Share

2 - Pengusiran

Author: Paus
last update Last Updated: 2025-08-27 16:40:00

Tidak punya uang, tidak punya ponsel, hanya memiliki selembar pakaian yang terpasang di tubuhnya. Rosalie bahkan harus mengemis belas kasihan pada sopir taksi yang dihentikan olehnya. Memohon sampai berlutut untuk diantarkan ke rumah.

Rosalie hanya ingin pulang. Setelah mendapatkan perawatan yang cukup dan tubuhnya sudah lebih baik, Rosalie memutuskan untuk tidak menunda kepulangannya. Dia langsung keluar dari rumah sakit, karena semakin lama di sana, kebenarannya semakin terasa nyata.

Tidak ada siapa pun yang datang.

Rumah itu masih sama sejak tahun terakhir kali Rosalie melihatnya. Taksi berhenti di sana dan dirinya langsung turun sambil mengucapkan terima kasih berulang-ulang kali pada sopir.

Rosalie langsung berjalan menuju gerbang. Menemukan penjaga yang begitu terkejut melihat kehadirannya. "Nona?" Pria paruh baya itu bertanya.

"Pak, apa Alex ada di rumah? Aku ingin bertemu dengannya."

"Ya, Pak Alex ada di rumah. Tapi—"

Pria itu seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi ditahan mati-matian olehnya.

"Tolong bukakan gerbangnya untukku," kata Rosalie memohon dan pria itu akhirnya berbelas kasihan kepadanya untuk membukakan gerbang.

Rosalie berterima kasih pada penjaga gerbang di rumahnya itu dan meneruskan langkahnya menuju pintu utama. Kakinya berat dan sakit, apalagi dia melangkah tanpa alas kaki apa pun.

Katakanlah Rosalie mengharapkan sebuah sambutan, pelukan hangat atas kepulangannya, atas bangunnya dirinya setelah tidur panjang. Tapi begitu mendorong pintu besar tersebut, yang didapatkannya adalah sebuah pesta.

Pesta keluarga dengan satu orang yang menjadi pusat acaranya.

"Lihat siapa yang datang," kata seseorang di ujung sana. Jauh dari posisi Rosalie. Dia adalah adik perempuan Alex. Ucapannya langsung membuat semua orang yang duduk di sofa langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah Rosalie.

Ada kedua orang tua Alex, adik perempuan Alex, dan adik laki-laki Alex. Yang membingungkan Rosalie, ada Chelsea juga di sana. Mereka semua memandangnya dengan tatapan aneh. Seperti sama sekali tidak mengharapkan kehadirannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Ibu Alex bertanya begitu Rosalie telah melangkah lebih jauh mendekati mereka. Tatapan wanita paruh baya itu jelas-jelas memandangnya jijik, seolah Rosalie adalah gelandangan yang masuk tak diundang ke dalam rumah.

"Kau itu mengganggu acara kami saja. Kami sedang merayakan kehamilan Chelsea. Kenapa kau tiba-tiba muncul di sini?"

Semua pertanyaan yang selama ini hanya mengendap di kepala Rosalie, seakan langsung mendapatkan jawabannya hanya karena ucapan mertuanya.

"Apa maksud Ibu? Kenapa aku tidak boleh pulang ke sini? Ini juga rumahku."

Mertuanya itu langsung berdecih sinis. "Oh, Rose. Berhentilah bermimpi. Cepatlah bangun. Putraku sudah menceraikanmu saat kau masih tidur di rumah sakit. Kau bukan lagi bagian dari keluarga ini. Kau bukan lagi menantuku."

Mendapatkan kabar bahwa suaminya tidak pernah datang menjenguknya di rumah sakit, kemudian disusul dengan kabar tentang pernikahan suaminya dengan sahabatnya sendiri, dan sekarang Rosalie harus menelan fakta bahwa suaminya itu menceraikannya secara pihak saat dirinya sedang sekarat di rumah sakit.

Demi Tuhan, bagaimana caranya dirinya bisa menahan semua rasa sakit itu?

"Di mana Alex? Di mana suamiku? Aku mau bertemu dengannya." Rosalie melangkah dari hadapan semua orang. Memandangi keseluruhan lantai dasar hingga ke lantai dua.

Baru dirinya ingin berlalu, ayah Alex menahan lengannya. Langsung mendorongnya menjauh.

"Berani sekali kau ingin bertemu putraku? Tidakkah kau sadar bagaimana penampilanmu sekarang? Kau seperti gelandangan. Jangankan bertemu dengan putraku, kau bahkan tidak pantas untuk menginjakan kaki di rumah ini."

Mendengar perkataan itu dari mertuanya membuat Rosalie refleks melihat penampilannya sendiri. Itu adalah satu-satunya baju yang diberikan perawat kepadanya. Saat melihat kakinya, semuanya kotor karena dirinya memang tidak mengenakan alas kaki.

"Kumohon. Aku ingin bertemu dengan Alex. Sebenarnya apa yang terjadi di sini?" Rosalie mulai berkaca-kaca. Ketakutan. Tidak siap untuk mengetahui kebenarannya.

Matanya kemudian beralih pada Chelsea. Rosalie menatap sahabatnya itu memohon.

"Sebenarnya apa kesalahanku kepadamu? Kenapa kau tega sekali melakukan hal ini kepadaku?"

"Aku," Chelsea kebingungan tidak tahu harus menjawab apa. Meski jauh di dasar hatinya dirinya begitu kesal karena mengetahui bahwa Rosalie sadar dari komanya. "Aku tidak salah apa-apa, aku hanya—"

"Sudahlah. Jangan timpali ucapannya." Ibu Alex langsung memotong ucapan Rosalie. Kembali memandangi Rosalie tajam. "Olivia sedang hamil cucuku, jadi bisakah kau tidak membuat masalah di sini dan lekas pergi? Kau tidak diterima di sini."

"Alex!" Rosalie langsung berteriak. "Kumohon, aku perlu melihatmu." Air mata sudah membanjiri wajahnya dan Rosalie berusaha mencari-cari Alex dengan kedua tangannya yang ditahan oleh adik iparnya.

"Kak! Pergilah! Jangan berteriak seperti itu! Kau seperti orang tidak berpendidikan saja. Pergilah saat kau sudah diusir. Jangan mengemis seperti ini." Kali ini adik perempuan Alex yang berbicara.

"Lagi pula kenapa satpam sialan itu berani membiarkanmu masuk?" Ayah Alex ikut-ikutan angkat suara. "Memalukan sekali untuk melihatmu lagi di sini. Dengan keadaanmu yang seburuk itu. Apa kau tidak punya malu?"

Bertepatan dengan itu, semua orang akhirnya terdiam ketika mendengar suara langkah kaki dari lantai dua. Alex muncul dengan tenang dan Rosalie langsung menepis semua tangan yang menahannya dan segera berlari ke arah Alex.

"Tolong beritahu aku bahwa semuanya hanyalah omong kosong." Rosalie tersenyum memohon kepada Alex sambil mencengkeram kerah kemeja yang dikenakan oleh Alex. "Beritahu aku bahwa semua yang dikatakan orang-orang itu hanyalah berita bohong."

Tatapannya sarat akan kepedihan. Ada satu harapan masih bertahan di sana. Bermimpi itu akan dipenuhi oleh satu-satunya orang yang berada di hadapannya sekarang.

"Apalagi yang harus kujelaskan saat kau sudah melihat semuanya dengan mata kepalamu sendiri?" Tapi sayangnya Alex malah menjawab Rosalie dengan tenangnya, sambil melepaskan cengkeraman tangan Rosalie.

Bahu Rosalie langsung luruh lemas. Seakan dunianya hancur detik itu juga. Suaminya sendiri membenarkan hal mengerikan itu tanpa penyangkalan.

"Menurutmu, bagaimana bisa aku bertahan denganmu yang sekarat di rumah sakit? Tidak ada yang tahu apa kau masih bisa sadar atau tidak."

Ucapan Alex menghantam dada Rosalie dengan sangat keras. Seolah-olah pria itu mengatakan bahwa selama ini dia menganggapnya sudah mati.

"Apa kau benar-benar mengatakan itu kepadaku?" Rosalie bertanya. Mencari setidaknya setitik saja kelembutan yang selalu didapatkannya dari Alex dulu. Tapi tatap itu seakan sudah bukan miliknya lagi. Sudah tidak ada cinta di sana.

"Bagaimana bisa kau meninggalkanku begitu saja? Kau bahkan tidak pernah menjengukku sama sekali di rumah sakit. Beri tahu salahku di mana sehingga kau setega itu melakukan semua ini kepadaku?"

Rosalie mengusap air matanya yang terus-terusan jatuh. Dia beralih kepada Chelsea yang berdiri tak jauh dari posisinya. Rosalie menunjuk Olivia.

"Dan bagaimana bisa kau menikahi Chelsea? Sahabatku sendiri?" Satu tangannya mencengkeram dadanya. Seperti berusaha menahan rasa sesak yang sudah tidak tertahankan.

"Memangnya kenapa kalau aku menikahi sahabatmu? Apa ada larangan untuk hal itu?" Alex balik bertanya lempeng. "Lagi pula, ini semua salahmu sendiri. Salahmu karena koma dan meninggalkanku sendirian. Kau pikir aku tetap mau menjalani pernikahan dengan mayat hidup tanpa kepastian entah kau akan sadar lagi atau tidak?"

Hancur lebur sudah perasaan Rosalie. Tubuhnya nyaris luruh di hadapan Alex. Kedua tangannya gemetar dan mengepal. Rasa sakit hati itu juga menjelma sebagai amarah.

“Teganya kau! Bagaimana bisa kau melakukan hal sekeji ini!” teriaknya, melayangkan pukulan-pukulan lemah ke dada bidang Alex yang tak acuh.

Ibu Alex menarik Rosalie secara paksa dan menampar keras sebelah pipinya.

Plak!

Rosalie terhuyung, nyaris jatuh ke lantai. Tangannya menangkup pipi yang memerah. Perih.

Mendapat tamparan di pipi seperti mendapat tamparan realita. Rosalie sadar bahwa keluarga suaminya memandangnya tak lebih daripada kotoran. Bukan lagi menantu keluarga Carter yang terhormat.

“Perempuan tak tahu diuntung! Enyah dari sini!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    139 - Aku Milikmu dan Kau Milikku

    Halaman belakang kediaman Syl Hampton disulap menjadi lokasi pesta pernikahan. Karpet berbulu berwarna hijau di halaman penuh dengan kursi-kursi berkain putih yang berjajar sangat rapi. Sudah diisi penuh dengan para tamu undangan.Karpet berwarna putih terhampar di antara barisan kursi yang membelah menjadi dua bagian. Menuju tempat pelaminan.Saat semua orang menanti-nanti mempelai wanita yang akan datang, jauh di dalam rumah Rosalie dibuat kelimpungan untuk menangani perasaan gugupnya sendiri.Penampilannya jauh berbeda dari yang biasanya. Gaun putih dengan bagian belakang menjuntai panjang terpasang sempurna di tubuh Rosalie yang molek.Satu ketukan terdengar dari arah pintu dan Rosalie langsung mengalihkan pandangan. Menemukan ayahnya berdiri di tengah ambang pintu yang terbuka. Pria itu tersenyum dan langsung masuk ke dalam“Kau terlihat gugup sekali.” Greyson mengusap bagian anak rambut di sisi wajah Rosalie. Melakukannya hati-hati agar tidak menyentuh kulit wajahnya. Greyson ti

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    138 - Damai

    Duduk berhadap-hadapan dengan Chelsea di satu ruangan yang sama, Rosalie tidak pernah sekalipun menduganya bahwa rasanya akan begitu tidak menyenangkan. Entah bagaimana wajah yang dulu pernah melihatnya dengan sorot ceria, sekarang memandangnya penuh rasa benci. Tidak ada apa pun yang tersisa dalam tatapan Chelsea selain kebencian. Seakan dirinya sudah mengambil setiap hal berharga dalam hidup Chelsea. Merenggutnya tak bersisa darinya.Rosalie menarik senyum dan bertanya. “Bagaimana kabarmu?” Bukan untuk basa-basi, tapi betulan dirinya ingin tahu mengenai kabar tentang Chelsea.“Menurutmu apalagi yang bisa kau harapkan? Apa kau pikir aku bisa berpesta ria di dalam sini? Apa menurutmu aku bisa memasang wajah bahagia saat di dalam sini? Kau pikir ada hal yang menyenangkan tentang tinggal di penjara?”Tidak tentu saja. Rosalia sedikit banyak bisa membayangkannya. Tempat tidur tanpa kasur empuk, makanan yang dijatah, bahkan ada banyak perseteruan yang tidak diketahui olehnya.Tidak ada s

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    137 - Doa Dari Masa Lalu

    Rosalie baru tahu bahwa pernikahan ternyata akan serumit itu. Dirinya pernah menikah tentu saja, tapi tidak pernah memikirkan keseluruhan pernikahan sama sekali.Saat menikah dengan mantan suaminya dulu, Rosalie tidak melakukan apa pun. Semuanya diatur oleh Alex dan ibunya. Mulai dari konsep acara, konsep undangan, gaun pengantin, tempat dan sebagainya. Ibu Alex tidak membiarkannya untuk membantu karena khawatir seleranya jauh di bawah mereka.Dirinya hanya perlu menerima bersih. Itu nyaman-nyaman saja meski belakangan baru diketahui olehnya rasanya tidak memuaskan menikah dengan konsep yang tidak sesuai dengan kemauannya.Tapi sekarang rasanya jauh lebih rumit. Barisan gaun pengantin yang sedang dilihatnya di sebuah tablet benar-benar cantik. Rosalie tidak bisa memilihnya. Sejak tadi dirinya hanya terus menggulir layar ke kanan. Menggulirnya lagi ke kiri hanya untuk memastikan bahwa gaun sebelumnya sepertinya terlihat jauh lebih baik daripada gaun di gambar yang selanjutnya.Benar-be

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    136 - Maukah Kau Menikah Denganku?

    Bab 136Rosalie memperhatikan seorang wanita yang berdiri di hadapannya. Diam tidak bergerak. Wanita itu mengenakan gaun satin selutut berwarna putih tulang.Kaki jenjangnya dilapisi dengan high heels berwarna serupa. Rambutnya di gerai bebas. Dengan kepangan halus di kanan dan kiri. Terikat di bagian belakang. Wanita itu adalah pantulan dirinya di cermin.Rosalie tidak tahu sudah berapa kali dirinya memperhatikan cermin hanya untuk memastikan penampilannya tidak buruk.“Kau sudah sangat cantik.” Suara itu pun menginterupsi kegiatan kecilnya.Rosalie berjengit sambil menoleh ke arah pintu. Menemukan ayahnya berdiri dengan kedua tangan menyilang.“Pria-mu sudah menunggu di luar. Kapan kau akan menemuinya?”“Liam sudah datang?” Rosalie melotot. Buru-buru pergi ke arah kasur untuk menyambar tas selempangnya beserta ponsel.“Itu karena kau terlalu fokus memperhatikan dirimu sendiri, sampai tidak menyadari suara mobil Liam. Apa yang perlu dilihat lagi saat kau sudah secantik ini?”“Ayah, b

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    135 - Aku Menginginkan Dirimu, Rose

    “Jadi ini alasan Anda tidak makan siang dengan Nona Rosalie hari ini?” Owen berbicara kepada Liam yang berdiri di sampingnya.Pria itu sedang berdiri di depan sebuah etalase besar yang keseluruhannya terbuat dari kaca. Matanya nampak fokus melihat benda-benda kecil yang ada di dalamnya. Sebuah perhiasan.Owen hanya menahan senyuman geli melihat tingkah atasannya itu. Ternyata dia bisa merencanakan sebuah kejutan juga.“Jangan beritahukan hal ini kepada Rosalie,” kata Liam kemudian memandang Owen sekilas.“Tentu, Pak.” Owen menjawabnya dengan senyum meyakinkan. Turut senang juga dengan keputusan yang diambil oleh atasannya itu. Kalau dia sekarang ada di toko perhiasan, sedang memilih cincin, berarti sudah jelas apa yang akan dilakukannya untuk Rosalie.Tapi Owen tidak tahu bahwa sebenarnya Liam pun tidak terlalu yakin. Atau lebih tepatnya bisa dibilang dirinya sudah yakin, tapi belum bisa memastikan semuanya berjalan dengan baik atau tidak.Liam mau-mau saja menikah dengan Rosalie. Bi

  • Bangun Sebagai Putri Sang Penguasa    134 - Kalian Harus Memberiku Cucu!

    Hari-hari berikutnya tidak lagi ada mendung. Hanya ada hari cerah. Sama seperti Rosalie dan Liam. Tidak lagi bermuram durja dan hanya terus mencari kebahagiaan.Pekerjaan berlalu seperti biasanya. Mereka bersikap profesional saat di kantor. Kecuali setelah di luar, keduanya menjadi jauh lebih hangat satu sama lain dan memperhatikan lebih dekat lagi.Akhir pekan menjadi waktu-waktu menyenangkan. Mereka melakukan beberapa hal normal yang dilakukan pasangan kebanyakan. Piknik, kadang Liam menemani Rosalie berbelanja kebutuhannya sendiri dengan Liam yang ekstra sabar, kadang mereka hanya menonton film. Di rumah Liam. Jauh lebih menyukai keintiman seperti itu.“Seolah-olah ada pelangi saja di atas kepala kalian berdua.” Dan itu adalah komentar pertama yang mereka dengar dari Greyson tentang kelengketan mereka berdua.Pria itu geleng-geleng kepala melihat dua sejoli itu. Terlihat sangat bahagia. Bukan dirinya tidak menyukainya, justru sebaliknya, tapi mereka ... benar-benar lengket.“Ayah,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status