Home / Urban / Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya / Bab 3. Pria Misterius

Share

Bab 3. Pria Misterius

Author: Romero Un
last update Last Updated: 2025-05-08 09:50:13

“Sial kau, Darren!” raung Max mencoba memukuli Darren yang terjatuh cukup keras di atas panggung.

Tiara terkesiap sambil menutup mulut dengan kedua telapak tangannya. “Max! Hentikan!”

Tak tinggal diam, Darren pun menendang perut Max kuat-kuat. “Brengsek!”

“Argh!” Max terpental sampai jatuh dari panggung.

Tak memberi kesempatan Max untuk bangun, Darren segera menyuruh dua satpam memegangi Max.

“Dasar orang miskin sialan!” Darren memaki sambil memukuli wajah dan tubuh Max. “Beraninya kau melukai wajahku!”

Darren berhenti ketika Max sudah tak berdaya di atas lantai.

Semua orang terkesiap melihat perkelahian itu.

Kedua orang tua Tiara yang keluar karena mendengar ribut-ribut pun panik menyaksikan suasana ulang tahun putri mereka yang sudah kacau balau.

“Astaga! Darren!” seru Tiara sambil memeluk pacar barunya.

Dengan kondisinya yang lebih buruk dari Darren, Max berusaha berdiri lagi. Ia berharap orang tua Tiara yang dulu selalu menyanjung, setidaknya membela dia kali ini.

Namun, betapa kaget Max ketika yang didapat adalah tudingan dan tuntutan.

“Max! Beraninya kamu mengacaukan acara ulang tahun Tiara!” Ayah Tiara–Imam Drajat membentak murka.

Sang ibu pun turut menuntut. “Kami minta kamu ganti rugi semua kekacauan ini! Darren sudah habiskan Rp 50 juta demi acara Tiara!”

Seolah menjadi penyelamat, Darren maju. “Om, Rp 50 juta terlalu berat buat orang seperti dia. Kudengar dulu Tiara saja cuma sebulan sekali makan enak. Itu juga cuma Rp 500 ribu.”

“Tapi semua ini uang kamu, Darren.” Tiara merengek manja.

Darren tersenyum dengan angkuh. “Justru itulah, Sayang. Aku yang berhak melepaskan laki-laki miskin ini.”

Tubuh Max gemetar menahan amarah, tetapi ia sudah tak punya tenaga, setelah Darren menyerangnya secara sepihak tadi.

Dengan senyum licik, Darren mendekati Max. “Jadi, Maxmillian Tandjaya. Pilihlah! Dipenjara dan menodai nama keluargamu, atau berlutut di depanku?”

“Benar itu! Seharusnya kau ganti rugi!” seru beberapa orang yang masih di sana, mengabadikan momen itu.

Yang lain mulai menyuarakan protesnya. “Aku membeli hadiah untuk Tiara mahal-mahal dan kau menendangnya dari atas panggung!”

“Lagian, bisa-bisanya masih punya muka macarin Tiara! Kau nggak punya kaca?!”

Max mulai tak fokus dengan pandangannya. Keringat dingin karena menahan amarah dan juga rasa malu mempengaruhi penglihatan.

“Penjarakan saja, Om! Dia bikin rusuh!”

Hatinya berat. Setelah orang tuanya bangkrut, hal yang Max pegang kuat-kuat adalah nama keluarganya. Ia yakin, orang tuanya masih hidup, entah di mana.

Dengan keyakinan itu, Max berjanji akan membangkitkan lagi nama keluarganya. Membersihkan semua tuduhan yang dialamatkan pada perusahaan keluarga Tandjaya.

Kalau sekarang malah dirinya yang menodai nama keluarga, bukankah berarti ia gagal memenuhi janjinya?

“Guys, walau miskin, dia juga butuh masa depan.” Darren menambahkan, bukan berarti hatinya baik. Ia hanya membuat publik berpihak padanya.

“Orang seperti dia sudah nggak akan punya masa dep—”

Duk!

Lutut Max menghantam tanah pekarangan sedikit keras. Ia tak melihat bagaimana wajah Darren berubah menyeringai melihatnya berlutut di sana.

“Kurang turun! Sampai ke tanah, Bro!” seru yang lain membuat keadaan semakin panas.

Darren mengetukkan sepatunya di dekat Max, memberi isyarat kalau ia harus melakukan apa yang diminta para tamu tadi.

Namun, Max hanya menundukkan kepala dan berkata, “Maaf sudah merusak acaramu, Tiara.”

Tiara membelalak. Antara tak tega dan kesal. “Suruh dia pergi, Darren,” pintanya muak.

Darren ingin menikmati kemenangannya sedikit lagi, tetapi ia tak mau dianggap buruk oleh Tiara.

“Hei, kekasihku bilang, kau segera pergi!” sentak Darren, menendang pelan kerikil di tanah itu ke arah Max. “Dia sudah muak melihatmu bersikap menyedihkan begini.”

Setelah itu, Max dilepaskan.

Max segera memesan ojek online, tetapi pembayarannya ditolak. Uang di rekening bahkan tak cukup untuk membayar Rp 150 ribu. Pemilik sprei yang janji membayarnya Rp 500 ribu sepertinya masih sibuk dan belum mentransfer sesuai janji.

Terpaksa Max berjalan kaki. Setidaknya ia bisa meredakan emosi yang masih tertahan dalam hatinya.

Max tidak menangis. Seorang Tandjaya tidak pernah menangis, kecuali acara perkabungan.

Air mata bukan untuk laki-laki. Begitu kata sang Ayah.

Belum juga ia berjalan sampai 100 meter, beberapa mobil berjalan lambat mendekatinya. Max mengerutkan dahi, tak tahu apa yang ingin dilakukan si pemilik mobil-mobil itu.

Sampai mereka membuka kaca dan mengguyur Max dengan air botolan.

“Mampus! Bikin ancur acara orang!” seru mereka sambil tertawa puas.

“Woi! Jauh-jauh dari pacarku juga!”

“Ngaca!”

Rombongan mobil itu akhirnya lewat seperti tak terjadi apa-apa. Meninggalkan Max yang sudah basah kuyup. Ia masih bisa bersyukur, karena bukan telur busuk yang dilemparkan padanya.

Max mengingat wajah orang-orang itu. Amarahnya kini sudah sampai di puncak. Ia bertekad untuk bangkit dan membalas semua perbuatan mereka.

Di saat bersamaan, sebuah mobil mewah berlogo huruf RR merapat dekat trotoar tempat Max berdiri.

Max yang mengira itu adalah salah satu mobil milik tamu undangan Tiara dan Darren, memutuskan untuk segera menyingkir.

Namun, ia tertegun ketika namanya dipanggil.

“Tuan Muda Maxmillian Tandjaya!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 7. Mahkota Sang Tuan Muda

    “Landy.”Sepertinya, Henry akan menyerahkan penjelasan untuk Max pada sang kepala pelayan. Landy membungkuk hormat sebelum mendekat. “Perkenankan saya, Tuan muda.”Max mengangguk saja. Ia tidak paham gestur para orang berada. Terlebih orang-orang dengan kekuatan old money seperti keluarga Lou.Landy mengambil benda pertama. 2 kartu hitam. “Kartu dengan satu bingkai emas ini adalah kartu berisi tabungan Anda, Tuan muda. Dan yang memiliki dua bingkai emas berfungsi seperti kartu kredit. Tanpa limit.”Max ternganga. Mengabaikan keterkejutan Max, Landy kembali meletakkan kartu-kartu itu dan beralih ke benda kedua. Sebuah cap.“Seperti yang Anda lihat. Ini adalah cap khusus yang hanya dikuasakan kepada Anda, Tuan muda.”Landy meletakkan cap tersebut dan mengambil tumpukan dokumen sambil melanjutkan, “Cap ini mengacu pada kepemilikan harta, baik uang, rumah, tanah dan perusahaan.”4 amplop yang ia letakkan satu per satu mengacu pada harta yang baru saja disebut Landy.Tak sadar Max menela

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 6. Kotak dan Amplop Hitam

    “Selamat datang, Maxmillian!” Terdengar seruan ramai memanggil namanya. Max langsung menurunkan lengan yang ia gunakan sebagai tameng. Ia membeku di tempat, menyadari perhatian semua orang tertuju padanya. Semua orang berpakaian sangat rapi dan terlihat elegan. Baik pria maupun wanita.“Wow!” seru salah seorang, mengamati Max dari atas sampai bawah. “Kau … berantakan sekali.”Sementara yang lain terlihat ragu dan heran, satu orang pria meliriknya dan berdecak sinis. Siapa yang tidak heran, melihat penampilan Max dengan pakaian tak sesuai ukuran tubuhnya. Ingin segera menyudahi kehadirannya, Max pun menundukkan kepala dan berkata dengan suara sedikit keras. “Maaf karena saya meninju salah satu anggota keluarga kalian! Tapi saya rasa kami impas, karena dia juga memukuli saya secara sepihak!”Mendengar seruan Max, mereka semua semakin menatap dengan heran.“Siapa yang kau maksud?” tanya mereka lagi. Max menjawab, “Darren Gunawardi Lou.”Nama yang disebutkan oleh Max membuat mereka

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 5. Hari Penghakiman

    “Max, memangnya kau mau ke mana?”Paul terlihat memperhatikan Max dari layar ponsel. “Dengan wajah babak belur begitu?”Karena liburan semester genap cukup panjang, ketiga temannya pulang ke rumah. Tak banyak mahasiswa yang tetap berada di asrama selama libur. Mungkin, hanya ada 3-4 orang, termasuk Max.Tara lanjut mengomentari luka lebam di wajahnya. “Kau sudah gila sih! Ngapain juga kau urusi si Darren!”Paul menambahkan, “Aku sudah benar, melarangmu pergi kemarin, Max.”Max hanya diam sambil memasang dasi hitam, berpadanan dengan kemeja polos putih yang sudah mulai kekuningan. Kemarin, Max sudah menyatakan tekadnya untuk datang memenuhi undangan yang diberikan Landy. Dan saat ini, ia tengah mencari pakaian, sesuai dengan dress code yang tertera dalam undangan.Ia masih mengira bahwa acara itu adalah rekayasa Darren dan teman-temannya. ‘Kurasa benar, Darren itu anggota keluarga Lou. Mungkin hari ini keluarganya minta pertanggungjawaban karena sudah meninjunya. Aku nggak mau meliba

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 4. Undangan Mencurigakan

    Spontan Max memutar tubuhnya. “Aku, tuan muda?" Max mengerutkan dahi kemudian mendengus geli. "Anda salah orang, Pak Tua.”Lelaki misterius yang mendatanginya itu memang tua. Ia tersenyum hangat. “Tidak, Tuan muda. Kami tidak salah orang.” Max mencoba keluar dari kejadian yang tak terduga itu. Ia menduga kalau pria tua yang tiba-tiba mendekatinya itu mungkin adalah suruhan Darren. “Tapi saya juga nggak kenal Anda, Pak.”Pria berjas hitam itu terlihat panik. “Astaga! Mohon maaf, Tuan muda. Saking senangnya, saya lupa memperkenalkan diri.”Tiba-tiba ia membungkuk dalam-dalam dan berkata, “Saya Landy. Saya bekerja untuk keluarga Lou.”“Keluarga Lou?”Dahi Max berkerut-kerut, mencoba mengingat di mana ia pernah mendengar nama keluarga itu. Setelah mengingat sesuatu, netra Max langsung membulat sempurna. Keluarga Lou adalah keluarga taipan terpandang. Kaya raya bukan lagi kata yang tepat untuk keluarga tersebut. Karena mereka termasuk golongan mereka yang disebut old money family, yang

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 3. Pria Misterius

    “Sial kau, Darren!” raung Max mencoba memukuli Darren yang terjatuh cukup keras di atas panggung. Tiara terkesiap sambil menutup mulut dengan kedua telapak tangannya. “Max! Hentikan!”Tak tinggal diam, Darren pun menendang perut Max kuat-kuat. “Brengsek!”“Argh!” Max terpental sampai jatuh dari panggung. Tak memberi kesempatan Max untuk bangun, Darren segera menyuruh dua satpam memegangi Max. “Dasar orang miskin sialan!” Darren memaki sambil memukuli wajah dan tubuh Max. “Beraninya kau melukai wajahku!”Darren berhenti ketika Max sudah tak berdaya di atas lantai. Semua orang terkesiap melihat perkelahian itu.Kedua orang tua Tiara yang keluar karena mendengar ribut-ribut pun panik menyaksikan suasana ulang tahun putri mereka yang sudah kacau balau. “Astaga! Darren!” seru Tiara sambil memeluk pacar barunya. Dengan kondisinya yang lebih buruk dari Darren, Max berusaha berdiri lagi. Ia berharap orang tua Tiara yang dulu selalu menyanjung, setidaknya membela dia kali ini.Namun, bet

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 2. Tali Kesabaran Pun Putus

    “Sial! Sepertinya aku terlambat cukup lama. Tiara mungkin sudah tiup lilin duluan!”Karena terlalu memikirkan pembicaraan teman sekamarnya, Max berakhir dengan ocehan dari manajer restoran Wakdomal tadi. Ia membuat kesalahan yang sama saat meracik pesanan burger tanpa sayuran. Dan ocehan 15 menit itu menahannya untuk datang tepat waktu di acara ulang tahun Tiara. Terlebih, membuatnya kehilangan beberapa lembar uang gajinya.Turun dari ojek online, Max langsung berlari masuk dan mendapati tuan putrinya tengah berdiri di atas panggung. Sebuah kue ulang tahun menjulang tinggi di sebelahnya. Ia yakin dekorasi kali ini lebih mahal ketimbang tahun lalu. Seperti bukan pesta ulang tahun.“Astaga! Itu, si Max!” Seseorang berbisik, menarik perhatian yang lain. “Siapa Max?”“Dia pernah pacaran sama Tiara. Katanya sih udah putus.”Wajah mereka berkerut-kerut. Heran dan tak setuju dengan keberadaan Max di acara itu. “Terus kenapa dia dateng?”Max mempercepat langkahnya. Tak peduli dengan tatap

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 1. Pacar Tak Perlu Undangan

    “Max! Tangkap!”Sprei putih terbang menuju wajah pria berambut hitam legam bergaya spike. Maxmillian Tandjaya. Mahasiswa semester 4 jurusan bisnis, Universitas paling bergengsi di Jayakarta bagian Utara. Universitas Lentera Harapan.Hanya orang-orang kelebihan uang, sanggup menyekolahkan anaknya di kampus tersebut. Jauh berbeda dengan kondisi Max saat ini.Cukup banyak yang tahu betapa kaya keluarga Tandjaya. Namun, ketika Max berusia 17 tahun, orang tuanya tiba-tiba menghilang. Bisnis tambang batu bara mereka ditutup karena dianggap menyalahi aturan. Seketika dunianya runtuh.Max beruntung. Ia berhasil diterima di kampus mentereng itu hanya dengan nilai rapor SMA-nya. Max tergolong anak dengan kepandaian di atas rata-rata.Tetap saja, ia masih harus membayar uang kuliah setiap semester. Karena itu, ia bekerja di mana dan apa saja, asal menghasilkan uang. Seperti yang sedang ia kerjakan saat ini. Mencucikan baju atau apapun milik mahasiswa lain. Dengan bayaran sepadan.“Giliran cuc

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status