Beranda / Romansa / Batal Di Madu / 04. Jauhi Istri Saya

Share

04. Jauhi Istri Saya

last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-15 19:50:51

“Kenalkan nama saya Raga Handika Subrata, suaminya  Viona Adila Zahra,” ucap Raga menatap tajam pria itu.

“Oh ini toh suamimu yang kamu bilang seperti singa. Ya kamu benar Vio, wajahnya memang sangar tetapi dia juga tampan seperti saya,” pujinya membuat hidung Raga kembang kempis mendengar ocehan teman istrinya itu.

“Ayo, silakan duduk, biar saya yang bayar, jangan khawatir uang saya juga banyak kok,” lanjutnya lagi sambil tersenyum.

Jangan ditanya bagaimana wajah pria tampan itu sangat merah menahan amarah dan malu. Viona menatap takut. Tak lama kemudian seorang pelayan pun kemudian datang menghampiri meja mereka dengan membawa menu yang mereka pesan. Tanpa basa-basi lagi mereka pun menikmatinya dalam keheningan.

 

***

 

“Ada apa dengan Mas Raga? Kenapa dia tampak marah? Kan dia sendiri yang bilang jangan mencampuri masalah pribadi,” gumam Viona dalam hati.

Untung saja mood Raga sedikit terobati karena bisa melihat wajah Viona dari dekat dan entah kenapa dia baru menyadari wajah hitam itu terlihat sangat manis saat dia tersenyum. Viona yang merasa diperhatikan oleh suaminya pun segera memanggilnya.

“Mas, aku minta maaf ....”

“Nanti saja kamu jelaskan di rumah,” jawabnya lebih ketus lagi dan masih menikmati makan siangnya.

Tidak sabaran menunggu sampai makanannya habis, Raga pun ingin menggali siapa pria yang ada di hadapannya sekarang. Hatinya terus menggelitik untuk meminta jawaban yang pasti tentang hubungan mereka.

“Katakan siapa Anda, apakah ada hubungan kerja sama atau tidak?” tanya Raga to the point. Matanya memandang lurus ke arah Rama.

Pria tampan itu pun tersenyum melihat wajah sang suami cemberut. “Apakah Anda cemburu?” tanya Rama kini lebih jujur dan langsung ke intinya.

“Maksud Anda apa? Saya hanya ingin memastikan bahwa di antara kalian tidak ada hubungan karena saya enggak mau nama baik saya tercemar. Anda tahu siapa saya, kan?” protes Raga.

“Enggak, maaf saya tidak mengenal Anda soalnya saya jarang melihat televisi,” jawab Rama.

Jawaban pria bertubuh besar itu membuat Raga hampir saja ingin memakinya tapi lagi-lagi dia harus menahan gejolak hatinya yang ingin meninju wajah pria itu.

Viona tersenyum saat melihat wajah suaminya merah padam, bagaimana tidak baru kali ada orang yang tidak mengenal sosok pria itu padahal sering wira-wiri dilayar televisi dan media sosial lainnya dalam dunia bisnis.

Ya terkenal dengan nama Subrata group yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang properti. Kini sekarang merambah dalam bisnis perhotelan.

“Tidak baik kita bicara sambil makan, nanti bisa ... belum sempat Rama selesai bicara tiba-tiba saja Raga tersedak. Viona dengan sigap mengambil segelas air putih yang sudah ada di atas meja. Wanita manis itu pun menepuk-nepuk bahu sang suami.

“Sudah baikkan, Mas?” tanya Viona yang masih terlihat khawatir.

“Ya aku nggak apa-apa tapi hatiku yang kurang baik,” jawabnya spontan.

“Apa Mas?”

“Oh nggak apa-apa,” jawabnya sedikit gugup.

“Mas, aku mau ke toilet sebentar ya titip Mas Rama,” ucap Viona tergesa-gesa.

“Apa? Memang aku pengasuh orang ini harus dititipkan segala?” rutuk Raga dalam hati meskipun begitu dia masih bisa tersenyum.

“Mas Rama, aku pergi sebentar jangan pergi dulu.”

“Baik, Manis,” jawab Rama spontan. Raga mendelik kesal dan menatap tajam ke arah  Rama yang tersenyum.

Viona pun segera beranjak dari tempat duduknya. Raga beralih menatap  punggung Viona sampai hilang dari pandangannya.

“Tumben kamu perhatian dengan istrimu, Raga, bukannya kalian menikah hanya karena keinginan Om Seno?” tanya Rama kini berubah sikap dingin setelah kepergian Viona.

“Jauhi istri saya!” Tekan Raga dengan mata yang lebih tajam lagi.

Pandangan mereka langsung bertemu. Rama tersenyum simpul menanggapi perkataan Raga.

“Kenapa, apakah kamu mulai ada rasa dengan istrimu, sejauh ini yang aku tahu kamu sangat tidak menyukai Viona yang dari kalangan bawah apalagi dia anak seorang  pembantu dan kamu masih berhubungan dengan Vina,” jelas Rama membuat Raga terdiam.

“Jangan campuri urusan rumah tangga saya, cepatlah menikah agar kamu tidak mencari istri orang lain,” sindir Raga tersenyum mengejek.

Rama meminum kopi yang dia pesan tadi. Menyasapi setiap dan mencium aroma yang sangat disukai bagi pencinta kopi itu. “Ayolah Bro, aku tahu kamu cemburu dengan kedekatan kami, buktinya sangat terlihat dari wajahmu yang abstrak itu, ada rasa marah untung saja kepalamu tidak mengeluarkan asap,” ledeknya lagi.

“Saya tidak peduli apa yang kamu katakan, cepat jauhi istri saya, cukup kita saja yang bersaing dalam bisnis, bukan dengan yang lain.”

“Kamu sangat egois Ga, dulu saat kita kuliah kamu mengambil Vina dariku, bahkan aku sudah mengalah untuk menjauh dari kalian, tapi sepertinya takdir selalu mempertemukan kita lagi, kan?”

“Apa maksudmu?”

“Ya seperti yang kamu lihat, aku sudah kembali Raga Handika dan sekarang aku sudah berada tepat di hadapanmu. Kami tidak sengaja bertemu di sebuah yayasan panti jompo.”

Raga mengernyitkan dahi,  pria tampan itu tidak tahu apa saja kegiatan wanita yang telah dijadikan istrinya enam hari lalu itu. Lagi-lagi Rama tersenyum. Senyuman mengejek pastinya.

“Sangat menyebalkan!”  rutuk Raga kesal.

“Aku pasti bisa menebak kalau kamu belum melakukan malam pertama dengan istrimu, sayang sekali. Apakah aku harus yang melakukannya, ceraikan saja Viona dan aku siap untuk menikahinya.”

Wajah Raga memerah hampir seperti kepiting rebus, ingin rasanya memberikan tamparan keras kepada mantan sahabatnya itu yang sekarang menjadi musuh dalam dunia bisnis. Mereka saling uji nyali dan kemampuan setiap ada proyek yang akan mereka menangkan. Meskipun pada akhirnya Raga lah yang selalu menjadi pusat perhatian dari kalangan bisnis sehingga namanya selalu di sorot oleh masyarakat luas.

Lima menit berlalu akhirnya Viona sudah melangkah masuk dan kembali bergabung dengan dua pria yang sama tampannya itu. Wanita manis itu melihat wajah mereka yang tampak aneh.

“Mas, ada apa? Kenapa kamu melihat Mas Rama seperti itu, apakah kalian sudah saling mengenal?” tanya Viona penasaran.

“Tidak! Ya!” jawab mereka hampir bersamaan dan berbeda. Viona bingung dan menatap mereka satu per satu.

“Ma—maksudnya?”

“Jika sudah selesai, saya mau membawa istri saya pulang, apakah Anda keberatan?” tanya Raga langsung memotong pembicaraan.

“Aku bawa mobil, Mas.”

“Gampang, nanti saya suruh orang untuk mengambil mobil kamu di sini, dan sejak kapan kamu bisa menyetir?”

Rama menggelengkan kepalanya, lagi-lagi bisa mengejek Raga yang ternyata tidak menahu tentang siapa  istrinya sendiri.

“Mas Raga kan enggak pernah tanya,” jawab polos Viona membuat wajah Raga merona. Sedangkan Rama hanya bisa tersenyum melihat tingkah mereka berdua.

“Mas Rama, Vio pulang dulu ya, nanti kalau memang Vio butuh sesuatu nanti ditelepon balik,” ucap Viona dengan polos tapi membuat Raga kembali dibuatnya tensi naik.

“Apa-apaan kamu, janjian dengan pria lain selain suamimu?” tanya Raga dengan tatapan tajam ke arah Viona yang bingung dengan sikap suami cueknya itu.

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Batal Di Madu   97. Akhir Perjalanan Cinta Raga

    Suasana sidang makin memanas. Semuanya saling menunjukkan bukti yang masih memberatkan Raga. Keluarga Subrata hanya diam dan menyimak saja. Begitu juga dengan Viona dan Raga bersikap tenang. Beberapa orang di sana memperhatikan mereka sehingga tak sedikit mereka berargumen kalau kejahatan Raga memang terbukti. Waktu terus berlalu hingga hampir satu jam. Dan saat putusan hukuman Raga ingin dibacakan tiba-tiba saja Clarissa berdiri dan meminta waktu untuk bisa berbicara. Semua orang terkejut tidak ada di agenda kalau Clarissa ikut bicara meskipun mereka hanya tahu kalau wanita paru baya itu adalah ibunya Rama yang sekarang di tahan. Untung saja hakim memperbolehkannya untuk maju dan masuk di ruang saksi. Dengan sedikit gugup Clarissa mulai angkat bicara. “Mungkin dari kalian hanya tahu kalau saya adalah ibu dari Rama Ardi Saputra Gunawan seorang pengusaha muda yang kini mendekam di penjara. “Rama dan saya masih ada hubungan keluarga dengan keluarga Subrata.”“Apa maksud Bu Clar

  • Batal Di Madu   96. Putusan Pengadilan

    “Kita berdoa saja yang terbaik, Pi . Kita berangkat sekarang? Vio sudah enggak sabar ingin bertemu dengan Mas Raga dan memberikan kejutan,” sahut Vio sangat bersemangat. “Oke, kita berangkat sekarang,” sahut Papi Seno dan berjalan keluar bersama yang lain. “Bismillahirrahmanirrahim, ya Allah kuserahkan kepada-Mu semua masalah hatiku. Hamba percaya dan yakin semua akan kembali seperti semula. Keajaiban itu akan datang dan kami bisa bersama lagi. Jauhkan kami dari keserakahan dan ketamakan orang-orang yang mengalami kami. Engkau maha mengetahuinya. Aamiin.” Doa Viona sebelum dia masuk ke mobil bersama mertuanya. Dua puluh menit perjalanan akhirnya mereka sampai di pengadilan. Sudah banyak wartawan yang ingin mencari berita. Apalagi mereka mendengar kabar tentang hilangnya Viona beberapa hari ini yang telah disekap oleh Rama. Papi Seno tak mengizinkan Viona untuk bicara dengan banyak wartawan yang mengerumuninya. Untung saja masih ada beberapa anak buahnya yang masih setia men

  • Batal Di Madu   95. Pilihan

    “Kamu sudah sampai di rumah?”“Maaf Bos, kami belum bisa sampai di rumah Nyonya Clarissa. Ada tabrakan di tengah jalan dan kami terjebak di tengah jalan. Tidak bisa mundur karena banyak kendaraan lain juga.”“Bodoh, kenapa tidak cari jalan lain?” “Maaf Bos, tidak ada dan ...”“Brengsek. Kamu bisa kan cari jalan alternatif, kenapa harus lewat jalan itu? Cepat cari jalan lain, saya tidak peduli. Jika terjadi sesuatu dengan ibu saya kalian yang akan bertanggung jawab.”Rama langsung memutuskan sambungan teleponnya tanpa mendengar kembali penjelasan anak buahnya itu dan kembali menatap Viona.“Semua tidak bisa diharapkan. Kenapa semakin berantakan sih? Aku hanya ingin bersama Viona! Kenapa semua tidak menyukainya?” kesal Rama dalam hati. Dia berjalan mondar mandir di kamar sembari sesekali mencoba menghubungi ibunya, tapi tetap saja nomor yang dituju sudah tidak diaktifkan lagi. “Ti—tidak aku tidak bisa meninggalkan Viona sendirian di rumah sakit. Mereka pasti akan membawanya pergi dar

  • Batal Di Madu   94. Sadar

    Viona berusaha untuk bangun dari tempat tidur tapi ternyata tubuhnya masih begitu lemah. Dia ingin melepaskan jarum suntik yang masih terpasang di tangannya. Namun, di saat itu juga sebuah tangan besar menghalanginya. Jantung Viona berdegup kencang saat melihat tangan laki-laki itu memegang jarum suntik yang ingin dilepaskan oleh Viona.Viona mendongkak dan benar saja tangan Rama yang telah memegangnya. “Apa yang kamu lakukan? Kamu ingin pergi dari sini?” tanya Rama dengan tatapan di dinginnya. Viona merasa tak berdaya, tak ada tenaga untuk bisa menghindar dari Rama. Hanya tatapan sayu dan ketakutan dari matanya. Rama bisa melihatnya sehingga tangannya pun berpindah perlahan. “Maaf, aku hanya ingin memastikan untuk tidak berbuat nekat dengan .. “Mas, a—aku mohon lepaskan aku!” Viona bersuara pelan dengan air mata yang sudah mengalir membasahi pipinya.Rama semakin terpuruk melihat Viona yang begitu ketakutan sampai-sampai menitikkan air mata.“Vio, jangan menangis aku tidak

  • Batal Di Madu   93. Rumah Sakit

    Rayhan mengejar Rama yang melangkah cepat meninggalkannya. “Kamu sudah enggak waras, Rama!” teriaknya. Rayhan menarik paksa tangan Rama. “Aku enggak salah dengar ka?” Rayhan mengatur napasnya yang sedikit tersengal-sengal karena mengejar Rama.“Apakah aku pernah bercanda dengan perkataanku sendiri?” tanya balik Rama dengan wajah seriusnya .“Rama dengarkan aku sebentar. Viona sedang mengandung anak Raga. Mereka saling mencintai dan Viona hamil, Rama. Kamu sudah tahu apa yang aku maksud. Jangan mengulangi kesalahan lagi. Kamu sudah membuat Raga dipenjara dan sekarang kamu ingin mengambil hidup Viona? Aku sarankan, jangan kamu melakukan hal yang akan merugikan kamu nanti kedepannya,” nasihat Rayhan membuat Rama terdiam sejenak. Rama menghela napas panjang dan kemudian berkata, Apa kamu tidak ingin membantuku, Ray?” Rayhan menepuk bahu Rama. “Maaf, Bos, aku tidak ingin melakukannya lagi. Aku tidak ingin membuat Viona kehilangan janinnya. Dia berhak hidup dan aku tidak mau nasib aka

  • Batal Di Madu   92. Viona Hamil

    Viona semakin berontak tapi tubuhnya tak bisa mengalahkan kekuatan pria tampan itu. Namun, Viona tak ingin pasrah begitu saja saat wajah Rama begitu dekat dengannya. Pria itu menyeringai jahat. Viona begitu marah saat tubuhnya disentuh paksa oleh pria lain. Entah dari mana kekuatan itu sehingga tanpa keraguan berusaha membenturkan kepalanya dengan Rama sangat kuat. Rama kesakitan dan langsung merenggangkan dekapannya. Viona langsung menghindar meskipun kepalanya pun langsung terasa pening. Tak lama terlihat ada tetesan darah yang keluar dari kening Viona. Cairan merah pekat itu terus mengalir membuat wajah Viona merah. Bahkan jilbab dan pakaiannya pun sudah ternoda. Rama yang masih kesakitan menjadi panik saat melihat tetesan darah itu tetap mengalir. Rama kembali mendekati dan ingin mengobati luka itu tapi dengan cepat Viona menghentikannya. “Aku harus menghentikan darahnya,” khawatir Rama yang segera mencari kotak P3K di dalam kamar itu. Dengan tangan gemetar Rama membuka s

  • Batal Di Madu   91. Parsidangan

    Tepat jam sepuluh pagi persidangan Raga dimulai. Raga masuk dalam ruang persidangan dalam penjagaan ketat. Mereka beradu pandang. Mata Raga pun sempat berkaca-kaca saat melihat kedua sosok pria yang selalu ada untuknya. Bahkan Raga sangat mengkhawatirkan mereka berdua. Namun, seketika pikirannya mengingat akan sosok wanita yang selalu membuat bahagia.Viona, wanita itu tak tampak di sana membuat hatinya sedih dan geram. Apalagi di saat itu juga dia melihat kehadiran Rama dan Clarissa, dua orang yang sangat dia benci. Raga berusaha menahan amarahnya saat melihat mereka. Terlebih lagi sikap Rama yang tampak tersenyum dari kejauhan. Seno bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Raga. Dia tahu kalau Raga pasti mencari keberadaan Viona. Opa Lukman tak mencegahnya membiarkan ayah dan anak itu bicara sebentar.Raga langsung mencium punggung tangan Papa Seno dan kemudian memeluknya. “Semua akan baik-baik saja, Raga. Kamu adalah anakku. Papi tahu kamu tidak bersalah dan semua itu akan

  • Batal Di Madu   90. Pertemuan Di Sidang

    Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Persidangan untuk Raga sebentar lagi akan di gelar. Papi Seno dan Opa Lukman sudah bersiap diri untuk datang ke pengadilan. Tampak di luar gerbang rumah mereka pun beberapa pencari berita juga sudah berkumpul dan menunggu. Untung saja ada satpam penjaga yang tidak memperbolehkan mereka masuk sampai ke halaman rumah keluarga Subrata.“Papa, sudah siap? Atau lebih baik Papa di rumah saja, biar Seno saja yang datang. Lagian papa baru sembuh. Seno takut terjadi sesuatu dengan Papa nanti di sana. Raga akan lebih sedih jika menyangkut kesehatan Papa,” pinta Seno ya g masih khawatir dengan kondisi kesehatan Opa Lukman. Orang tua itu menatap sayu dan kemudian tersenyum kecil, kemudian berkata, “ Papa enggak apa-apa. Jika Papa di rumah malah kepikiran. Apalagi kita belum bisa menemukan keberadaan Viona. Apakah dia enggak apa-apa bersama Rama?” ucapnya pelan. Mendengar ucapan Opa Lukman membuat Seno kembali geram. “Sampai sekarang Seno belum bisa

  • Batal Di Madu   89. Ancaman

    Rama tetap tidak mau melepaskan Viona. Baginya wanita cantik itu harus menjadi istrinya nanti setelah bercerai dari Raga. Rama pun sudah memberikan surat perceraian yang harus di tanda tangani oleh Viona. Dia meninggalkan berkas itu di meja berharap Viona rela berpisah dengan Raga. Viona tak bisa tidur karena memikirkan nasib suaminya itu. Tapi dia pun tak berdaya semua ini. Paginya Rama pun kembali ke kamar itu untuk memastikan apakah Viona sudah mengambil keputusan atau tidak. “Katakan Vio, apakah keputusan kamu? Kita tidak mempunyai banyak waktu karena kamu tahu kan hari ini dan tinggal tiga jam lagi sidang Raga akan di gelar. Jika kamu memang mencintai Raga tentu kamu mau berkorban untuknya, kan?” bujuk Rama tersenyum kecil. “Aku tidak mau menandatangani berkas itu. Kamu sudah enggak waras, Mas!”Rama berusaha menahan amarahnya. Tangannya mengepal kuat dengan sorot mata yang tajam. “Rupanya kamu tidak peduli dengan nyawa suamimu, Vio! Apakah aku harus membuktikannya ka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status