LOGIN
Fabian melepas satu persatu kancing kemeja putih yang dipakainya, terdapat noda berwarna merah di sana yang memberi tanda kalau dia baru saja melakukan sesuatu yang sangat mengerikan.
"Tuan, apa anda tak ingin aku pijat terlebih dulu??" Tanya seorang wanita yang sejak tadi memperhatikannya dari depan pintu kamarnya. "Keluar dari sini!! Jangan ganggu aku!!" Bentaknya namun dengan suara yang tidak terlalu kencang. Wanita cantik bertubuh indah itu seolah tak mendengar perintah dari Fabian, dia terus berjalan mendekati laki laki yang sekaligus juga bos nya itu dengan gerakan yang sangat menggoda. Perlahan wanita bernama Bella itu melepaskan satu persatu penutup keindahannya dan berjalan semakin dekat kepada Fabian yang hanya diam melihat ulah wanita yang juga sekretarisnya itu. "Aku akan membantu Tuan menyegarkan tubuh Tuan, ayo." Bisiknya di telinga Fabian dengan gaya yang sangat menggoda, Fabian hanya menatap Bella tanpa menjawab sepatah katapun. "Tuan,ayo kesini." Ajak wanita cantik itu lagi yang melihat Tuannya masih diam di posisinya, dan perlahan Fabian mulai berjalan mengikuti Bella menuju kamar mandi yang berada di dalam ruangan kerjanya itu. Bella menyalakan shower dan langsung berdiri di bawahnya, air dingin perlahan mulai membasahinya dari kepala hingga ujung kaki, wanita itu menarik tangan Fabian dan mereka berdua kini dalam keadaan basah dengan tubuh saling menempel. "Tuan sangat tampan!" Bisiknya ditelinga Fabian sambil menggerak gerakan tubuhnya yang menempel erat, tapi tiba tiba Fabian mendorongnya ke tembok dan mencekik lehernya. "SIAPA YANG MENYURUHMU?? CEPAT KATAKAN!!" Bentak Fabian, Bella tak mengira akan mendapatkan penolakan dari Fabian hingga membuatnya pucat dan gemetar. "Aku tidak disuruh oleh siapapun Tuan." Jawabnya terbata-bata, dia sangat takut ketika melihat kedua mata Fabian yang mulai merah dan sangat mengerikan saat ini. Tapi Fabian tak bisa memungkiri kenyataan kalau Bella memang sangat menggoda, namun dia ingin memberi pelajaran berharga kepada wanita itu. Dengan cepat dibaliknya tubuh Bella hingga menghadap tembok dengan shower yang dinyalakan lebih kencang oleh Fabian hingga membuat Bella kesulitan menghirup oksigen. “Akh…!” Pekiknya ketika sesuatu yang besar datang tanpa permisi ke dalam sumur kecil di bawah sana yang sangat dia rawat dengan baik selama ini “Tuan, perlahan tolong!” Pintanya, namun Fabian mengabaikan semua ucapannya dan terus menggali lebih dalam kedalam sumur yang sudah mulai terairi dengan sangat luar biasa Sementara Bella memegang kran shower di depannya dengan sangat kencang dengan tubuh yang semakin kencang terbentur tembok karena dahsyatnya penggalian yang sedang terjadi di sumur yang mampu menerbangkan penggalinya ke langit ke tujuh itu Fabian tak memberi kesempatan Bella untuk sekedar menarik nafas atau bahkan bahagia, dia terus membuatnya menjerit hingga menangis menyesali perbuatannya yang telah memancing seorang Fabian yang memang terkenal kejam itu. “Tuan, tolong maafkan saya. Sudahi ini Tuan”. Pintanya yang merasa sangat menderita “Kau yang memulainya Bella! Kau harus menanggung akibatnya!.” Jawab Fabian dengan nafas yan semakin berkejaran karena merasakan sesuatu yang sudah sangat dekat dan akhirnya lepaslah sesuatu yang selama sebulan ini tak pernah dia biarkan lepas dari dalam dirnya “Pergi dan mulai saat ini kau aku pecat.!" Ucapnya kepada Bella yang terkulai lemah di lantai dengan guyuran shower yang masih membasahinya, gadis itu tak mampu untuk menjawab karena saat ini rasa sakit itu sedang menguasainya Fabian berjalan keluar dari kamar mandi dan langsung memakai pakaian yang baru diambilnya dari dalam lemarinya, laki-laki itu duduk di kursi kerjanya sambil menghisap sebatang rokok yang ada di jarinya sambil menghubungi seseorang melalui ponselnya. Tak lama kemudian muncul Gustav sang asisten pribadi yang langsung dia perintahkan untuk membawa Bella keluar dari sana “Perempuan itu jangan sampai datang lagi ke hadapanku, kau pastikan itu!.” Perintahnya kepada Gustav ketika dia sudah berjalan sambil menggandeng Bella yang terlihat sangat lemah dan berantakan, gadis itu tak berani menatap wajah Fabian yang baru saja mengacak-acaknya dengan gila. Sementara itu malam harinya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis muda dengan mamanya sedang sibuk menata ulang ruangan rumahnya. “Elmira, sudah malam Nak. Ayo tidur” ucap wanita paruh baya yang terlihat masih sangat cantik itu kepada putrinya yang terlihat masih sibuk merapikan ruang makan sederhana mereka. Gadis itu terlihat masih melanjutkan kegiatannya sambil sesekali melirik kearah sang mama, “Iya Mama duluan aja ya, tanggung nih sedikit lagi selesai Ma” jawabnya sambil kedua tangannya terus asik melipat kain kain kecil yang sudah bertumpuk dan langsung meletakannya di laci meja yang ada di sudut ruang makan itu. “Sayang, Mama mau bicara boleh Nak?.” Tanya wanita bernama Vivi itu kepada sang putri, sudah 7 tahun lamanya dia membesarkan Elmira seorang diri setelah sang suami meninggal karena kecelakaan mobil “Ada apa Ma?." Elmira menghentikan pekerjaan yang sedang dia lakukan dan duduk di samping mamanya, dia langsung menyandarkan kepalanya di pundak wanita lembut itu sambil memeluknya. “Putriku yang manja,” ucapnya sambil tangan lembutnya mengelus lembut kepala sang putri, “Ra, bagaimana kuliahmu? Dan hubunganmu dengan Liam?” tanyanya dengan hati-hati, dia tak ingin membuat sang putri merasa risih dengan pertanyaannya. “Hmm... Baik-baik saja Ma, semuanya baik. Lagipula aku sama Liam cuma teman biasa saja ko Ma." Jawabnya dengan pandangan menerawang, dia tahu Liam memang laki-laki yang baik tapi dia belum ingin menjalin hubungan serius dengan siapapun. Vivi menepuk lembut tangan putrinya yang melingkar di depan perutnya, ”Tapi sepertinya dia sangat menyukaimu Ra, apa kamu yakin tak memiliki perasaan apapun kepadanya?.” Tanyanya lagi dengan lembut “Iya Ma, aku masih mau fokus dulu dengan kuliah dan masa depan Ira dulu Ma. Biar nanti aku bicarakan semuanya dengan Liam ya?”. jawabnya mencoba meyakinkan sang mama Elmira dan Liam memang sudah berteman sejak di bangku SMA dan berlanjut sampai di kampus yang sama walau mereka memiliki minat yang berbeda, Elmira di Sastra inggris dan Liam di kedokteran. Kebersamaan mereka layaknya dua sahabat yang tak terpisahkan, tapi beberapa bulan belakangan ini Liam mulai menunjukan sikap berbeda dengan memberikan perhatian lebih kepada Elmira dan mama pun ikut menyadari hal itu Setelah selesai bicara berdua mereka pun pergi ke kamar masing masing dan beristirahat, karena besok akan menjadi hari yang sangat sibuk untuk mereka berdua. Restoran milik mereka disewa dan akan digunakan untuk pesta pernikahan salah satu pelanggannya. Keesokan harinya terlihat kesibukan yang sangat luar biasa di Restoran mereka, dengan 6 orang pelayan yang mereka miliki dan membantu semuanya mereka masih terlihat kewalahan “Permisi, apa saya bisa memesan Pizza dan secangkir kopi?.” Tanya seorang lelaki yang baru saja masuk kepada Elmira yang berdiri di belakang meja kasir Gadis cantik itu menoleh dan langsung terdiam tak langsung menjawab ketika melihat sosok tampan yang sedang berdiri dihadapannya saat ini, mata coklat bening, hidung mancung dan kulit putih bersih dengan bulu bulu halus tipis yang menghiasi garis rahangnya dengan rapi. “Hallo nona? Apa saya bisa memesan sekarang?." Tanyanya lagi sambil melambaikan telapak tangannya di depan wajah Emlira, gadis itu langsung tersadar dan tersipu malu hingga wajahnya memerah. “Oh iya, maafkan saya. Silahkan mau pesan apa? tapi sebenarnya Restoran kami sedang tutup jadi hanya melayani take away saja.” Jawabnya sambil terus menatap wajah tampan di depannya “Hufftt... Tampan sekali dia, semoga saja dia tak menyadari kebodohanku tadi. Aku malu!” bisiknya sambil jari tangannya mengetuk ngetuk meja di depannya “Hmm... Baiklah tidak masalah, americano less sugar 1 Large dan cheese pizza small 1." Jawabnya dengan senyuman tipis di wajah tampannya yang membuat Elmira semakin salah tingkah dibuatnya “Oke, semuanya jadi 185 ribu." Elmira mengetik pesanan tamunya itu tanpa berani lagi menatap wajahnya, dia tak ingin terlihat semakin bodoh di depan pelanggan barunya yang luar biasa tampan itu Setelah membayar pesanannya laki-laki itu memilih duduk di kursi yang mengarah langsung ke Elmira yang terlihat sangat sibuk menyiapkan pesanannya, entah mengapa gadis itu membuatnya tertarik dengan wajahnya yang sangat cantik walau tanpa polesan make up dan senyumnya yang sangat indah Dia terus menatap Elmira yang saat itu terlihat sangat cantik, dengan rambut berwarna coklat keemasan sepunggung yang dibiarkan tergerai dengan matanya yang berwarna kecoklatan dan dihiasi bulu mata yang sangat lentik membuatnya terlihat seperti gadis-gadis latin “Ini Tuan, pesanannya sudah siap” tiba-tiba saja Elmira sudah berdiri di hadapannya mengantarkan pesanan yang sudah jadi ke mejanya. “Kamu sangat cantik, terima kasih sudah membuatkan pesanan ini dengan tanganmu. Saya permisi.” Ucapnya sambil berjalan meninggalkan Restoran milik Elmira itu. “Hmm, tampan sekali dia. tapi sayang sedingin es!" bisiknya sambil menatap pintu yang kembali tertutup setelah kepergian lelaki yang hanya memberikan nama “F” di pesanannya tadi.Gustav yang masih terus mencoba menghubungi tuannya itu terlihat semakin gelisah karena sudah beberapa jam tapi tawanan mereka yang kabur itu belum juga berhasil ditemukan, dan itu pasti akan membuat sang tuan murka kepada mereka semua terutama dirinya dan itu membuatnya semakin gelisah. “Apa kalian masih belum bisa menemukannya?!” Tanyanya kepada salah satu anak buahnya yang baru saja kembali untuk melapor. “Kami masih terus melakukan pencarian Bos, tapi memang kami belum berhasil menemukan lelaki itu.” Jawab anak buahnya dengan sangat hati-hatiGustav semakin frustasi dan gelisah mendengar kabar dari anak buahnya itu, Fabian sudah pasti akan sangat marah kepada dirinya dan juga anak buahnya yang akan dianggap tak becus untuk menjaga tawanan mereka yang sangat berharga itu. Dibantingnya semua barang yang berada di atas mejanya hingga hancur dan berserakan di lantai, sementara itu beberapa anak buahnya yang berada di ruangan itu hanya diam
“Ada apa?” Tanya Fabian yang menyadari kalau dirinya terus ditatap oleh Elmira “Kalau boleh aku tahu, siapa nama Tuan?” tanyanya dengan wajah polos “Apa itu penting?” Fabian balik bertanya, Elmira menatapnya hingga keduanya saling bertemu pandang “Apa aku tidak boleh tahu nama orang yang sudah menolongku?” Elmira tidak kalah keras kepala dengan pertanyaannya dan sangat menuntut jawaban “Hmm… Yang penting kau selamat. Ayo kita sudah sampai.” Jawab Fabian yang langsung memarkirkan mobilnya di depan rumah ElmiraElmira terlihat sedikit kesal karena tak berhasil mendapatkan jawaban dari pertanyaannya, gadis itu memainkan bibirnya saking kesalnya dengan lelaki yang tetap tak ingin memberitahukan identitasnya kepada dirinya namun itu justru membuat Fabian semakin gemas dan sangat ingin melumat bibir yang benar-benar menggodanya itu “Apa sulitnya menyebutkan nama anda Tuan?.” Ucap Elmira yang masih be
Sementara itu Fabian saat ini membawa Elmira yang masih tak sadarkan diri ke apartemen miliknya, dia khawatir terjadi sesuatu kepada gadis itu jika dia meninggalkannya di sana atau mengantarkan langsung ke rumahnya.Sesampainya di apartemen dia langsung meletakkan Elmira di atas tempat tidurnya dan menatapnya lekat, gadis yang dia puja kini ada di depannya namun tak ada sedikitpun keinginan dalam hatinya untuk melakukan sesuatu yang buruk kepadanya “Kau memang sangat cantik, tapi aku tak akan melakukan apapun kepadamu.” Ucapnya. Fabian hanya diam dan berdiri di samping tempat tidur itu tanpa ada kenginan untuk melakukan apapun kepada gadis yang sangat dia kagumi ituPerlahan kesadaran Elmira pun kembali dan dia mulai membuka kedua matanya, gadis itu menatap sekeliling dengan pandangan yang masih kabur. “Aku dimana??” Tanyanya sambil melihat kamar yang sangat asing untuknya, dan alangkah terkejutnya ketika dia melihat sosok lelaki yang sangat asing untuknya sedang berdiri disamping
Tubuh April bergetar hebat kala menyadari kalau lelaki di depannya itu adalah lelaki yang dulu pernah dia hancurkan hatinya. Ya, 4 tahun lalu April dan Gustav menjalin kasih dan setelah satu tahun bersama akhirnya lelaki itu melamar April, wanita yang saat itu sangat dia cintai.Tapi April masih ingin menikmati masa single nya lebih lama dan akhirnya menolak lamaran Gustav dengan alasan belum siap dan memintanya menunggu beberapa bulan lagi, Gustav yang sangat mencintai April akhirnya mengalah dan menuruti keinginan sang kekasih untuk menunggu beberapa bulan lagi. Tapi ternyata April membohonginya dan yang dia tahu kekasihnya itu justru pergi bersama lelaki lain keluar negeriGustav sangat hancur ketika mengetahui kalau sang kekasih hati telah menipunya, padahal dia telah memberikan seluruh cintanya untuk April. Dan kejadian itu pula yang akhirnya membentuk diri Gustav menjadi seperti sekarang, seorang asisten pribadi Mafia kejam yang tak memiliki belas kasihan kepada siapapun. “KAU
Fabian terus mengawasi Elmira dan juga temannya yang terlihat kebingungan seperti sedang mencari seseorang, April yang terus berjalan mondar-mandir tiba-tiba mendapatkan telepon dari sang kekasih yang belum pernah dia temui sebelumnya secara langsung “Ya? Kamu dimana sih sayang? Aku sudah menunggu dari tadi, hmm... Baiklah” Jawab April dengan manja, dan setelah sang kekasih selesai bicara April langsung mematikan panggilan itu dan menepuk bahu Elmira “Ra, dia menungguku di lantai 18, kita diminta datang ke kamar 1834 untuk menemuinya.” Ucap April dengan mata berbinar dan penuh semangat, berbeda dengan dirinya yang merasa khawatir dan sedikit takut untuk menemui laki-laki asing terutama di tempat seperti ini “Pril, suruh dia turun saja. Aku gak mau ah datang ke kamar dia” tolak Elmira sambil cemberut “Aduh Ra, mungkin dia capek. Sudah ayo lah temani aku sebentar saja” rengek April sambil menarik lengan gadis cantik itu “Huft kamu ini, ya sudah tapi sebentar saja ya? Janji loh!”
Dari kejauhan Fabian melihat kedatangan Liam yang langsung duduk di samping Elmira, ada sedikit rasa kesal dalam hatinya ketika melihat laki-laki lain bersama gadis yang dia sukai walaupun dia tahu kalau Liam adalah sahabat Elmira sejak lama karena pernah mendengar percakapan tentang mereka di Restoran tempo hari. “Kau selidiki laki-laki itu, sepertinya dia sahabat gadis itu yang aku dengar ketika aku berkunjung ke sana, tapi kau tetap cari tahu semua informasi tentangnya dan jangan sampai ada yang terlewat.” Perintah Fabian kepada Gustav “Siap Tuan, aku akan segera mencari tahu semua tentangnya dan akan segera aku laporkan.” Jawabnya lagiSementara itu Fabian masih menatap kedua sosok nan jauh disana yang terlihat sangat akrab dan asyik mengobrol berdua sambil sesekali tertawa bersama, ada rasa kesal yang semakin besar dalam dadanya melihat pemandangan ituElmira dan Liam asyik mengobrol dan bercerita tanpa mengetahui ada yang sedang terbakar melihat keakraban keduanya, Liam teru







