"Engkaulah, bidadari surgaku," =Uje=
"Saya terima nikah dan kawinnya, Andara Binti Setiawan dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."
Satu tarikan napas ... Hanya satu tarikan aku berhasil mengucapkan akad nikah dengan lancar. Menjadikan Andara, kekasih hatiku menjadi bagian sepenuhnya dalam hidupku.
Jiwa, hidup, dan kebahagiaanku. Pesta meriah di gelar sebagai wujud syukur kedua orang tua kami berdua, karena telah berhasil menghantarkan putra-putrinya ke gerbang pernikahan.
Doa dan harapan mengiringi pernikahan kami. Tidak ada yang salah saat itu. Aku dan Andara menikmati masa bulan madu dengan sangat bahagia, seolah dunia hanya milik kami berdua.
Dulu sebelum menikah, setiap bangun tidur, hanya ada bantal guling yang menemani. Kini, Andara yang selalu ada di pelupuk mata ketika aku terbangun dari tidur. Sangat romantis, dan penuh suka cita.
Tapi itu dulu, ketika awal pernikahan kami. Menjelang pernikahan kami yang ke tiga tahun, belum juga ada tanda-tanda Andara hamil. Padahal, kami berdua sama-sama sehat, dan juga subur.
Aku tidak mengerti, apa yang membuat kami sulit mendapatkan keturunan. Berbagai macam cara sudah kami lakukan. Namun, seorang bayi mungil belum di perkenankan hadir dalam biduk rumah tangga kami.
"Kapan kalian akan memberi kami seorang cucu? Ini sudah tiga tahun usia pernikahan kalian. Apa tidak sebaiknya kalian periksa kesehatan sekali lagi untuk lebih memastikan?" tanya mama pada Andara dan aku.
"Mah, sabar ya. Mungkin Allah belum memperkenankan kami mempunyai anak," jawabku mencoba menghiburnya.
"Sudahlah, Mah. Jangan kamu push mereka dengan ucapan itu. Berdoa saja, semoga secepatnya kita di karunia seorang cucu," ucap papa menenangkan mama.
Andara hanya diam. Percuma juga dia bicara, jika ujung-ujungnya hanya akan memancing keributan denganku. Aku menggenggam erat tangannya, mengatakan dalam tatapan mataku kalau kita akan baik-baik saja.
***
"Bro, istrimu di rumah kan?" tanya Evan padaku siang itu.
"Iya, semenjak menikah dia memutuskan untuk fokus menjadi ibu rumah tangga, mengurus suami calon anak kami kelak," jawabku tersenyum padanya.
"Kau yakin dia ada di rumah? coba hubungi dia sekarang," ucap Evan yang membuatku curiga, tapi tetap ku lakukan permintaannya.
Aku mencoba menelepon Andara, akan tetapi tidak ada satu pun jawaban darinya. Aku bingung, karena tidak biasanya Andara seperti ini.
"Gimana, diangkat?" tanya Evan tersenyum penuh misteri.
"Enggak biasanya Andara begini. Sesibuknya dia, pasti akan mengangkat telepon dariku," jawabku pada Evan.
"Percaya diri sekali, kau Galih. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. Ku harap, kau tak terkejut melihatnya," ucap Evan mengeluarkan telepon genggam lalu membuka galeri video.
"I-ini tidak mungkin. Kau bohong kan, Evan?" tanyaku tak percaya.
"Inilah yang ku temukan dalam telepon genggam milik Danu, sahabat kita waktu aku meminjam teleponnya. Aku iseng membuka galeri foto, dan menemukan banyak foto istrimu di sana. Yang lebih mengangetkanku adalah video pergumulan mereka," ucapnya padaku.
"Bagaimana mungkin? Andara ... Danu? Ini benar-benar gila," ucapku frustrasi.
"Satu hal lagi, siang ini aku tak sengaja melihat mereka memasuki hotel. Entah apa yang sedang mereka lakukan di sana. Kalau aku jadi kau, akan ku labrak mereka sekarang juga," ucapnya memanasiku, dan berhasil.
"Evan, antarkan aku ke hotel di mana kau melihat mereka tadi. Cepat!" teriakku tak sabar.
Kami pun berlalu menyusuri Jakarta yang panas, tapi tidak sepanas hatiku yang harus menerima kenyataan melihat istri yang sangat aku cinta, berselingkuh dengan sahabatku, Danu.
Kami sampai di hotel tersebut. Setelah mengatakan pada pihak hotel untuk membantu kami melabrak pasangan selingkuh yang saat ini tengah berada di dalam hotel mereka.
Mulanya mereka tidak percaya, tapi setelah aku memperlihatkan foto pernikahanku dengan Andara, juga foto Danu, akhirnya mereka bersedia membantu.
"Room Service," ucap salah satu pegawai hotel yang berpura-pura menawakan layanan kamar.
Tidak berapa lama pintu terbuka. Nampak raut muka kaget bercampur ketakutan terlihat di wajah Danu, sahabatku. Tanpa banyak bicara, aku masuk ke dalam kamar mereka, dan melihat Andara, istriku dalam keadaan tanpa busana, hanya tertutup selimut dengan baju keduanya berserakan di lantai.
"Nampaknya baru saja ada badai di kamar ini," sindir Evan pada Danu dan Andara.
"M-mas ... A-aku bisa jelaskan," ucap Andara gugup.
"Kenakan bajumu sekarang juga!" ucapku marah.
Andara langsung turun dari ranjang masih menutupi tubuhnya dengan selimut hotel. Berjalan pelan memungut baju yang berserakan, lalu masuk ke dalam toilet.
Sementara Danu, dia tidak bisa bicara apa pun, karena perselingkuhan mereka terbongkar.
"Sah ..."Satu tarikan napas Galih saat ijab kabul telah menyatukan hati keduanya. Saujana telah resmi menjadi istri Gilang, dan itu membuatnya bahagia.Tanpa terasa, air mata kebahagiaan bercampur kesedihan mengalir dari kedua pipinya. Bahagia, karena Galih telah mewujudkan impian dan janji mereka berdua untuk selalu bersama dalam suka duka. Terlebih, setelah mereka melewati halangan dan berbagai peristiwa yang menguji cinta.Sedih, karena sekarang dia sudah milik orang lain. Tanggung jawab kedua orang tua padanya usai sudah setelah mengantar ke gerbang pernikahan bersama lelaki pilihannya.Tangis kebahagiaan kedua keluarga tidak terbendung ketika acara sungkeman, memohon doa restu pada kedua orang tua mereka. Galih dan Saujana larut dalam tangis bahagia, berharap, rumah tangga mereka akan bahagia selamanya."Papa titip Saujana. Jaga dan sayangi dia, seperti kami menjaganya dulu. Pa
"Kami ingin mengabarkan kematian saudara Danu di selnya. Dia memotong urat nadi menggunakan ujung sendok yang secara diam-diam dia sembunyikan dan di buat runcing. Hanya surat ini yang kami temukan."Danu menempuh jalan pintas dengan memgakhiri hidupnya. Dalam surat yang dia tinggalkan, tertulis permohonan maaf atas semua perbuatan yang dia lakukan selama ini.Kematian Siena, dan kegilaan Andara adalah kesalahan terbesar yang dia perbuat. Dia merasa tidak berguna sebagai ayah dan juga suami untuk keluarga kecilnya. Seharusnya, dia bisa melindungi mereka berdua. Namun, dia justru dia penyebab semua kejadian ini."Sampaikan permintaan maafku pada Andara, istriku. Dia pantas bahagia. Katakan padanya, aku lelaki paling bodoh yang tidak bersyukur mendapatkan wanita terbaik seperti Andara."Galih dan Evan yang membaca suray wasiat Danu, sahabat mereka tidak pernah menyangka, dia mampu melakukan kebodohan seperti ini tanpa memikirkan keluarga y
Namaku Evan, hanya cameo dalam kisah rumit dua pasang suami istri yang merupakan sahabatku. Entah mengapa diri ini bisa masuk rerlalu dalam di kisah mereka. Namun, yang pasti, aku belajar arti kesetiaan. juga kejujuran dari mereka.Galih yang ku kenal sebagai pribadi yang humble, dan mempunyai rasa empati tinggi. Harus mengalami begitu banyak kejadian dalam hidupnya. Pernikahan yang awalnya terlihat bahagia, dan membuat iri semua orang, ternyata harus berakhir denga sebuah perpisahan.Miris, ketika tahu, biang kehancuran dalam rumah tangga mereka adalah sahabat kami sendiri, Danu. Dia yang selama hidupnya di bantu perekonomiannya oleh Galih, tega menusuknya dari belakang. Seorang sahabat yang ternyata kekaaig masa lalu istrinya, yang merasa teraniaya oleh sikap kedua mertua Galih.Aku yang membongkar perselingkuhan istrinya dengan sahabat kami, Danu. Hancur, itu yang dirasakan Galih. Kado ulang tahun pernikahan ketig
"Danu sudah tertangkap. Dia sudah di amankan pihak berwajib."Pesan yang Evan kirim membuat Galih bisa bernapas lega. Akhirnya, setelah sekian lama, lelaki bejat itu tertangkap juga. Sebuah kado terindah untuk dirinya juga Saujana. Terutama, Andara.Galih bergegas mengambil kunci mobil. Berpamitan dengan kedua orang tuanya. Setelah itu melajukan mobil membelah jalanan kota Jakarta.Tidak sabar rasanya ingin bertemu dengan Danu. Laki-laki yang telah membuat Andara gila karena tidak kuat menahan beban penderitaan yang menimpanya. Belum lagi peristiwa penculikan yang menimpa. Saujana, calon istrinya. Hal itu telah membuat Galih muak."Hari ini, aku tidak akan memaafkanmu. Kau harus membayar penderitaan yang Andara terima," ucapnya kesal.Panggilan telepon dari Saujana membuat Galih bingung. Dia tidak ingin Saujana mengetahui tentang berita tertangkapnya Danu. Saujana pasti akan menyuruhnya tidak bersikap kasar pada Danu.
Galih dan Saujana memutuskan kembali ke Indonesia. Mereka sudah mengetahui tentang Andara. Evan memberitahukan keadaan Andaea yang saat ini tengah di rawat di rumah sakit jiwa.Ada rasa kasihan sekaligus rasa bersalah dalam hati Galih. Seandainya saja dia tidak menyerahkan Andara begitu saja pada Danu, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini.Akan tetapi, setiap peristiwa pasti ada hikmah di dalamnya. Sebuah pembelajaran baginya untuk menjadi lebih baik, dan bertanggung jawab kelak.Pernikahan Galih dengan Saujana tinggal menghitung hari. Sebelum hari bahagia itu tiba, mereka berdua ingin menemui Andara. Memaafkan segala kesalahan yang dia lakukan di masa lalu.Memaafkan diri mereka sendiri, supaya jalan masa depan yang akan mereka jalani sebentar lagi tidak akan mendapatkan halangan berarti. Mungkin, itu jauh lebih baik, daripada menyimpan dendam dan rasa sakit hati atas perbuatan Andara dan Danu dulu."Akan ada ma
"Anak adalah anugerah bagi setiap pasangan yang menikah. Kehilangan buah hati bagi seorang ibu adalah kegagalan. Meski kelak mereka akan bertemu di alam abadi." =Khasmeera=***"Tidak, jangan pendam anakku dengan tanah itu! Siena masih hidup, kalian semua akan ku tuntut karena membunuh anakku!" Teriakan dan rontaan Andara saat pemakaman Aira menjadi momen kesedihan bagi keluarga mereka untuk kesekian kalinya. Andara tidak mampu mengendalikan emosi karena kehilangan.Evan berinisiatif menjauhkan Andara dari tanah pekuburan itu, biar orang-orang bisa lebih tenang menjalankan kewajibannya untuk mengurus jenasah Siena.Sakit rasanya melihat wanita yang lemah lembut seperti Andara, harus mengalami rentetan kejadian yang telah menghancurkan hidupnya. Dan semua itu karena satu nama, Danu. Lelaki bejat yang tidak bertanggung jawab. Mengorbankan Andara hanya karena dendam."Kau