Jerat Hasrat Ayah Angkat

Jerat Hasrat Ayah Angkat

last updateLast Updated : 2025-10-08
By:  LalapooUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
24Chapters
65views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Diusir tanpa harta setelah perceraian, aku kembali sebagai wanita penuh kemewahan. Semua orang bertanya dari mana datangnya kekayaanku. Tak ada yang tahu, rahasiaku hanyalah satu— aku adalah wanita simpanan ayah angkatku sendiri.

View More

Chapter 1

Bab 1

“Kalau begini terus, kalian cerai saja!”

Suara ibu mertuaku menggema di ruang tamu yang luas. Setiap kata terasa seperti palu menghantam dadaku.

Nyonya Benardi menatapku dingin. Tuan Benardi hanya diam. Kakak iparku melirik penuh cela. Dan Rendy, suamiku, menunduk—seakan aku tak pernah ada.

Aku menatap Rendy, berharap dia akan membela, tapi matanya tetap tertuju ke lantai. Tak ada setitik pembelaan. Rasanya seperti dicampakkan di depan keluarga yang seharusnya jadi rumahku.

“Aku cuma minta keadilan karena dia berselingkuh dengan Serena,” suaraku bergetar tapi tegas.

“Rendy itu laki-laki, wajar kan?” seru Nyonya Benardi tajam.

Aku menahan amarah. “Siang malam aku bekerja. Bahkan aku punya bukti adikmu sewa hotel bareng selingkuhannya, Bu!”

Mata mereka menatapku dingin, menghakimi setiap kata.

“Maka dari itu, lebih baik cerai saja,” ujar Tuan Benardi, seperti menegaskan aku hanyalah tamu yang tak diinginkan di rumah ini.

“Rendy masih muda, berpendidikan. Kau bahkan tidak lulus SMA. Bagaimana bisa sepadan?” sindir Nyonya Benardi menusuk harga diriku.

Aku menatap Rendy. “Apa sekarang kau hanya mau bersembunyi di balik keluargamu?”

Jawabannya bagai tamparan. “Seperti kata ibu dan kakak, aku masih muda. Wajar kalau aku masih suka main. Kalau kau mau terima, semuanya baik-baik saja.”

Aku terdiam. Semua pengorbananku sia-sia.

“Masih untung Rendy mau menikahi wanita yatim piatu sepertimu,” sindir ibu mertuaku lagi.

Aku menahan perih yang menekan dada. Lalu aku berkata dingin tapi tegas, “Ayo… bercerai saja.”

**

Hujan akhirnya mereda, menyisakan gerimis tipis. Jalanan sepi. Tak ada kendaraan lewat, hanya derap langkahku yang terdengar di antara genangan air.

Aku tak kuat menahannya. Lebih baik pergi sekalian.

Kaki terasa berat karena sepatu dan pakaianku basah kuyup. Mataku melirik deretan toko yang sudah tutup. Lampu neon padam satu per satu, menyisakan gelap yang menyesakkan. Perutku melilit, sejak pagi belum ada yang masuk.

Aku menggigit bibir, menahan rasa lapar.

Ini pinggiran kota. Tidak ada toko 24 jam, tidak ada kafe hangat, tidak ada orang untuk kutanyai arah. Hanya jalan kosong, lampu jalan redup, dan suara anjing menggonggong dari kejauhan.

Aku akhirnya duduk di bangku kayu di pinggir jalan, memeluk tubuhku sendiri. Basah dan dingin. Uang di tanganku hanya dua lembar seratus ribuan yang sudah lecek. Harga hotel termurah tiga ratus ribu. Kalau kupakai semua, besok aku tidak bisa makan.

Pilihan ini pahit—antara lapar atau tidur.

Aku menarik napas panjang, lalu berdiri lagi dengan tekad baru. Tidak. Aku tidak boleh menyerah di sini.

“Tidak mungkin aku tidur di sini…” bisikku lirih.

Aku terus berjalan, tubuhku menggigil hebat. Bajuku menempel di kulit, dinginnya menusuk sampai ke tulang. Kakiku berat, tapi aku tak berani berhenti. Jika aku diam di sini, aku bisa pingsan.

Jalanan sunyi. Terlalu sunyi. Hanya ada suara air menetes dari atap bangunan tua, berpadu dengan hembusan angin dingin yang membuat bulu kudukku berdiri.

“Jangan lewat gang kecil… jangan,” aku bergumam pada diriku sendiri. Bayangan buruk berkelebat di kepalaku. Aku memaksa memilih jalan besar. Meski gelap dan sepi, setidaknya ada harapan mobil atau motor lewat.

Langkahku gemetar, napasku tersengal. Perutku melilit karena lapar, tenggorokanku kering, tapi aku terus memaksa melangkah. Aku hanya berharap ada cahaya, ada seseorang, ada apa pun yang bisa menolongku keluar dari kesepian ini.

Saat tiba di persimpangan, aku menoleh kanan dan kiri. Kosong. Dengan napas berat, aku memberanikan diri menyeberang jalan besar itu.

Baru saja kakiku menginjak garis putih zebra cross—

Ckiiiitttttttt!!!

Cahaya lampu mobil menyilaukan mataku.

Seseorang berdiri di ambang pintu, tubuhnya tegap, wajahnya masih seperti dulu—lelaki yang pernah memungutku di panti.

“Risa…” suaranya berat. 

Air mataku jatuh begitu saja. Aku bahkan tak tahu harus mulai dari mana.

Tubuhku semakin lemah, pandangan berkunang-kunang. Lelaki itu berlari dan berjongkok di sampingku, menopangku dan tangannya menggenggam erat jemariku yang dingin.

“Risaa… ini aku.” suaranya bergetar, nyaris tak percaya. “Kau ingat aku, kan?”

Dunia berputar lagi, dan sebelum aku pingsan, hanya satu kata yang bergetar di bibirku:

“…Kau?”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Pebyuna
Ceritanya bagus, semangat lanjutin kak
2025-10-04 18:39:43
1
24 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status