Share

04. Jauhi Istri Saya

“Kenalkan nama saya Raga Handika Subrata, suaminya  Viona Adila Zahra,” ucap Raga menatap tajam pria itu.

“Oh ini toh suamimu yang kamu bilang seperti singa. Ya kamu benar Vio, wajahnya memang sangar tetapi dia juga tampan seperti saya,” pujinya membuat hidung Raga kembang kempis mendengar ocehan teman istrinya itu.

“Ayo, silakan duduk, biar saya yang bayar, jangan khawatir uang saya juga banyak kok,” lanjutnya lagi sambil tersenyum.

Jangan ditanya bagaimana wajah pria tampan itu sangat merah menahan amarah dan malu. Viona menatap takut. Tak lama kemudian seorang pelayan pun kemudian datang menghampiri meja mereka dengan membawa menu yang mereka pesan. Tanpa basa-basi lagi mereka pun menikmatinya dalam keheningan.

 

***

 

“Ada apa dengan Mas Raga? Kenapa dia tampak marah? Kan dia sendiri yang bilang jangan mencampuri masalah pribadi,” gumam Viona dalam hati.

Untung saja mood Raga sedikit terobati karena bisa melihat wajah Viona dari dekat dan entah kenapa dia baru menyadari wajah hitam itu terlihat sangat manis saat dia tersenyum. Viona yang merasa diperhatikan oleh suaminya pun segera memanggilnya.

“Mas, aku minta maaf ....”

“Nanti saja kamu jelaskan di rumah,” jawabnya lebih ketus lagi dan masih menikmati makan siangnya.

Tidak sabaran menunggu sampai makanannya habis, Raga pun ingin menggali siapa pria yang ada di hadapannya sekarang. Hatinya terus menggelitik untuk meminta jawaban yang pasti tentang hubungan mereka.

“Katakan siapa Anda, apakah ada hubungan kerja sama atau tidak?” tanya Raga to the point. Matanya memandang lurus ke arah Rama.

Pria tampan itu pun tersenyum melihat wajah sang suami cemberut. “Apakah Anda cemburu?” tanya Rama kini lebih jujur dan langsung ke intinya.

“Maksud Anda apa? Saya hanya ingin memastikan bahwa di antara kalian tidak ada hubungan karena saya enggak mau nama baik saya tercemar. Anda tahu siapa saya, kan?” protes Raga.

“Enggak, maaf saya tidak mengenal Anda soalnya saya jarang melihat televisi,” jawab Rama.

Jawaban pria bertubuh besar itu membuat Raga hampir saja ingin memakinya tapi lagi-lagi dia harus menahan gejolak hatinya yang ingin meninju wajah pria itu.

Viona tersenyum saat melihat wajah suaminya merah padam, bagaimana tidak baru kali ada orang yang tidak mengenal sosok pria itu padahal sering wira-wiri dilayar televisi dan media sosial lainnya dalam dunia bisnis.

Ya terkenal dengan nama Subrata group yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang properti. Kini sekarang merambah dalam bisnis perhotelan.

“Tidak baik kita bicara sambil makan, nanti bisa ... belum sempat Rama selesai bicara tiba-tiba saja Raga tersedak. Viona dengan sigap mengambil segelas air putih yang sudah ada di atas meja. Wanita manis itu pun menepuk-nepuk bahu sang suami.

“Sudah baikkan, Mas?” tanya Viona yang masih terlihat khawatir.

“Ya aku nggak apa-apa tapi hatiku yang kurang baik,” jawabnya spontan.

“Apa Mas?”

“Oh nggak apa-apa,” jawabnya sedikit gugup.

“Mas, aku mau ke toilet sebentar ya titip Mas Rama,” ucap Viona tergesa-gesa.

“Apa? Memang aku pengasuh orang ini harus dititipkan segala?” rutuk Raga dalam hati meskipun begitu dia masih bisa tersenyum.

“Mas Rama, aku pergi sebentar jangan pergi dulu.”

“Baik, Manis,” jawab Rama spontan. Raga mendelik kesal dan menatap tajam ke arah  Rama yang tersenyum.

Viona pun segera beranjak dari tempat duduknya. Raga beralih menatap  punggung Viona sampai hilang dari pandangannya.

“Tumben kamu perhatian dengan istrimu, Raga, bukannya kalian menikah hanya karena keinginan Om Seno?” tanya Rama kini berubah sikap dingin setelah kepergian Viona.

“Jauhi istri saya!” Tekan Raga dengan mata yang lebih tajam lagi.

Pandangan mereka langsung bertemu. Rama tersenyum simpul menanggapi perkataan Raga.

“Kenapa, apakah kamu mulai ada rasa dengan istrimu, sejauh ini yang aku tahu kamu sangat tidak menyukai Viona yang dari kalangan bawah apalagi dia anak seorang  pembantu dan kamu masih berhubungan dengan Vina,” jelas Rama membuat Raga terdiam.

“Jangan campuri urusan rumah tangga saya, cepatlah menikah agar kamu tidak mencari istri orang lain,” sindir Raga tersenyum mengejek.

Rama meminum kopi yang dia pesan tadi. Menyasapi setiap dan mencium aroma yang sangat disukai bagi pencinta kopi itu. “Ayolah Bro, aku tahu kamu cemburu dengan kedekatan kami, buktinya sangat terlihat dari wajahmu yang abstrak itu, ada rasa marah untung saja kepalamu tidak mengeluarkan asap,” ledeknya lagi.

“Saya tidak peduli apa yang kamu katakan, cepat jauhi istri saya, cukup kita saja yang bersaing dalam bisnis, bukan dengan yang lain.”

“Kamu sangat egois Ga, dulu saat kita kuliah kamu mengambil Vina dariku, bahkan aku sudah mengalah untuk menjauh dari kalian, tapi sepertinya takdir selalu mempertemukan kita lagi, kan?”

“Apa maksudmu?”

“Ya seperti yang kamu lihat, aku sudah kembali Raga Handika dan sekarang aku sudah berada tepat di hadapanmu. Kami tidak sengaja bertemu di sebuah yayasan panti jompo.”

Raga mengernyitkan dahi,  pria tampan itu tidak tahu apa saja kegiatan wanita yang telah dijadikan istrinya enam hari lalu itu. Lagi-lagi Rama tersenyum. Senyuman mengejek pastinya.

“Sangat menyebalkan!”  rutuk Raga kesal.

“Aku pasti bisa menebak kalau kamu belum melakukan malam pertama dengan istrimu, sayang sekali. Apakah aku harus yang melakukannya, ceraikan saja Viona dan aku siap untuk menikahinya.”

Wajah Raga memerah hampir seperti kepiting rebus, ingin rasanya memberikan tamparan keras kepada mantan sahabatnya itu yang sekarang menjadi musuh dalam dunia bisnis. Mereka saling uji nyali dan kemampuan setiap ada proyek yang akan mereka menangkan. Meskipun pada akhirnya Raga lah yang selalu menjadi pusat perhatian dari kalangan bisnis sehingga namanya selalu di sorot oleh masyarakat luas.

Lima menit berlalu akhirnya Viona sudah melangkah masuk dan kembali bergabung dengan dua pria yang sama tampannya itu. Wanita manis itu melihat wajah mereka yang tampak aneh.

“Mas, ada apa? Kenapa kamu melihat Mas Rama seperti itu, apakah kalian sudah saling mengenal?” tanya Viona penasaran.

“Tidak! Ya!” jawab mereka hampir bersamaan dan berbeda. Viona bingung dan menatap mereka satu per satu.

“Ma—maksudnya?”

“Jika sudah selesai, saya mau membawa istri saya pulang, apakah Anda keberatan?” tanya Raga langsung memotong pembicaraan.

“Aku bawa mobil, Mas.”

“Gampang, nanti saya suruh orang untuk mengambil mobil kamu di sini, dan sejak kapan kamu bisa menyetir?”

Rama menggelengkan kepalanya, lagi-lagi bisa mengejek Raga yang ternyata tidak menahu tentang siapa  istrinya sendiri.

“Mas Raga kan enggak pernah tanya,” jawab polos Viona membuat wajah Raga merona. Sedangkan Rama hanya bisa tersenyum melihat tingkah mereka berdua.

“Mas Rama, Vio pulang dulu ya, nanti kalau memang Vio butuh sesuatu nanti ditelepon balik,” ucap Viona dengan polos tapi membuat Raga kembali dibuatnya tensi naik.

“Apa-apaan kamu, janjian dengan pria lain selain suamimu?” tanya Raga dengan tatapan tajam ke arah Viona yang bingung dengan sikap suami cueknya itu.

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status