Share

05. Ada Yang Salah

Sepanjang jalan Raga tidak ada mengatakan sepatah kata pun.  Wajahnya di tekuk tapi masih fokus menyetir. Viona menyadari akan satu hal ada yang tidak beres dengan suaminya itu. Biasanya Raga akan cuek dengan segala kegiatan yang dilakukan oleh Viona. Bahkan saat Viona ingin keluar dan meminta izin selalu ditanggapinya dengan acuh.

“Mas Raga sedang marah ya?” tanya Viona ragu-ragu.

“Menurutmu?” balas Raga dengan jutek.

“Menurut aku iya sih lagi marah, tapi kenapa Mas?”  Viona menatap wajah suaminya sendiri. Merasa diperhatikan membuat pria tampan itu menjadi salah tingkah dan semakin stres. Dia lalu menghentikan mobilnya secara mendadak sehingga hampir saja kening Viona kejeduk depan kaca mobil. Dia lalu turun dari mobil diikuti oleh Viona.

“Mas, sakit nih, kenapa sih nyetirnya seperti itu, kalau kita kecelakaan bagaimana? Lagian ini di mana?” Viona memegang keningnya yang sakit sembari celingak-celinguk melihat tempat sekitarnya di mana mereka berhenti.

“Kenapa? Kalau Ram yang bawa mobil lebih enak dari saya?” tanyanya dengan ketus.

“Iya sih, dia enggak ugal-ugalan seperti Mas menyetir sekarang, jangan-jangan Mas Raga enggak lulus waktu belajar menyetir, orang kaya kan selalu mendapatkan apa pun dengan cara instan,” celetuknya membuat Raga semakin kesal.

“Dir, pakirkan mobil saya dengan benar dan jangan sampai lecet sedikit pun,” ucapnya sambil memberikan kunci mobil ke tangan satpam perusahaan itu.

Raga melangkah pergi masuk ke perusahaannya. Namun, kembali sadar saat Viona tidak ikut mengekori. Pria tampan itu menghela napas panjang dan menoleh ke belakang saat melihat istrinya berdiri mematung. Raga ikut memperhatikan wajah Viona. Lalu melihat dari ujung kaki sampai ujung rambut yang berpenampilan biasa tapi hanya satu yang tidak bisa dia pungkiri saat wanita itu tersenyum wajahnya langsung terlihat manis.

Ya Viona Adila Zahra seorang gadis berkulit hitam manis dengan tubuh tinggi semampai. Meskipun warna kulit yang tidak kebanyakan wanita pada umumnya putih mulus berbeda dengan Viona yang memiliki kulit hitam melebihi sawo matang. Namun, wajahnya tak kalah cantiknya dengan wanita yang berkulit putih. Bulu mata lentik dengan bola mata bulat besar, mempunyai alis tebal. Hidung mancung dan rambut ikal berwarna hitam dengan panjang sebahu, tapi tentu saja Raga sangat ilfil dengan Viona yang sangat berbeda dengan Vina Angelika Prasetya mantan kekasihnya yang lebih seksi dan cantik menawan.

Saat itu tapi entah kenapa setelah enam hari menikah dia baru menyadari ada hal yang berbeda dalam diri Viona. Raga mendekat kali ini lebih dekat melihat wajah itu yang sering dia abaikan. Senyuman nyaris terlihat tapi buru-buru dia tepis kembali.

“Apakah kamu akan berdiri di situ sampai besok?” Raga mengagetkannya. Dia pun menoleh sehingga hampir tidak ada jarak diantara mereka karena pria tampan itu sedikit membungkukkan badannya hingga bisa sejajar dengan wajah Viona. Tatapan mereka saling bertemu dan terdiam sesaat.

“Apa aku tidak salah lihat, aku menikahi seorang wanita yang cantik, kenapa aku baru sadar?” batin Raga menatap intens wajah istrinya sendiri.

“Mas Raga kenapa? Jangan-jangan kesambet lagi, tapi ini kan masih sore belum malam, masa iya sih? Malah ada kotoran di matanya lagi, katanya pembersih tapi kok ada yang nyempil di situ, kasih tahu enggak ya, nanti kalau aku ambil langsung nanti dia marah, kan dia sendiri yang membuat peraturan enggak boleh menyentuh apa pun tanpa seizin yang punya, kan?” batin Viona bingung.

“Mas, kenapa kamu melihat aku seperti itu? Mas baru tahu ya kalau aku sangat cantik?” Viona semakin mendekatkan wajahnya, Raga terkejut dan kembali menjauh dari hadapan Viona.

“Kamu jangan geer ya, cepat ikuti saya!” Raga segera berjalan kembali kini Viona ikut mengekori suaminya. Banyak pandangan menuju ke arah mereka. Dengan ramah wanita manis itu sedikit  membungkukkan badannya dan tersenyum.

“Tunggu Mas!” Viona sedikit berlari mengejar langkah Raga.

“Ada apa lagi?”

“Itu ada kotoran di mata Mas, kok bisa sih katanya pembersih,” sindir Viona yang melanjutkan langkahnya lebih dahulu.

Raga terdiam dia lalu mencari kaca, untung mobil yang terparkir di luar, buru-buru melihatnya dari kaca spion. Dan benar saja memang ada sedikit kotoran di sela ujung matanya membuatnya tersenyum.

“Ternyata aku memang sangat tampan, pantas saja para wanita banyak mengejatku,” pujinya pada diri sendiri saat menatap dirinya sendiri di kaca spion itu.  Setelah puas Raga pun dengan cepat menyusul Viona yang sudah menunggunya di lobi.

“Mas, ini kantor kamu?”

“Bukan milik orang lain,” jawab asal Raga.

“Oh pantesan bagus banget, enggak mungkin Mas punya kantor semewah ini, kan?”

Raga hanya diam tidak mau meladeni pertanyaan istrinya. Entah kenapa dia malah membawanya ke kantor yang semula dia tidak ingin Viona datang ke kantor.  Mereka pun masuk ke ruang kerja Raga.

Viona semakin terperangah saat melihat ruang kerja suaminya yang terlihat mewah dan elegan.  “Wah kaya banget ini yang punya perusahaan ya Mas, nggak salah dia kasih ruangan ini seperti rumah pribadi ya?” Mata Viona tidak lepas dari semua perabotan yang terlihat mewah. Sampai akhirnya tak sengaja melihat meja kerja Raga terdapat bingkai foto yang berwarna silver terpampang nyata  sangat pemilik wajah itu.

Mata yang tadi  berbinar dengan senyuman mengembang itu pun seketika berubah murung. Bukan foto pernikahan mereka yang terbingkai cantik di sana, melainkan foto  suaminya bersama sang kekasih, Vina.

Viona sangat tahu siapa itu Vina, kekasih Raga yang tak akan pernah dia lupakan. Viona sadar diri siapa dirinya tidak akan bisa bersaing dengan seorang model yang begitu cantik dan seksi, bahkan dia pun semakin tidak percaya diri kala melihat kulit Vina begitu putih saat bersanding dengan Raga yang sama.

“Mereka memang pasangan serasi,” gumam Viona dalam hati.

Viona tidak ingin Raga tahu kalau hatinya sedikit sakit, tapi dia berusaha untuk seolah masa bodoh sebelum hatinya semakin jatuh cinta dengan suaminya sendiri.

“Kamu perlu sesuatu?” tanya Raga yang sudah duduk di kursi kebesarannya sambil membuka laptopnya. Viona masih berdiri kini berhadapan dengan suaminya. Jarak mereka hanya dibatasi oleh meja kerja saja.

“Mas, sepertinya kamu sudah melanggar surat perjanjian itu deh, apakah aku harus membuka dan membacanya lagi?” Viona bersuara tapi pandangan Raga tidak teralihkan dari layar itu. Kedua jemarinya pun sudah lancar ke sana kemari menari di atas keyboard.

“A—apa maksudmu?” tanyanya dingin.

Viona menatap sekilas setelah itu menoleh ke samping. “Bukannya kamu bilang aku tidak boleh datang ke kantor? Dan sekarang apa yang kamu lakukan? Kamu sendiri membawa aku ke sini?” tanya Viona membuat jemari Raga terhenti seketika.

“Lalu?”

“Ya, aku hanya ingin memastikan kalau bukan aku yang meminta kamu untuk bisa menginjakkan kakiku di sini dan satu lagi bukankah Mas Raga yang bilang jangan mencampuri urusan kita masing-masing dan sekarang apa yang kamu lakukan? Kamu yang membuat perjanjian hitam di atas putih, kan dan kita sama-sama menyetujuinya, tapi kenapa kamu malah  ....

“Sayang, kamu masih ... Mereka sama-sama menoleh mendengar suara seorang wanita yang tentu mereka hafal betul siapa pemiliknya.

“Waw ... sebuah kebetulan kamu ada di sini, apakah dia melakukan kesalahan, Sayang?” Wanita cantik itu langsung masuk begitu saja dan langsung mendaratkan sebuah kecupan singkat di pipi Raga. Raga pun membalasnya. Viona hanya melongo melihat adegan romantis itu tanpa berkedip.

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status