Share

Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa
Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa
Penulis: Paus

1 - Prolog

Penulis: Paus
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-27 16:39:10

Apa yang sebenarnya terjadi? 

Hanya satu pertanyaan, tapi terasa begitu penuh di kepala Rosalie saat itu. Pandangannya masih buram dan Rosalie tidak mengenali tempat yang sedang dilihat olehnya. Tubuhnya terbujur kaku di atas sebuah ranjang dengan banyaknya orang berseragam serupa terlihat sibuk di sekelilingnya.

Satu per satu suara didengar olehnya, disusul kilauan cahaya tajam yang dipaksa masuk ke matanya.

"Nona Rose? Nona Rose? Apa Anda bisa mendengar saya?" Dokter yang menangani Rosalie bertanya, tapi tidak ada respons apa pun dari Rosalie yang masih berusaha mencerna semuanya. Hanya matanya yang bergerak beralih menatap dokter itu.

Dokter itu terus melakukan banyak sekali hal untuk memeriksa respons Rosalie, refleks tubuh Rosalie, serta mengatur pernapasannya.

“Anda sudah tidak sadarkan diri selama hampir enam bulan setelah kecelakaan. Kecelakaan itu membuat Anda terluka parah. Sungguh keajaiban Anda bisa bangun kembali.”

Oh, perkataan dokter itu membuat Rosalie ingat sekarang. Dia telah mengalami kecelakaan dalam perjalanan untuk menemui suaminya untuk makan siang bersama di sebuah restoran.

"Kira-kira kapan suamiku akan datang?" Rosalie bertanya kepada seorang perawat yang sedang mengurus selang infusnya—beberapa jam berselang setelah kesadarannya.

Rosalie sudah bersabar menunggu sejak tadi, tapi tidak ada siapa pun dari keluarganya yang datang. Ah, mungkin keluarganya sedang menyiapkan kejutan untuknya? Sehingga mereka tidak bisa langsung datang.

"Apa yang kau bicarakan?" Perawat muda itu beralih dari pekerjaannya dan menatap Rosalie. 

Kebingungan terpampang jelas di mata Rosalie. "Aku bertanya kepadamu kira-kira kapan suamiku akan datang? Kau sudah menghubunginya, 'kan? Aku menunggunya sejak tadi."

"Suamimu, Alexander Carter itu, ‘kan? Fokuslah pada pemulihanmu saja. Dia tidak akan datang," jawab si perawat.

Perawat itu melepaskan infus yang sudah habis dan menggantinya dengan yang baru. Gerakannya kasar sekali. Rosalie meringis merasakan nyeri pada pangkal lengannya.

"Apa maksudmu, Ners?" Rosalie menjaga keramahan pada nada bicaranya. Tidak ingin terganggu meski perawat itu nampak tidak bersahabat.

"Selama kau koma, dia bahkan tidak pernah datang ke sini."

Bak disambar petir di siang bolong, tubuh Rosalie kaku begitu saja. Ah, perawat ini pasti sedang bercanda.

"Sebenarnya apa yang sedang kau bicarakan, Ners?" Rosalie tertawa hambar. Berusaha tetap tenang. "Beritahu aku kapan suamiku datang. Beritahu dia bahwa aku sudah sadar."

Rosalie menanti sampai perawat itu mengaku bahwa dia hanya bercanda. Tetapi, perawat itu hanya menatap Rosalie datar.

"Selama kau koma, suamimu itu hanya datang tiga kali. Kali pertama saat menjengukmu pertama kali setelah mendengar kabar kecelakaanmu, kali kedua saat kau dinyatakan koma dan dipindahkan ke ruang ICU, kali ketiga saat menyerahkan kau sepenuhnya kepada pihak rumah sakit. Setelah itu, hanya uangnya yang datang ke sini, tidak dengan raganya."

Perasaan sesak mulai menyeruak memenuhi dada Rosalie. Ini tidak mungkin! Suaminya pasti akan datang, dengan tangis lega dan binar penuh kebahagiaan di wajahnya, melihat istrinya akhirnya bangkit dari koma.

"Aku tahu ini berat untukmu, tapi berusahalah untuk tetap tabah. Suamimu tidak akan datang."

"Jaga mulutmu! Jangan bicara sembarangan tentang suamiku!" Emosi Rosalie menyeruak hingga tanpa sadar membentak.

"Aku tidak bicara sembarangan,” timpal perawat itu enteng, sebelum melontarkan berita mengerikan. “Kau koma berbulan-bulan lamanya. Hampir tidak ada harapan untuk hidup. Mungkin suamimu mengira bahwa kau tidak akan pernah bangun lagi, jadi ... dia menikah dengan orang lain."

Dada Rosalie terasa dihantam oleh sebilah pisau tajam yang melesat cepat menusuk jantungnya. Tidak hanya meninggalkannya terbaring di rumah sakit sendirian berbulan-bulan lamanya, suaminya juga telah menikahi orang lain?

Dari banyaknya fakta menyedihkan itu, Rosalie kesulitan menelan semuanya. Terlalu tiba-tiba.

"Satu kota mengetahuinya. Seorang CEO muda yang karismatik menikah dengan putri dari keluarga kaya raya. Keduanya melangsungkan pernikahan tak lama setelah kau dinyatakan koma," lanjut perawat itu.

Kalau itu adalah mimpi buruk, Demi Tuhan, Rosalie hanya ingin segera bangun. Tubuhnya membeku dan Rosalie tidak tahu harus melakukan apa. Terlalu syok untuk sekedar berkedip saja.

Sebenarnya omong kosong macam apa yang sedang didengar olehnya? Itu tidak mungkin. Rosalie tidak percaya.

***

Senyap, sepi, ruang ICU dengan barisan pasien berkondisi khusus itu penuh keheningan. Setiap ruangnya tertutup rapat dengan sebuah tirai. Termasuk ranjang milik Rosalie.

Sampai sebuah kalimat berhasil mencapai telinga Rosalie. Berasal dari meja perawat yang ada di ruang ICU tersebut.

"Apa kalian tahu pasien koma yang baru sadar itu? Katanya perangainya sangat buruk waktu menjadi istri dari mantan suaminya."

Rosalie termenung, tidak mengerti apa yang dikatakan oleh perawat itu. Apa mereka sedang membicarakannya?

"Suaminya adalah CEO muda dari kalangan atas, sementara dia berasal dari kalangan sebaliknya. Mereka menikah tanpa kesetaraan, tapi bisa-bisanya dia malah menjadi istri yang tak tahu diri."

"Oh, iya. Aku tahu itu." Perawat lainnya menimpali. Mungkin karena suasana yang sebegitu hening dan sepinya di sana, bahkan bisikan pun bisa terdengar.

"Dengar-dengar dia begitu boros dan egois. Selalu berfoya-foya menggunakan uang suaminya. Sungguh tidak tahu diri. Setelah diangkat derajatnya, dia malah berbuat sesukanya."

Dada Rosalie sakit sekali mendengarnya. Mereka tidak menyebutkan nama, tapi Rosalie tahu bahwa pembicaraan itu ditujukan untuknya. Dirinya lah yang menjadi tema utama obrolan mereka.

"Pantas saja dia akhirnya ditinggalkan dan suaminya menikah dengan wanita lain. Perangainya seburuk itu. Siapa yang akan bertahan seumur hidup dengannya?"

"Aku merasa agak kasihan dengan kecelakaan yang dialaminya." Perawat lainnya berbicara. Mereka terus menggosipkan Rosalie. "Tapi mungkin itu adalah karma untuknya."

Air mata turun membasahi pipi Rosalie. Tapi Rosalie hanya bisa diam mencengkeram selimut sambil menundukkan kepala. Kenapa bisa-bisanya mereka berbicara seperti itu padahal tidak mengenalnya?

Sebenarnya apa yang terjadi selama dirinya koma?

"Suaminya sekarang pasti bahagia sekali karena berhasil membuang sebuah kerikil dan akhirnya mendapatkan berlian. Bayangkan, betapa beruntungnya pria yang bisa menikahi seorang Chelsea Valencia?"

Napas Rosalie tercekat. Untuk sesaat, dia berharap bahwa telinganya salah mendengar nama itu.

Chelsea Valencia itu … nama sahabatnya sendiri!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    139 - Aku Milikmu dan Kau Milikku

    Halaman belakang kediaman Syl Hampton disulap menjadi lokasi pesta pernikahan. Karpet berbulu berwarna hijau di halaman penuh dengan kursi-kursi berkain putih yang berjajar sangat rapi. Sudah diisi penuh dengan para tamu undangan.Karpet berwarna putih terhampar di antara barisan kursi yang membelah menjadi dua bagian. Menuju tempat pelaminan.Saat semua orang menanti-nanti mempelai wanita yang akan datang, jauh di dalam rumah Rosalie dibuat kelimpungan untuk menangani perasaan gugupnya sendiri.Penampilannya jauh berbeda dari yang biasanya. Gaun putih dengan bagian belakang menjuntai panjang terpasang sempurna di tubuh Rosalie yang molek.Satu ketukan terdengar dari arah pintu dan Rosalie langsung mengalihkan pandangan. Menemukan ayahnya berdiri di tengah ambang pintu yang terbuka. Pria itu tersenyum dan langsung masuk ke dalam“Kau terlihat gugup sekali.” Greyson mengusap bagian anak rambut di sisi wajah Rosalie. Melakukannya hati-hati agar tidak menyentuh kulit wajahnya. Greyson ti

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    138 - Damai

    Duduk berhadap-hadapan dengan Chelsea di satu ruangan yang sama, Rosalie tidak pernah sekalipun menduganya bahwa rasanya akan begitu tidak menyenangkan. Entah bagaimana wajah yang dulu pernah melihatnya dengan sorot ceria, sekarang memandangnya penuh rasa benci. Tidak ada apa pun yang tersisa dalam tatapan Chelsea selain kebencian. Seakan dirinya sudah mengambil setiap hal berharga dalam hidup Chelsea. Merenggutnya tak bersisa darinya.Rosalie menarik senyum dan bertanya. “Bagaimana kabarmu?” Bukan untuk basa-basi, tapi betulan dirinya ingin tahu mengenai kabar tentang Chelsea.“Menurutmu apalagi yang bisa kau harapkan? Apa kau pikir aku bisa berpesta ria di dalam sini? Apa menurutmu aku bisa memasang wajah bahagia saat di dalam sini? Kau pikir ada hal yang menyenangkan tentang tinggal di penjara?”Tidak tentu saja. Rosalia sedikit banyak bisa membayangkannya. Tempat tidur tanpa kasur empuk, makanan yang dijatah, bahkan ada banyak perseteruan yang tidak diketahui olehnya.Tidak ada s

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    137 - Doa Dari Masa Lalu

    Rosalie baru tahu bahwa pernikahan ternyata akan serumit itu. Dirinya pernah menikah tentu saja, tapi tidak pernah memikirkan keseluruhan pernikahan sama sekali.Saat menikah dengan mantan suaminya dulu, Rosalie tidak melakukan apa pun. Semuanya diatur oleh Alex dan ibunya. Mulai dari konsep acara, konsep undangan, gaun pengantin, tempat dan sebagainya. Ibu Alex tidak membiarkannya untuk membantu karena khawatir seleranya jauh di bawah mereka.Dirinya hanya perlu menerima bersih. Itu nyaman-nyaman saja meski belakangan baru diketahui olehnya rasanya tidak memuaskan menikah dengan konsep yang tidak sesuai dengan kemauannya.Tapi sekarang rasanya jauh lebih rumit. Barisan gaun pengantin yang sedang dilihatnya di sebuah tablet benar-benar cantik. Rosalie tidak bisa memilihnya. Sejak tadi dirinya hanya terus menggulir layar ke kanan. Menggulirnya lagi ke kiri hanya untuk memastikan bahwa gaun sebelumnya sepertinya terlihat jauh lebih baik daripada gaun di gambar yang selanjutnya.Benar-be

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    136 - Maukah Kau Menikah Denganku?

    Bab 136Rosalie memperhatikan seorang wanita yang berdiri di hadapannya. Diam tidak bergerak. Wanita itu mengenakan gaun satin selutut berwarna putih tulang.Kaki jenjangnya dilapisi dengan high heels berwarna serupa. Rambutnya di gerai bebas. Dengan kepangan halus di kanan dan kiri. Terikat di bagian belakang. Wanita itu adalah pantulan dirinya di cermin.Rosalie tidak tahu sudah berapa kali dirinya memperhatikan cermin hanya untuk memastikan penampilannya tidak buruk.“Kau sudah sangat cantik.” Suara itu pun menginterupsi kegiatan kecilnya.Rosalie berjengit sambil menoleh ke arah pintu. Menemukan ayahnya berdiri dengan kedua tangan menyilang.“Pria-mu sudah menunggu di luar. Kapan kau akan menemuinya?”“Liam sudah datang?” Rosalie melotot. Buru-buru pergi ke arah kasur untuk menyambar tas selempangnya beserta ponsel.“Itu karena kau terlalu fokus memperhatikan dirimu sendiri, sampai tidak menyadari suara mobil Liam. Apa yang perlu dilihat lagi saat kau sudah secantik ini?”“Ayah, b

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    135 - Aku Menginginkan Dirimu, Rose

    “Jadi ini alasan Anda tidak makan siang dengan Nona Rosalie hari ini?” Owen berbicara kepada Liam yang berdiri di sampingnya.Pria itu sedang berdiri di depan sebuah etalase besar yang keseluruhannya terbuat dari kaca. Matanya nampak fokus melihat benda-benda kecil yang ada di dalamnya. Sebuah perhiasan.Owen hanya menahan senyuman geli melihat tingkah atasannya itu. Ternyata dia bisa merencanakan sebuah kejutan juga.“Jangan beritahukan hal ini kepada Rosalie,” kata Liam kemudian memandang Owen sekilas.“Tentu, Pak.” Owen menjawabnya dengan senyum meyakinkan. Turut senang juga dengan keputusan yang diambil oleh atasannya itu. Kalau dia sekarang ada di toko perhiasan, sedang memilih cincin, berarti sudah jelas apa yang akan dilakukannya untuk Rosalie.Tapi Owen tidak tahu bahwa sebenarnya Liam pun tidak terlalu yakin. Atau lebih tepatnya bisa dibilang dirinya sudah yakin, tapi belum bisa memastikan semuanya berjalan dengan baik atau tidak.Liam mau-mau saja menikah dengan Rosalie. Bi

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    134 - Kalian Harus Memberiku Cucu!

    Hari-hari berikutnya tidak lagi ada mendung. Hanya ada hari cerah. Sama seperti Rosalie dan Liam. Tidak lagi bermuram durja dan hanya terus mencari kebahagiaan.Pekerjaan berlalu seperti biasanya. Mereka bersikap profesional saat di kantor. Kecuali setelah di luar, keduanya menjadi jauh lebih hangat satu sama lain dan memperhatikan lebih dekat lagi.Akhir pekan menjadi waktu-waktu menyenangkan. Mereka melakukan beberapa hal normal yang dilakukan pasangan kebanyakan. Piknik, kadang Liam menemani Rosalie berbelanja kebutuhannya sendiri dengan Liam yang ekstra sabar, kadang mereka hanya menonton film. Di rumah Liam. Jauh lebih menyukai keintiman seperti itu.“Seolah-olah ada pelangi saja di atas kepala kalian berdua.” Dan itu adalah komentar pertama yang mereka dengar dari Greyson tentang kelengketan mereka berdua.Pria itu geleng-geleng kepala melihat dua sejoli itu. Terlihat sangat bahagia. Bukan dirinya tidak menyukainya, justru sebaliknya, tapi mereka ... benar-benar lengket.“Ayah,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status