Share

Chapter 4

Author: Chiavieth
last update Huling Na-update: 2025-03-02 08:59:41

“Nicho, sudah sadar…!”

Seruan itu membuat Raffaelle yang baru kembali ke tempatnya mengintai Anne tadi jadi terpancing untuk mengintip, melihat reaksi gadis yang di sukainya dari balik kaca jendela transparan.

Sungguh, hatinya menjadi panas saat melihat Anne malah bertatap mata dengan pria itu. ‘Ini tidak boleh terjadi, bagaimanapun caranya, Anne tidak boleh bersamanya.’

Tangannya terkepal penuh tekad.

Dering panggilan terdengar, Raffaelle baru sadar bahwa ponsel Anne masih di dalam sakunya. Tulisan di layar ponsel membuatnya tahu si penelpon adalah ibunya Anne. ‘Haruskah aku menjawabnya?’

Tak ingin membuatnya cemas, akhirnya dia menjawab panggilan. “Ya halo Bu.”

“Assalamualaikum, ini Raffaelle ya? Jadi Anne sedang bersamamu?”

Astaga! Ibunya Anne bahkan belum diberitahu tentang hal yang menimpa putrinya barusan, dia harus jawab apa?

“Nak Raff?”

“Ah ya Bu, maaf. Sebenarnya… Anne sedang menjenguk temannya yang kecelakaan di rumah sakit.”

“Baguslah kalau dia bersamamu, jadi ibu tak perlu khawatir lagi dia akan keluyuran sendirian.”

“Ibu tenang saja, nanti aku juga yang akan mengantarnya pulang.”

“Baiklah, makasih banyak nak Raffaelle. Ibu titip Anne padamu, hati-hatilah berkendara.”

Raffaelle mengakhiri panggilan, lalu melihat salah satu teman Anne keluar dldan berjalan kearah toko yang ada diujung jalan. Dia merasa gadis itu akan membeli sesuatu, jadi Raffaele mengikutinya.

“Eh kamu bukannya… kukira kamu sudah pergi.”

Raffaelle tersenyum kecil. “Aku masih menunggui Anne, ibunya tadi menelepon dan menyuruhku menjaganya.”

Gadis itu terhenyak, “Apa bibi Felicia sudah tahu kabar ini?”

Raffaelle menggeleng, “Mana aku tega memberitahunya.”

“Kamu benar, lagipula kita tidak boleh membuatnya cemas. Kalau Anne tahu dia pasti akan sangat bersyukur. Oh ya, kenapa kamu tak ikut masuk saja kedalam? Kamu punya alasan kan?”

Raffaelle seakan mendapat hal bagus, ajakan teman Anne ini bisa menjadi alasan untuknya kembali masuk ke dalam rumah sakit.

“Saya mau bayar belanjaannya mba’.”

Seorang penjaga kasir memindai semua yang didalam keranjang. Raffaelle yang kebetulan melihat sesuatu untuk di belinya, langsung menyerobot di meja kasir tadi.

“Tambahkan ini dan sebutkan totalnya.”

Nadine terpaku, lalu memandang pria disebelahnya kini dengan sorot kagum. ‘Ternyata dia benar-benar cowok tajir.’

“Ayo kita kembali ke dalam.” Suara yang lembut itu mengejutkan Nadine hingga dia gelagapan.

“Eh, sudah selesai? Sini biar aku yang bawa.”

Sayangnya, Raffaelle tak mengizinkan gadis itu merebut kantong belanjaan tadi dari tangannya. “Tanganku masih kuat untuk membawanya.”

‘Sikapnya manis sekali.’ Nadine mengedip-ngedipkan matanya karena tertarik dengan pria ini.

Tapi Raffaelle datar, dia berlalu dari sana membiarkan gadis itu berdiri sendirian. “Hei, kenapa kamu pergi begitu saja.”

Nadine menyusulnya dan langsung menyeru ketika mencapai pintu ruangan. “Anne, ibumu menelpon…”

Sontak gadis bernama Anne itu gelagapan memeriksa sakunya. “Ponselku…”

“Ada disini.”

Anne menoleh, melihat pria yang tidak dipedulikannya tadi. “Kak Raff…”

Pria itu memberikan benda pipih itu pada Anne. “Ibumu menitipkanmu padaku, jadi jika berkenan aku akan mengantarmu pulang malam ini.”

Situasi membeku, Anne memeriksa riwayat panggilan di ponselnya. “Kakak tidak beritahu ibu tentang ini kan?”

“Aku tak ingin menyusahkan orang tua…”

Anne menatap ke luar jendela. “Pasti ibu sekarang sendirian dirumah, aku harus pulang. Tapi–” pandangannya beralih menatap pria yang masih terbaring dengan infus ditangannya.

“Kalau kamu cemas dengan ibu, kamu bisa pulang dan kembali besok pagi. Biar kami yang menjaganya disini.” Pendapat Maureen disetujui dua lainnya.

“Benar, tapi keadaanmu masih–”

Rasanya agak berat, tapi melihat ekspresi teman-temannya yang begitu meyakinkan, akhirnya Anne setuju. “Kalau begitu kalian bantu aku jaga kak Nicho ya, lagipula ini sudah larut malam, aku harus pastikan ibu tidur dengan tenang dirumah.”

“Tunggu Anne, kamu pulang bersamanya?”

Sepertinya Nicho tidak mempercayai pria yang menenteng kantong belanjaan itu, seakan ada firasat lain.

“Hmmm, lagipula arah rumah kami sama, dia tetanggaku.”

Raffaelle mendengus saat pria itu merasa sok perhatian pada Anne, dia yang sudah terlanjur membenci pria itu, ikut menjawab. “Ibunya juga berpesan agar aku mengantarnya pulang sampai ke rumah.”

"Sudahlah, lagipula bukankah dia sudah dipercayakan ibunya Anne?"

"Benar, tapi..."

"Kalau begitu kami pergi dulu."

Ingin rasanya Nicho mencegah Anne pergi, tapi gadis itu sudah memunggungi mereka dan berlalu dari sana. “Bantu aku mengintrogasi Anne besok.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Bayang Cinta sang Tuan    Kenapa kak Nicho bisa disini?

    "Kak Nicho? Kenapa kamu bisa—” ucapannya terputus saat pria itu melemparkan sebuah syal rajut pada wanita yang pakaiannya compang-camping dan bahkan tanpa hijab yang menutupi kepalanya.“Diamlah, segera pakai itu. Kamu rela auratmu dilihat orang lain?” Anne tak menepis kata-kata pria itu dan melakukan apa yang di katakannya, hingga rambutnya kini tak terlihat lagi. “Makasih banyak, kalau bukan kamu aku nggak tahu gimana nasibku nanti.”“Ini hanya suruhan mama, jadi kamu jangan berpikir yang nggak-nggak. Lagian kamu nggak usah banyak omong deh, aku juga nggak bakalan tersanjung dengan kata-katamu.”“Aku berterima kasih serius, bukan untuk memuji atau menyanjung orang lain. Tapi, aku heran kenapa kamu bisa sampai kesini? Padahal tempatnya kan terpencil.” “Apa itu penting? Cukup diam saja di kursimu jangan banyak omong!”Menerima bentakan itu Anne mendengus.“Sombong sekali! Kamu kira aku bicara padamu karena punya maksud lain? Jelas nggak lah ya. Aku ini udah punya suami…” “Suami man

  • Bayang Cinta sang Tuan    Aku harus tau dimana mereka

    Pukul 06.00 pagi, silau matahari membuat Anne mengernyit dan membuka mata dengan paksa, namun ruangan yang ditempeli banyak poster atletik dan binaragawan membuatnya heran. “Aku,,, dimana?”Melihat kondisi tangan dan kakinya yang sedang terikat di atas tempat tidur, Anne terus meronta mencoba melepaskan ikatan itu, namun kagaduhan yang dia sebabkan membuat seseorang membuka pintu dan muncul dengan tawa seringai. ‘Raffaelle? Bukannya dia…’ Sayangnya, dia tak bisa m3mak1 atau bahkan memarahi pria itu karena saat ini mulutnya masih disumpal dengan selotip hitam tebal. Pria itu berjalan mendekat, membuat jantung Anne berdetak keras sekaligus panik bercampur trauma. Apalagi tanpa diduga dia menarik paksa penutup mulut Anne hingga meninggalkan rasa sakit.“Apa-apaan kamu?” Anne akhirnya bisa menegur pria itu dengan sesuka hati meski posisinya belum bisa bergeser dari sana. "Memangnya kamu bisa apa? Sendirian di kamar usang, apa kamu masih berani melawan? Suamimu bahkan juga nggak peduli

  • Bayang Cinta sang Tuan    Anne tak sadarkan diri

    Uhukk! Uhukk! Kekagetan itu membuat Anne tak bisa menahan untuk langsung bertanya. “Bibi, bukannya tadi cuma–” Wanita itu terkekeh. “Anne, apa kamu merasa Mardian kurang tampan dan berjiwa dingin?"Melihat Anne menggeleng sungkan, Audiya kembali bicara. "Kalau aku masih muda pasti akan langsung memilih Mardian. Kamu mungkin nggak tahu kalau sebenarnya putraku itu sangat berkualitas untuk wanita sepertimu.”Anne meringis, lalu melihat sekilas pada pria yang sedang dipromosikan padanya dan mendengar Audiya menyambung kata-katanya. “Mardian punya dua adik laki-laki yang sedang bekerja di luar negeri, satu-satunya orang yang menemaniku di rumah hanya dia.”Merasa sedang dibicarakan, Mardian ikut bergabung dengan ibu dan Anne untuk menyela pembicaraan mereka. “Kalian membicarakanku? Pantas aja kuping ku panas.” Dia lalu melihat pada Anne dan mulai mengutarakan sesuatu. “Oh ya, aku lupa kasih tahu sesuatu. Setelah acara ini mungkin kita akan jarang bertemu, apalagi aktivitasku diluar cuku

  • Bayang Cinta sang Tuan    Yakin?

    “What? Kamu serius Ann?” Nadine memekik keras saking dirinya kaget.“Suaramu jangan terlalu keras, aku nggak mau mereka dengar dan malah banyak tanya.”Nadine langsung mengatup rapat bibirnya, lalu melihat telunjuk yang mengarah pada bocah kembar yang bermulut bijak itu, kemudian dia berbicara dengan suara pelan. “Lalu responmu apa?”“Mana mungkin aku mau…”“Kenapa kamu menolaknya?” “Hei, kamu masih waras kan? Aku nggak mau jadi perusak rumah tangga orang yang sudah punya anak dan istri. Lagian, soal pernikahan harus di dasari dengan perasaan kan? Sedangkan aku nggak punya rasa apapun lagi sama Nicho.” Nadine menarik nafas dalam-dalam, "Nyonya Kyra sebenarnya orang baik.”"Yah, tapi bukan berarti aku tolak permintaannya mentah-mentah. Aku kasih alasan yang masuk akal dan bilang kalau aku udah punya tunangan dan akan menikah dalam waktu dekat ini.” Ckckck… “Alasanmu luar biasa. Kamu ini single parents Ann, siapa yang percaya dengan kata-katamu barusan? Kamu kira bisa bebas begitu sa

  • Bayang Cinta sang Tuan    Balik lagi ke Nicho gih!

    Teka-teki lagi? di ruangan itu semua orang dibuat penasaran. Pasalnya, Kyra pasti akan mengajukan hal yang aneh-aneh setiap dia ulang tahun. Tapi Anne tampak tenang dan melanjutkan makannya tanpa berpikir hal lain. “Apaan sih ma? Jangan bikin kami penasaran dong!” desak Nicho yang tak ingin penasaran lebih lama lagi.Kyra melirik semua orang di meja makan secara bergantian, lalu mendehem ketika memulai bicara. “Nicho, kamu pasti tahu sekarang mama nggak muda kayak dulu lagi kan? Siapa tahu aja di umur 56 tahun ini mama tiba-tiba pergi untuk selamanya.”Sontak Damian memukul meja. “Apa yang sedang kamu katakan? Kita ini jelas seumur, jangan bikin orang ketakutan. Lagian kita juga nggak tahu kapan ajal kita.” Mendengar teguran suaminya Kyra tersenyum datar. “Memang benar, tapi bukankah di umur segini kita mesti banyak-banyak beramal kan?” Pandangannya beralih pada Anne yang masih terbengong di depan meja. “Anne, mama akan serahkan villa di kota Barat daya padamu.”“Apa?” Ternyata Jeny

  • Bayang Cinta sang Tuan    Kalian penasaran?

    “Tante…” Seorang anak kecil dengan pita-pita lucu di rambutnya, berlari menggapai Anne di ruangan makan. Itu membuat semua orang bingung, ‘Bagaimana Ketrin bisa kenal dengan wanita itu?’Tapi, berbeda dengan Nicho yang sudah tahu hal itu akan terjadi, dia hanya mengurut alis tanpa berkomentar. Sedangkan Kyra kini menatap cucunya menanyai. “Ketrin, kamu kenal dimana sama tante Anne?”Gadis itu tersenyum dengan polos. “Ini loh Grandma, dia tante yang aku ceritakan itu…” Kyra menutup mulutnya kaget. “Jadi… ya ya ya, Grandma mengerti sekarang, ternyata dunia ini memang sempit ya. Grandma nggak nyangka kalian baru kenal bisa langsung dekat.” Wanita paruh baya itu melirik Jenya yang kelihatan kesal di seberang mereka. Itu membuat Jenya semakin sebal dan berencana mengalihkan itu. “Ketrin, temani mama keluar sebentar buat ambil sesuatu di jok mobil…” Tapi gadis itu malah menggeleng. “Nanti saja ma, aku mau ajakin Tante Anne ke dalam dulu.” Tanpa disetujui, gadis itu menarik tangan Ann

  • Bayang Cinta sang Tuan    Enggak mau berdebat lagi

    Merasa dianggap remeh seorang anak kecil, Nicho berusaha meredam emosinya lalu berjongkok dan menatap bocah itu. “Hei kids, kamu anaknya Anne?”Bocah itu melipat tangannya dengan angkuh. "Untuk apa kamu tanya mommyku?"Nicho tak mungkin merespon kasar pada anak kecil, jika dia marah itu akan lebih dianggap remeh lagi oleh bocah itu. “Jadi dia mommy-mu? Kalau begitu bisa panggil dia sekarang?” Dua alis Nicho yang tebal itu sedikit terangkat.“Mommy sedang mandi, lagipula dia masih lelah setelah sibuk seharian."Nicho tersenyum dingin, dia melirik wanita dewasa yang sejak tadi hanya diam disamping bocah itu.“Joshua? Nadine? kenapa kalian berdiri di pintu?” Gawat! Nadine melebarkan matanya panik dan berencana menutup pintu dengan paksa, namun detik itu Anne malah keluar setelah mengambil hijabnya dan melihat mantan suaminya berdiri kaku di depan pintu. “Apa yang kamu lakukan disini?”“Anne...” di situasi itu, Nicho berusaha menahan diri untuk tetap stabil. “Maaf, kedatanganmu kemari t

  • Bayang Cinta sang Tuan    Darimana saja?

    “Jenya, kamu darimana saja? Kenapa baru datang?” Sapaan Nicho malah disambut dengan dengusan kasar dan bentakan dari istrinya.“Jangan banyak tanya, cepat bantu aku bawa semua barang-barang ini ke kamar!”“Tapi…” Nicho mengeraskan rahangnya berniat memarahi sang istri, jika bukan karena Ketrin yang sangat antusias melihat Jenya datang, mungkin situasinya akan berbeda. Sementara Nicho membiarkan putrinya menikmati momen ibu dan anak bersama Jenya, tapi saat melihat jok belakang mobil dan berencana menuruti sang istri untuk membantunya, mata Nicho membulat. “Jenya, barang sebanyak ini isinya apa saja? Isi kamar masih penuh dengan kotak-kotak belanjaanmu kemarin yang bahkan belum dibuka.”Jenya berbalik sambil berkacak pinggang. “Apa urusannya denganmu? Suka-suka aku mau beli apa, lagipula bukan hanya kamu yang cari uang.” Nicho tak berkomentar lagi, menurutnya Jenya terlalu boros kalau soal uang. Lemari dikamarnya sudah berisi sana sini. Lalu jika semua dus ukuran besar ini dibawa mas

  • Bayang Cinta sang Tuan    Mama akhirnya pulang

    "Ketrin, kemana kamu sebenarnya?” Tak terhitung lagi sudah berapa kali Nicho mengusap kasar wajahnya setelah berputar kesana kemari menyetir mobilnya.Saking tak fokusnya dengan hal lain, Nicho bahkan tak sadar bahwa mobilnya hampir saja menyerempet mobil SUV di didepannya. Jika dia tidak segera mengerem, masalah baru malah akan muncul. Hufft!Hampir saja dia putus asa sampai berniat menelpon polisi, namun saat menyalakan ponsel seseorang menelepon. “Ya ada apa?”Raut mukanya terlihat berharap, setelah mendengar si penelpon berbicara, “Oke, tetap di situ sampai aku datang.” Di zaman ini, ada banyak kasus penculikan anak, terlebih Carla, putri Nicho satu-satunya termasuk kategori anak yang menggemaskan, memikirkan itu cepat-cepat Nicho mengemudi tanpa berpikir.Rasa cemas itu membuat Nicho cepat sampai di depan sebuah mansion berpagar mewah, dan melihat dua asistennya sudah mendatangi rumah itu dan masuk dengan paksa hingga suara pekikan terdengar dari arah ruang tamu. Kegaduhan yang

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status