Share

2

Penulis: Mhammadtaufiq
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-01 17:18:19

Ayah sibuk dengan ponselnya sembari tersenyam-senyum, dapat kutebak dirinya kemungkinan saling mengirim pesan dengan calon mama baru atau tiri, segala upaya harus aku lakukan untuk membatalkan niatan mereka. Namun, menggunakan cara apa? Apakah aku harus mempermalukan ayah? Akan tetapi ... aku takut kalau ayah sampai marah atau kecewa karena putrinya menghancurkan harga diri di hadapan janda itu.

"Nak, nanti malam siap-siap, kita bakalan ke rumah calon mama tiri kamu, ingat ... jangan sampai membuat Ayah malu yah," pinta Ayah, sorotan matanya pun memancarkan kebahagiaan, membuatku berpikiran ulang untuk melakukan hal bodoh di hadapan calon istrinya, akan tetapi aku juga tidak ingin jika ayah menikah lagi.

"Iyah, Ayah, tapi tergantung dari calon mamah juga nantinya, kalau bagus Aristela bakalan nerima, kalau agak kegatelan, maaf, Aristela bakalan nunjukkin sifat malu-maluin secara alamiah," balasku dan Ayah berdecak sebal.

"Awas!"

"Iyah, Ayah."

Pikiranku pun bergelut di malam hari, serta diriku pun telah bersiap-siap untuk menuju rumah calon mamahku itu, bagaimana dengan sifatnya? Bagaimana pula dengan anak-anaknya nanti yang akan menjadi saudaraku.

Tiba-tiba, ketukan di balik pintu kamar terdengar, dan suara ayah mulai menyahut, "Aristela, kamu udah siap? Soalnya kita udah mau berangkat nih."

"Iyah, Ayah. Aristela udah siap, tunggu sebentar," balasku, kemudian menghirup udara sedalam mungkin lalu mengembuskannya secara perlahan, semoga calon ayah baik dan seperti ibu kandungku yang telah meninggal pada dua tahun yang lalu.

Aku mulai melangkah, membuka pintu dan kini berhadapan dengan ayah yang begitu tampan dan memesona, membuatki makin tak rela jika calon istrinya nanti bagaikan wanita haus hanya akan harta ayah saja.

Ngomong-ngomong, ayahku memiliki usaha cafe menengah, tidak terlalu besar tapi penghasilannya lumayanlah untuk menghidupiku serta membayar uang kuliahku yang agak mahal.

Bukan hanya usaha cafe, tetapi usaha bunga dari almarhum mamahku pun ayah yang mengurusnya, walau terkadang diserahkan kepadaku untuk menggantikannya sebentar kalau ayah sedang sibuk.

Selain itu, ayah juga seorang PNS lebih tepatnya kepala sekolah di salah satu sekolah menengah atas, jika dipikir-pikir, sesibuk apa sih ayahku? Jelas sangat sibuk, kadang manajemen waktunya pun sampai keteteran dan membuatnya selalu pusing, untunglah aku selalu membantunya walau ayah pun selalu melarangku. Namun, sebagai anak, jika melihat ayahnya terlalu lelah, apakah dia tega? Tidak, aku takkan membiarkan hal itu terjadi, karena aku sangat menyayangi ayah, melihatnya saja sakit aku pasti selalu menangis karena takut kehilangannya, maka dari itu ... aku agak posesif ke ayah dan selalu menanyakan ke mana dia akan pergi pada waktu di luar pekerjaannya.

Sekarang, kami pun berangkat ke rumah calon istri ayah. Di perjalanan ayah terlihat tidak sabaran sekali, sampai membuatku semakin penasaran, sewah apa sih wanita yang berstatus janda itu? Aku sedikit bersyukur jika dia janda, karena kalau gadis, pasti aku meradang, mengingat gadis-gadis jaman now itu memilih sugar daddy kebanyakan karena hanya ingin memanfaatkan harta atau memiliki tujuan tertentu.

"Kita sudah sampai."

Ucapannya ayah menyadarkanku dari lamunan yang terlalu mengarah negatif ke calon ibu tiri, ditambah lagi pikiran itu langsung sirna saat suatu pemandangan menggantikan segalanya, di mana rumah yang disinggahi begitu megah dan besar.

Perlahan pikiran burukku pun berkurang terutama pada janda itu yang berkemungkinan menikahi ayahku karena hanya ingin mengeruk hartanya. Namun, dengan rumah yang megah itu sudah membuktikan bahwa diriku salah prasangka. Selanjutnya, batinku bertanya-tanya, apakah janda ini lebih kaya dari ayah? Entahlah, karena sekarang aku hanya mengikuti langkah ayah dari belakang.

"Oh, Bapak Adibal Keswara, yah?"

Ayah mengangguk dan menunjukkan senyum ramahnya kepada seorang laki-laki yang mengenakan baju kaos serta celana training.

"Silakan masuk, Pak. Saya akan panggilkan Ibu Cahyani," lanjut bapak-bapak tersebut memersilakan kami untuk masuk, sementara dia sedang mencari seorang wanita yang bernama Cahyani dan kemungkinan dialah calon ibu tiriku.

"Nak, jangan malu-maluin Ayah, yah."

"Siap, Ayah. Kalau gini mah enggak bakalan malu-maluin, he he."

Niat yang telah kupersiapkan pun perlahan memudar tapi tidak hilang sepenuhnya, karena aku akan terus mengawasi Ibu Cahyani itu yang sekarang sudah berjalan ke arah kami dengan senyumnya yang tipis.

"Akhirnya kamu mau datang juga, Adibal, padahal ... udah berapa kali aku undang kamu selalu ngebatalin, loh."

"Aku kan sudah bilang kalau semuanya tergantung sama kesempatannya putriku Aristela, jadi baru malam ini sempatnya," balas Ayah yang nampak canggung sekali, padahal sewaktu berbalas pesan begitu terlihat bahagia. Apakah waktu perkenalan mereka baru beberapa bulan ini?

"Aristela, yang di samping kamu, bukan?"

Namaku disebut dan otomatis aku tersenyum lalu menyapanya, "Halo, Tante."

"Aduh, cantik banget, loh."

Tante Cahyani menghampiriku dan menyubit pipiku dengan gemas, aku merasa agak aneh lantaran umurku sudah 20 tahun tapi diperlakukan seperti ini, akan tetapi ... aku kembali mengingat ucapan ayah untuk tidak mempermalukannya, maka dari itu aku masih bisa menahan diri untuk tidak menghancurkan moment ini.

"Salam kenal Tante, saya Aristela."

"Nama Tante Cahyani, kamu tunggu sebentar yah, Tante mau manggil mereka dulu," balasnya dan aku mengernyit karena tidak tahu siapa mereka itu.

Beberapa detik kemudian, sebelum Tante Cahyani pergi, aku merasa kebelet untuk buang air kecil, segera aku menyahut, "Tante, maaf. Kamar mandinya di mana yah? Saya mau pipis, he he."

"Owalah, mau pipis toh, Pak Raden, Pak Raden," panggil Bu Cahyani, dan pria yang menyambut kedatangan kami tadi segera datang dan membalas, "Iyah Nyonya, ada apa?"

"Kamu antar dia ke kamar mandi yah, sekalian panggilin anak-anak juga, mumpung lagi lengkap dan momentnya pas sekali untuk membicarakan sesuatu yang serius," jawab Tante Cahyani, dan Pak Raden pun mengangguk lalu menuntunku ke toilet.

Sampai di tujuan, tak lupa diriku berterima kasih kepada bapak-bapak tersebut lalu dengan cepat diriku masuk ke kamar mandi.

Rasanya amat lega setelah mengeluarkan sesuatu yang begitu meresahkan, jika aku pipis berdiri di sana, rasa malu pasti tak terbayangkan.

Saat menuju tempat semula, aku mendengar suara seseorang bernyanyi dan suaranya itu sangat bagus, karena penasaran, aku mencoba mengintip dan karena situasinya mendukung yang berupa pintu sedikit terbuka, tentu aku memanfaatkannya dengan baik serta dengan langkah yang pelan agar si laki-laki itu tidak sadar kalau ada bidadari cantik yang mendengar suaranya.

Suaranya semakin jelas, bahkan bentuk tubuhnya pun juga tak kalah jelas, dan ... astaga, ganteng sekali! Mataku langsung cerah begitu saja ketika disuguhkan pemandangan yang luar biasa indahnya.

"Hei, kamu lagi ngapain di sana?!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Be My Princess Adibrata   EKSTRA CHAPTER

    Aristela resmi akan menikah bersama Zahair, para saudaranya jelas mendukung terutama Adnan yang hampir menangis pula ketika melihat sang kakak terharu, di moment itu, August tak henti-hentinya ilfeel dengan sang adik."Lebay amat, lu.""Hadeuh, udah nikah nanti, pasti enggak ada Kak Aristela di sini, yang ada malah keempat orang jomlo yang sering gangguin gue," balas Adnan dan mendapatkan jitakan dari Agam."Kalau ngomong suka bener lo.""Iyalah," sebal Adnan.Abraham sendiri bagaimana? Dia juga ikut bahagia, selama ini banyak yang menyangkanya benar-benar cemburu karena menyukai Aristela, tidak! Setelah Abraham menutup hati, dia tidak tertarik ke lawan jenis pada Aristela, tetapi sudah menyukainya dalam artian adik yang sesungguhnya. Dia hanya cemburu jika Aristela lebih akrab ke saudaranya yang lain di bandingkan dia sendiri, dan kini, sang adiknya itu akan menikah, mendahului para kakak

  • Be My Princess Adibrata   73

    Orang yang ditunggu-tunggu sudah tiba, Zeline senang sekali karena papahnya sudah datang, anak itu berlari dan menarik tangan sang papah untuk bergabung bersamanya juga bersama Aristela dalam acara makan buah."Mamah boleh kupasin apel ini buat Aristela?" pinta Zeline."Boleh," jawab Aristela, kemudian mengupaskan apel tersebut dengan cutter berukuran kecil, bukan hanya mengupasnya, tetapi juga memotongnya menjadi beberapa bagian, membuat Zeline semakin gembira.Ketika Aristela memberikan buah tersebut kepada Zeline, Zeline menolaknya, membuat dua orang menjadi keheranan."Kenapa Zeline?""Zeline enggak mau makan kalau Mamah enggak nyuapin Papah dulu," jawab Zeline cemberut dan Aristela hanya bisa menuruti permintaan anak kecil ini. Aristela mengambil satu bagian dari apel, kemudian menyuapi Zahair, walau ia sedikit malu karena Zahair terus menatapnya."Nah udah, sekarang

  • Be My Princess Adibrata   72

    "Astaga Bapak!" Aristela mendorong Syahrul sekuat tenaga, matanya memerah dan sedikit berlinang karena kaget serta kecewa kepada pria itu, bukan hanya matanya, tetapi wajah Aristela pun memerah juga karena terlanjur emosi."Aristela saya ha-""Hanya apa? Memberikan tanda di leher saya? Apakah itu pantas dikatakan sebagai 'hanya?' jangan membuat saya terlihat murahan untuk yang kedua kalinya, Pak!" Aristela menatap tajam Syahrul."Aristela dengarkan aku, a-""Aku tidak peduli lagi, mau Bapak bunuh keluarga saya, saya enggak peduli! Saya sudah capek dengan semuanya dan saya akan memutuskan untuk mengakhiri hidup saya sendiri dan mumpung Bapak ada di sini, jadi Bapak bisa menyaksikannya secara langsung," potong Aristela dan berujar dengan nada yang tidak main-main lagi. Keseriusannya untuk mengakhiri semuanya sudah berada di ujung tanduk, karena dia ingin mengakhir semua masalah dalam hidup, sekalian nyawanya jug

  • Be My Princess Adibrata   71

    Seminggu telah berlalu, seminggu pula Aristela menanti kepastian dari seorang Zahair dan seminggu juga harus diganggu oleh puluhan nomor asing yang selalu meneleponnya, sudah dapat ditebak bahwa pria yang menelepon adalah si Syahrul itu, dia masih saja mengejar Aristela dan tidak mau berhenti, Aristela heran dengan pria itu dan kali ini dia memutuskan untuk bertemu dengannya agar dapat menegaskan bahwa sudah jengah, kesal, dan marah pada pria pengganggu itu.Di mana Aristela akan bertemu dengannya? Di toko pria itu sendiri sekaligus memberi kejutan padanya di pagi hari pada jam 9.Aristela telah sampai di sana, disambut oleh Asma, Pita, dan teman-temannya yang lain."Maaf teman-teman, aku ada urusan penting dulu sama bos kalian, kalau sudah selesai aku akan bergabung untuk menuntaskan rasa rindu bareng-bareng," ujar Aristela begitu tidak enak hati ketika dia membalas pelukan mereka begitu singkat. Namun, semuanya mengerti karena aura Aristela kali ini berbeda di ba

  • Be My Princess Adibrata   71

    Seminggu telah berlalu, seminggu pula Aristela menanti kepastian dari seorang Zahair dan seminggu juga harus diganggu oleh puluhan nomor asing yang selalu meneleponnya, sudah dapat ditebak bahwa pria yang menelepon adalah si Syahrul itu, dia masih saja mengejar Aristela dan tidak mau berhenti, Aristela heran dengan pria itu dan kali ini dia memutuskan untuk bertemu dengannya agar dapat menegaskan bahwa sudah jengah, kesal, dan marah pada pria pengganggu itu.Di mana Aristela akan bertemu dengannya? Di toko pria itu sendiri sekaligus memberi kejutan padanya di pagi hari pada jam 9.Aristela telah sampai di sana, disambut oleh Asma, Pita, dan teman-temannya yang lain."Maaf teman-teman, aku ada urusan penting dulu sama bos kalian, kalau sudah selesai aku akan bergabung untuk menuntaskan rasa rindu bareng-bareng," ujar Aristela begitu tidak enak hati ketika dia membalas pelukan mereka begitu singkat. Namun, semuanya mengerti karena aura Aristela kali ini berbeda di ba

  • Be My Princess Adibrata   70

    Aristela telah pulang, dirinya mencari di mana keberadaan Adnan tetapi dia tidak menemukan pria itu, hanya ada Agam dan Abraham saja di rumah, dirinya pun menghampiri kakak tertua dan menanyakan keberadaan bocah itu."Kak Abraham, Adnan ke mana, yah?" tanyanya."Di rumah kamu, dia bermalam di sana sama Aderald dan August, juga mamah sama papah," jawab Abraham."Yah ... padahal mau kuajak nonton bareng malam ini," kecewa Aristela kemudian meninggalkan Abraham."Nonton bareng? Kenapa tidak mengajak kami berdua saja?" sahut Abraham tiba-tiba, mendengar kalimat itu membuat Aristela sedikit meragu, tidak biasanya sang kakak ingin menemaninya menonton film horor bersama, biasanya hanya August, Aderald, dan Adnan saja."Eum, boleh," jawab Aristela, bibirnya pun tersenyum gembira dan segera menyalakan televisi dan memutar flm yang telah ia download di telegram melalui smart tv agar ponselnya bisa terhu

  • Be My Princess Adibrata   69

    Aristela kembali ke kamar untuk melanjutkan masa bermainnya bersama Zeline, tidak lama kemudian, Zahair pun ikut masuk untuk sekadar menanyakan, siapa pria yang menelepon gadis tersebut."Aristela, mohon maaf, bukannya saya menguping atau ingin tahu tadinya, hanya saja kebetulan saya mendengar percakapan kamu bersama seorang pria yang terdengar sedikit berdebat, kalau boleh tahu, siapa dia?" tanya Zahair.Sebenarnya, Aristela ogah membahas Syahrul, tetapi karena si duren yang bertanya, dia pun rela menjawabnya dengan pasrah. "Dia pria yang paling Aristela benci, Om. Karena dia, semuanya hancur, dan aku enggak mau membahas pria itu lagi, maafkan aku, Om." Sepertinya Aristela memang tidak bisa menjawabnya, walau sebelumnya dia ingin, tapi entah kenapa dia refleks menjawab seperti itu."Maafkan saya yang terlalu ingin tahu," balas Zahair. Zahair tentu ingin tahu siapa nama pria itu, hanya itu saja jika memang Aristela tidak ingin melebihkannya, karena dia sedikit tida

  • Be My Princess Adibrata   68

    Happy Reading.Aristela membuat sebuah status di snap wa-nya dengan foto punggung Zahair yang menjauh lalu fotonya bersama Zeline."Aristela, itu anaknya si om-om ganteng itu, yah?" tanya teman Aristela menunjuk Zeline."Halo, Tante," sapa Zeline, memanggil teman Aristela yang seumuran dengan Aristela sendiri.Aristela mengangguk dan tertawa ketika mendengar panggilan tante untuk Cica yang merupakan salah satu karyawan tetap di toko bunga."Jangan Tante dong, panggil Kakak yah, Kakak masih muda, namanya siapa nih Adik cantik?" tanya Cica kemudian menyubit pipi Aristela dengan pelan."Zeline Kakak," jawab Zeline dan Cica tersenyum gemas dan ingin sekali membawa Zeline pulang ke rumahnya bersama ayah anak ini. Namun, Cica mengurungkan niatnya karena pasti si om-om itu jatuh hati pada Aristela, lalu dia? Sebelum jatuh hati, pria tampan itu akan mun

  • Be My Princess Adibrata   67

    "Adnan, semongko ulangannya, yah!" teriak Aristela sebelum Adnan berangkat ke sekolah."Siap, Kak!" balas Adnan yang berada di mobil sembari melambaikan tangan seiring mobil mulai berjalan.Aristela pun siap ke bagasi untuk mengeluarkan motornya, dibantu oleh Agam yang juga ingin mengeluarkan kendaraan yang sama karena hari ini dia malas bermobil untuk berangkat kerja."Makasih Kak Agam gantengku.""Helleh, baru ngakuin kalau Abang memang ganteng, padahal dari dulu udah maksimal ganteng gue," balas Agam dan Aristela mengembuskan napasnya dan membalas pula perkataan kakaknya yang mulai narsis, "Mulai lagi, pasti tertular Adnan, bener, kan?""Enak aja, malah Adnan yang ngikutin gue, cuman gue enggak seaktif dia kalau ngomong, seperlunya aja mah, tapi enggak dingin kek Bang Abraham," jawab Agam dan nama yang disebut pun berbalik menatap mereka, Aristela tersenyum ketika tatapan mereka bertemu.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status