi orang yang sedang berbadan dua.“Kita aja yang kesana, Pa! sekalian menemui Kevin, tadi katanya Papa ada kejutan buatnya” Siena bagaikan anak kecil yang merengek minta dibelikan permen pada ayahnya. Semua kemauannya harus dituruti, melupakan kepergiannya dari villa semata-mata untuk menghindari orang yang akan mencelakainya.“Aini..” Aji memanggil asisten rumah tangganya yang masih terjaga“Ya, Tuan.. mau dibuatkan makanan juga?” tanya Aini dengan wajah keheranan dengan pertanyaan yang terlontar dari mulutnya lalu menutup ked
Tak Seindah BayanganMeski tak memiliki anggota keluarga yang utuh, Aji dan anaknya memperlakukan pekerjanya dengan baik. Tak jarang Siena menganggap para asisten yang melayaninya sebagai teman sekaligus saudara baginya. Termasuk Deva yang tadinya sahabat Siena saat menempuh di sekolah menengah umum, kini diangkat sebagai asisten pribadi, karena kecerdasan dan ketepatan bertindak ketika dalam keadaan terjepit.Manusia macam itulah yang sangat disukai Aji, pintar, sopan, memiliki sifat ksatria, dan dapat dipercaya penuh untuk menjadi tangan kanannya. Aji dapat mengetahui hubungan gelap putrinya yang sengaja ditutupinya dengan rapat oleh kesayangannya itu dari kerja keras Deva yang membayar orang untuk memata-matai hubungan sahabatnya. Pak Eko berpamitan untuk melanjutkan tugasnya menjaga keamanan, Aini pun undur diri akan beristirahat setelah tak ada perintah lagi untuknya. Tersisa tiga orang yang masih bercengkrama di ruang tengah. Aji memperhatikan tubuh anaknya yang tampak lebih be
Harapan Tak Sesuai Kenyataan Perjalanan yang awalnya dipenuhi dengan suka cita kini berubah menegangkan, ketika Deva memberitahukan ada sesuatu yang tak beres. Salah satu tugasnya selain mempersiapkan agenda pertemuan dengan klien, ia juga harus selalu siap, waspada jika ada kejahatan yang mengancam.“Dev, memangnya ada apa sih, kok sampai pindah haluan gini?” Siena mulai bersuara, mengungkapkan kekesalannya yang membuncah“Maaf, jika mengganggu kenyamananmu! tapi ini dilakukan demi keselamatanmu” jawab Deva sembari memandang wajah Siena yang tampak galak memandangnya“Kalian begitu sangat mengkhawatirkanku, tapi bagaimana dengan Pak Tono disana?” ucap Siena menatap ke arah Deva dan ayahnya yang terpaku“Suruh orang berjaga disana Dev, beri perlindungan pada Pak Tono. Bila perlu kerahkan dalam jumlah yang banyak serta ringkus mereka” titah Aji berupaya melawan. Capek rasanya harus main kucing-kucingan terus-menerus, tanpa penyelesaian.“Baiklah jika itu mau Om seperti itu, akan kuker
Mengaku Sebagai SuaminyaDua orang laki-laki yang berada di dalam villa terkejut mendengar informasi yang Ujang berikan. Sedari tadi tak nampak masuk ke villa padahal ia yang sangat bersemangat untuk mengetahui bagaimana keadaan penjaga villa yang menjadi korban kebrutalan orang asing, ternyata sedang merasakan sakit sendirian di dalam mobil.Aji dan deva segera berlari keluar bangunan, disusul Ujang dan Soleh pun ikut di belakangnya, melihat apa yang terjadi pada anak dari orang yang baru saja mengangkatnya sebagai penjaga villa, menggantikan sang bapak.“Sayang, kamu kenapa?” tanya Aji yang lebih dulu masuk ke dalam mobil lewat pintu tengah dan membiarkannya tetap terbuka“Sakiiit, Pa..” jawab Siena sambil mengerang kesakitan, tangannya melingkar memegangi bagian perutnya“Bawa ke klinik terdekat saja, Tuan! tak jauh kok dari sini” ucap Soleh menawarkan tempat pemberian pertolongan pertama terdekat saat dalam keadaan mendesak.“Kamu tahu tempatnya?” tanya Aji menghadap ke arah Soleh
Stres MelandaSiena tak mempedulikan penuturan Deva yang telah mengaku sebagai suaminya. Menahan sakitnya saja kewalahan apalagi untuk menanggapi bahkan membantahnya, hal yang mustahil dilakukannya. “Ahhh… sakiit..” erangan demi erangan terus saja ia lontarkan“Sabar ya, Bu! ada Bu Bidan yang siap membantu. Saya tensi dulu ya” ucap salah satu perawat sembari memasukan kain pembungkus tensimeter ke lengan kanan wanita yang sudah terbaring di ranjang tempat periksa“Berapa tensinya Sus?” tanya Bu Bidan Siti Aminah Amd, Keb yang namanya terpampang di papan yang ada d meja kerjanya.“90/100 Bu” jawabnya sembari melepaskan kain yang terpasang selaras dengan tensimeter yang tadi menempel kencang di lengan Siena“Sedang mengandung berapa bulan Pak istrinya?” tanya Bu Bidan menatap ke arah Deva“Jalan tiga bulan Bu” ucap Siena yang dengan cepat menyambar menjawab pertanyaan orang yang hendak memeriksanya. Deva sendiri yang ditanya hanya menatap penuh tanda tanya, karena sejatinya laki-laki it
Kekaguman Penjaga VillaMereka berempat masih berada di ruang tunggu klinik. Siena kini duduk sedikit tenang, ia berhasil membuat suasana hatinya lebih nyaman dari sebelumnya. Demi kesehatan janin yang dikandungnya, ia berusaha menetralisir hal yang mengganggu pikirannya.“Bagaimana kalau kita istirahat dulu di villa, apa aman?” tanya Aji pada asistennya“Aman, Om! orang kita sudah mengamankannya” tutur Deva Aji melempar pandangan ke arah Soleh dan dengan cepat ia menanggapi, “Tiap hari saya membersihkan seluruh ruangan, Tuan. Siap untuk ditempati kapan saja” ucapnya paham dengan gelagat majikannya.“Ayo, sayang, kamu istirahat dulu di villa sampai keadaanmu membaik” ajak Aji sembari mengulurkan tangannya“Heh, jangan pegang-pegang anak saya” teriak Aji seraya mendorong menyingkirkan tubuh Deva yang membungkuk mendekat, kedua tangannya hendak meraih bahu Siena untuk membantu membangunkan dari duduknya “Cuma mau bantu Siena aja kok Om, nggak lebih” ucap Deva yang tak punya maksud jele
Siapakah Dia?“Selepas makan, minum obat dan beristirahatlah” Deva memberi perhatian lebih pada sahabatnya. Tapi, dibalik sikapnya yang tak banyak bicara namun mengekspresikan ketidaksukaan, ada sosok yang tak terima dengan simpati yang diberikan sang asisten pada putri kesayangannya.“Papa mulai deh, Deva itu cuma menganggap aku sahabat kok, nggak lebih! iya kan, Dev?” Siena yang melihat wajah ayahnya sinis pada orang yang duduk disebelahnya berusaha meyakinkan tak ada perasaan yang berbeda sejak jaman sekolah sampai sekarang. Ia sangat mengenal orang yang sedari bayi telah merawatnya seorang diri, gelagatnya dapat terbaca dengan cepat.“Iya, Om! aku orang yang tahu diri kok, mana mungkin juga aku berani menyukai Siena, strata kita bagaikan bumi dan langit” Deva yang dalam keadaan masih menyantap makanan ikut menimpali“Kecuali, kalau Om sendiri yang memintaku untuk menikahi Siena, aku takkan menolak” celetuk Deva“Hush! Deva…” Siena melirik ke arahnya, memberi kode untuk menghentika