Beranda / Urban / Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya / Bab 4. Undangan Mencurigakan

Share

Bab 4. Undangan Mencurigakan

Penulis: Romero Un
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-08 09:51:07

Spontan Max memutar tubuhnya. “Aku, tuan muda?"

Max mengerutkan dahi kemudian mendengus geli. "Anda salah orang, Pak Tua.”

Lelaki misterius yang mendatanginya itu memang tua. Ia tersenyum hangat. “Tidak, Tuan muda. Kami tidak salah orang.” 

Max mencoba keluar dari kejadian yang tak terduga itu. Ia menduga kalau pria tua yang tiba-tiba mendekatinya itu mungkin adalah suruhan Darren. 

“Tapi saya juga nggak kenal Anda, Pak.”

Pria berjas hitam itu terlihat panik. “Astaga! Mohon maaf, Tuan muda. Saking senangnya, saya lupa memperkenalkan diri.”

Tiba-tiba ia membungkuk dalam-dalam dan berkata, “Saya Landy. Saya bekerja untuk keluarga Lou.”

“Keluarga Lou?”

Dahi Max berkerut-kerut, mencoba mengingat di mana ia pernah mendengar nama keluarga itu. Setelah mengingat sesuatu, netra Max langsung membulat sempurna. 

Keluarga Lou adalah keluarga taipan terpandang. Kaya raya bukan lagi kata yang tepat untuk keluarga tersebut. Karena mereka termasuk golongan mereka yang disebut old money family, yang tidak tahu sejak kapan dan dari mana saja kekayaannya.

Sadar diri mengenai status dan keadaan hidupnya, Max tergelak. “Maaf, sepertinya memang benar Anda salah orang, Pak Landy.” 

Setelah reda tawanya, Max melanjutkan, “Saya memang Maxmillian Tandjaya, tapi cuma mahasiswa biasa. Nggak mungkin punya hubungan dengan keluarga Lou.”

Perusahaan utama keluarga Lou berada di Singapura dan berfokus pada bidang finansial. Mereka punya banyak lini bisnis yang berbeda dan tersebar di berbagai negara. 

Semuanya mencakup segala sisi kehidupan manusia. Mulai dari kebutuhan primer hingga tersier, atau kebutuhan mewah.

Keluarga Tandjaya memang tergolong kaya, tapi ia sanksi orang tuanya memiliki hubungan dengan keluarga old money itu.

Jadi, lebih tidak mungkin Max yang hanyalah seorang mahasiswa, memiliki hubungan dengan keluarga taipan sekelas Lou.

Menyadari kalau Max tidak kunjung percaya dengan ucapannya, Landy pun langsung mengutarakan tujuan utama ia mencari Max. 

“Kalau begitu ….“

Landy mengambil sesuatu dari dalam jasnya seraya berkata, “Undangan makan malam untuk Anda. Langsung dengan tulisan tangan Tuan besar.”

Pria tua berkacamata kecil itu menyodorkan sebuah amplop tebal dengan cap bergambar lambang yang Max tebak sebagai lambang keluarga yang disebut-sebut sejak tadi.

“Saya sudah bilang saya—” Ucapan Max menggantung, ketika ia melihat nama yang tertera di undangan itu. 

Tidak ada yang tahu nama Max diakhiri dengan huruf L. Bahkan Max sendiri pun tidak pernah tahu apa arti inisial ketiga dalam namanya. Seolah ada nama lain tersemat di sana. 

Namun, undangan yang kini ada di tangannya jelas menuliskan nama lengkap Max.

Maxmillian Tandjaya L.

Pernah, Max mencoba menanyakan namanya, tetapi orang tuanya tidak pernah menjawab pasti. Yang Max tahu hanyalah bahwa nama itu tidak boleh diketahui orang selain ayah dan ibunya.

Max menatap undangan itu, lalu beralih memandang Landy. Beberapa kali ia melakukan itu sebelum akhirnya menerima kenyataan bahwa undangan tersebut ditujukan padanya. 

“U–undangan tentang apa ini?”

Landy membungkuk lagi, kemudian menjawab, “Sayangnya, saya juga tidak diberitahu maksud undangan tersebut, Tuan muda.”

Max menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskan dengan sedikit kasar. 

Satu-satunya orang yang ada dipikirannya bisa melakukan hal seperti ini adalah Darren. Kemungkinan besar undangan ini ditujukan pada Max untuk mempermalukannya lagi.

Namun, bukan Max namanya kalau mundur dari tantangan. Kalau ada yang masih tidak puas merundung Max, ia akan meladeni sampai mereka muak. 

Karena tak kunjung menjawab, Landy menambahkan, “Saya perlu tahu sekarang juga mengenai respon Anda untuk undangan ini, Tuan muda. Apakah Anda bisa hadir besok malam?”

Max terdiam. Ia segera membuka undangan itu dengan penuh kewaspadaan.

“Cuma tertulis undangan makan malam bersama keluarga Lou,” gumam Max mengulur waktu. 

Ia masih menimbang, haruskah ia memberi makan ego para perundungnya—kalau memang undangan itu benar dari keluarga Darren.  

“Benar Tuan muda.” Landy berkomentar singkat. “Tuan besar sangat mengharapkan keberanian Anda untuk datang.”

Bukan Max namanya, kalau mundur dari tantangan. Bisa jadi suatu kebodohan, Max terjebak dengan undangan mencurigakan itu. 

Namun, Max tahu, ia takkan tenang kalau tidak menghadapinya langsung.

Ia menutup undangan itu dan memasukkannya lagi ke dalam amplop.

Dengan tegas Max menjawab, “Sampaikan pada Tuan besarmu. Aku datang!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 102. Pertemuan Dengan Tetua Lann

    “Paman, tempatkan dia di ruangan lain dulu.” Max memutuskan di tengah jalan. “Aku sendiri saja ketemu Grandpa.”Landy mengangguk. Mematuhi keinginan sang majikan. Sementara Landy berbelok menuju lorong yang merupakan area kamar tamu, Max kembali mengekor di belakang Albert. “Apa ada tanggapan dari Grandpa, Albert?” Max perlu mencari tahu, agar ia bisa memutuskan dari mana laporannya akan dimulai. “Setelah tahu masalah ini, sepertinya Tuan besar tidak terlalu kaget.” Jawaban Albert membuat Max bertanya-tanya. Ia jadi curiga kalau kejadian ini adalah ujian dari sang kakek. Namun, pikiran itu segera sirna ketika Albert menambahkan, “Antara tetua Lann dan Tuan besar, memang ada kondisi perebutan kekuasaan tak kasat mata, Tuan muda.”Max semakin bingung dibuatnya. “Apa maksudmu, tetua Lann menginginkan posisi Grandpa?”Albert tersenyum tipis. Sang kepala pelayan itu tidak menjawab. Ia mendorong pintu ruang kerja Henry dan berkata pelan, “Silakan pastikan dengan Tuan besar, jawaban a

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 101. Pengakuan Tidak Terduga

    Hal pertama yang Max lakukan keesokan paginya adalah melakukan inspeksi di ruangan manajer Melky. Sejak pukul 7 Max datang. Keenan bahkan ikut membantunya mencari dokumen yang dimaksud, setelah Max memberitahu semalam.“Ini, Max!” seru Keenan geram. Ia bahkan lupa menyebut Max dengan panggilan sopan yang seharusnya. Namun, Max tak terlalu peduli dengan itu. Segera, Max menggunakan senter khususnya dan mencari cap transparan yang menjadi bukti bahwa dokumen itu adalah dokumen asli yang disembunyikan oleh Melky. “Ada!” seru Keenan ketika sinar senter Max menunjukkan cap tersebut. Bersamaan dengan itu, Melky masuk ke ruangannya dan terkejut melihat Max dan Keenan di sana. Sadar kalau kejahatannya terungkap, Melky segera berbalik. Untungnya, Lucas ada di luar dan menahan pria berkumis tebal itu di sana. “Mau kabur ke mana, Mel?” ledek Lucas sambil berkacak pinggang. Karena masih sangat pagi, belum ada karyawan yang datang, Max dan Keenan pun keluar dan mengadili Melky di tempat.

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 100. Menangkap Ujung Ekor Si Pengkhianat

    Tok! Tok!Max sedikit terkejut mendengar pintu ruang kerjanya diketuk. Ia tengah larut dalam pemikiran bagaimana mencari tahu kejanggalan yang tersembunyi pada kasus Microhard Gaming.“Masuk, Al.” Max sudah hapal. Hanya sekretarisnya yang mengetuk pintu 2x setiap izin untuk masuk ke ruangannya. Bahkan ketika di ruangan itu tidak ada siapapun, ia akan mengetuk sebelum masuk. Kalau Lucas langsung saja masuk tanpa aba-aba.“Pak Max, saya sudah tahan OB marketing yang biasa ambil dokumen.” Aletha berkata dengan suara pelan. Ia tak menyampaikan hal itu lewat interkom atau telepon meja Max, karena takut akan didengar yang bersangkutan.Max langsung berdiri, mengikuti Aletha keluar untuk ‘pura-pura berpapasan’ dengan OB yang dimaksud. “Siapa namanya, Al?” tanya Max berbisik.Aletha menjawab–juga dengan berbisik, “Pak Janur, Pak.”Max mengangguk, menerima informasi itu. Ia melihat sang OB tengah menunggu dokumen di depan meja Aletha.Dengan natural Aletha kembali duduk dan mengembalikan d

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 99. Usaha Menjegal Max

    “Bos, perintah dari Tuan besar sudah turun.”Setelah acara wisuda dan kelulusan, hari-hari Max semakin padat dengan pekerjaan. Kini ia sudah sepenuhnya fokus pada perusahaan Louvz Tech. Lucas melanjutkan ucapannya, “Rapat pemegang saham luar biasa harus segera digelar. Tuan Henry minta minimal satu bulan dari sekarang.”Max cukup frustasi dibuat Henry. Ia bahkan tidak punya hari libur untuk menikmati waktu menyeberang dari mahasiswa menjadi pekerja kantoran.“Ya, ya. Lakukan saja seperti yang dia mau, Cas. Aku tidak tahu lagi.”Lucas tergelak. Ia tahu ketakutan Max yang terbesar adalah setelah resmi menjadi CEO di sana. Karena saat itulah semua tanggung jawab berada di pundaknya penuh.“Tenang, Bos. Saya masih akan mendampingi sampai Bos bisa jalan sendiri.”Max tersenyum lega. Lucas benar. Setidaknya ia masih punya Lucas. “Thanks, Lucas!”Setelah perintah itu turun, persiapan rapat pun dimulai. Max memang tidak terlalu terlibat dengan persiapannya, karena ia masih harus membiasakan

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 98. Di Balik Semua Yang Terjadi

    “Hahaha! Kau lihat muka mereka pas tahu Max mau jadi CEO?!” pekik Paul penuh semangat.Mereka tengah makan di restoran langganan, setelah berhasil memalak Max tadi. Sedangkan para orang tua memutuskan untuk membiarkan Max menikmati masa mudanya.Tara ikut menambahkan, “Kalau ada si Darren pasti sudah keki banget dia!” Mereka tengah tertawa-tawa seperti orang gila ketika Bebby dan dua temannya bergabung. “Happy graduation!” seru Giana dan Alicia berbarengan.“Hey! Girls! Happy graduation!” seru Paul dengan penuh semangat. “Sini, sini! Kalian harus lihat ini!”Paul menyerahkan ponselnya pada Giana sehingga Alicia dan Bebby bisa ikut melihat apa yang ingin ditunjukkan Paul. Bahkan Tara dan Yerhan pun terlihat mengantisipasi reaksi mereka.“Ha?! Max kau akan naik jadi CEO?!” seru Alicia dan Giana. Bebby sendiri tidak terlalu kaget, karena ia bekerja di Louvz Tech. Mungkin, karena sudah tahu Max adalah cucu keluarga Lou, Bebby lebih sensitif melihat Lucas memperlakukan Max di kantor.“

  • Bangkitnya Tuan Muda Kaya Raya   Bab 97. Bom Kedua

    “Astaga ….” Max menepuk wajahnya pelan. Frustrasi dengan rencana sang kakek yang tiba-tiba. Ia memang sudah mendapat informasi dari Landy bahwa Henry memutuskan untuk menahan diri. Menunggu saat yang tepat untuk memamerkan Max pada dunia, tapi tidak menyangka akan seperti ini jadinya.Di saat seluruh wartawan berkumpul, Henry malah mengeluarkan kartu AS-nya. Sekarang, pria tua itu sedang tertawa puas di ruang VIP restoran dekat gedung pengadilan. Jelas sekali ia tidak merasa bersalah sudah melakukan hal mendadak tadi.“Grandpa … aku masih harus wisuda besok. Sekarang semua orang tahu kalau aku adalah cucumu.”“Hahaha! Bagus itu! Bagus!” seru Henry sambil mengangkat gelasnya. “Timingnya tepat sekali! Grandpa tak menyangka akan ada momen bagus seperti ini!”Landy hanya bisa meringis melihat Max pusing membayangkan hari wisudanya nanti. Sekarang saja ponselnya sudah bergetar berkali-kali.Mozart tak banyak berkomentar soal langkah yang diambil Henry, walau itu berkaitan dengan putrany

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status