Share

Bayangan Angsa
Bayangan Angsa
Penulis: Khasmeera

Awal Kisah

"Engkaulah, bidadari surgaku," =Uje=

"Saya terima nikah dan kawinnya, Andara Binti Setiawan dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."

Satu tarikan napas ... Hanya satu tarikan aku berhasil mengucapkan akad nikah dengan lancar. Menjadikan Andara, kekasih hatiku menjadi bagian sepenuhnya dalam hidupku.

Jiwa, hidup, dan kebahagiaanku. Pesta meriah di gelar sebagai wujud syukur kedua orang tua kami berdua, karena telah berhasil menghantarkan putra-putrinya ke gerbang pernikahan.

Doa dan harapan mengiringi pernikahan kami. Tidak ada yang salah saat itu. Aku dan Andara menikmati masa bulan madu dengan sangat bahagia, seolah dunia hanya milik kami berdua.

Dulu sebelum menikah, setiap bangun tidur, hanya ada bantal guling yang menemani. Kini, Andara yang selalu ada di pelupuk mata ketika aku terbangun dari tidur. Sangat romantis, dan penuh suka cita.

Tapi itu dulu, ketika awal pernikahan kami. Menjelang pernikahan kami yang ke tiga tahun, belum juga ada tanda-tanda Andara hamil. Padahal, kami berdua sama-sama sehat, dan juga subur.

Aku tidak mengerti, apa yang membuat kami sulit mendapatkan keturunan. Berbagai macam cara sudah kami lakukan. Namun, seorang bayi mungil belum di perkenankan hadir dalam biduk rumah tangga kami.

"Kapan kalian akan memberi kami seorang cucu? Ini sudah tiga tahun usia pernikahan kalian. Apa tidak sebaiknya kalian periksa kesehatan sekali lagi untuk lebih memastikan?" tanya mama pada Andara dan aku.

"Mah, sabar ya. Mungkin Allah belum memperkenankan kami mempunyai anak," jawabku mencoba menghiburnya.

"Sudahlah, Mah. Jangan kamu push mereka dengan ucapan itu. Berdoa saja, semoga secepatnya kita di karunia seorang cucu," ucap papa menenangkan mama.

Andara hanya diam. Percuma juga dia bicara, jika ujung-ujungnya hanya akan memancing keributan denganku. Aku menggenggam erat tangannya, mengatakan dalam tatapan mataku kalau kita akan baik-baik saja.

***

"Bro, istrimu di rumah kan?" tanya Evan padaku siang itu.

"Iya, semenjak menikah dia memutuskan untuk fokus menjadi ibu rumah tangga, mengurus suami calon anak kami kelak," jawabku tersenyum padanya.

"Kau yakin dia ada di rumah? coba hubungi dia sekarang," ucap Evan yang membuatku curiga, tapi tetap ku lakukan permintaannya.

Aku mencoba menelepon Andara, akan tetapi tidak ada satu pun jawaban darinya. Aku bingung, karena tidak biasanya Andara seperti ini.

"Gimana, diangkat?" tanya Evan tersenyum penuh misteri.

"Enggak biasanya Andara begini. Sesibuknya dia, pasti akan mengangkat telepon dariku," jawabku pada Evan.

"Percaya diri sekali, kau Galih. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. Ku harap, kau tak terkejut melihatnya," ucap Evan mengeluarkan telepon genggam lalu membuka galeri video.

"I-ini tidak mungkin. Kau bohong kan, Evan?" tanyaku tak percaya.

"Inilah yang ku temukan dalam telepon genggam milik Danu, sahabat kita waktu aku meminjam teleponnya. Aku iseng membuka galeri foto, dan menemukan banyak foto istrimu di sana. Yang lebih mengangetkanku adalah video pergumulan mereka," ucapnya padaku.

"Bagaimana mungkin? Andara ... Danu? Ini benar-benar gila," ucapku frustrasi.

"Satu hal lagi, siang ini aku tak sengaja melihat mereka memasuki hotel. Entah apa yang sedang mereka lakukan di sana. Kalau aku jadi kau, akan ku labrak mereka sekarang juga," ucapnya memanasiku, dan berhasil.

"Evan, antarkan aku ke hotel di mana kau melihat mereka tadi. Cepat!" teriakku tak sabar.

Kami pun berlalu menyusuri Jakarta yang panas, tapi tidak sepanas hatiku yang harus menerima kenyataan melihat istri yang sangat aku cinta, berselingkuh dengan sahabatku, Danu.

Kami sampai di hotel tersebut. Setelah mengatakan pada pihak hotel untuk membantu kami melabrak pasangan selingkuh yang saat ini tengah berada di dalam hotel mereka.

Mulanya mereka tidak percaya, tapi setelah aku memperlihatkan foto pernikahanku dengan Andara, juga foto Danu, akhirnya mereka bersedia membantu.

"Room Service," ucap salah satu pegawai hotel yang berpura-pura menawakan layanan kamar.

Tidak berapa lama pintu terbuka. Nampak raut muka kaget bercampur ketakutan terlihat di wajah Danu, sahabatku. Tanpa banyak bicara, aku masuk ke dalam kamar mereka, dan melihat Andara, istriku dalam keadaan tanpa busana, hanya tertutup selimut dengan baju keduanya berserakan di lantai.

"Nampaknya baru saja ada badai di kamar ini," sindir Evan pada Danu dan Andara.

"M-mas ... A-aku bisa jelaskan," ucap Andara gugup.

"Kenakan bajumu sekarang juga!" ucapku marah.

Andara langsung turun dari ranjang masih menutupi tubuhnya dengan selimut hotel. Berjalan pelan memungut baju yang berserakan, lalu masuk ke dalam toilet.

Sementara Danu, dia tidak bisa bicara apa pun, karena perselingkuhan mereka terbongkar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status