Share

Pria Berhoodie

Kau tetap musim semi bagiku, walau kisahmu telah menjadi musim dingin yang berkepanjangan.

***

Karina mengambil langkah ringan menyusuri koridor Gedung A. Ia sedikit melamun --memikirkan sosok yang ada di Taman Hangang tadi. Dari postur tubuhnya seperti laki-laki. Tapi, Karina agak ragu sebab orang itu memakai hoodie. Lalu tiba-tiba ingatannya beralih pada seseorang yang menatapnya di parkiran.

Dia siapa? Apa dia mengenalku? Atau aku yang mengenal dia? ucapnya dalam hati.

"Hey Na!!" seru sahabatnya sambil menepuk pelan pundak Karina. Siapa lagi kalau bukan Mark Lee.

Mereka berdua mengenyam pendidikan di Universitas yang sama --Yonsei University. Karina berada di collage of science semester lima. Sedangkan Mark di tahun senior jurusan school of business. Bahkan mereka sekolah di tempat yang sama sejak taman kanak-kanak. Tapi, Mark sempat pergi ke Kanada dan kembali ketika keduanya tengah duduk di bangku sekolah menengah atas.

"Bisa tidak kalau datang itu dengan pemberitahuan?!" pekik Karina terkesiap.

Mark tidak menghiraukan raut wajah sahabatnya itu. "Maaf... pasti ada yang sedang kau pikirkan," ucapnya sambil merangkul gadis itu dan melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Karina sudah terbiasa dengan sikap Mark yang seperti itu. Begitu pun dengan Mark, ia biasa menerima sikap sahabatnya yang suka berubah-ubah. Namun, ketika dengan orang lain ia akan berubah tanpa ekspresi dan bersikap dingin.

"Tidak! —heum iya," jawab Karina sedikit plin-plan sambil tetap memikirkan siapa seseorang di parkiran tadi.

Mark tiba-tiba berhenti melangkah dan otomatis gadis yang dirangkulnya pun juga. "Kau sedang memikirkan apa? Oh kau sedang memikirkan hubungan kita? Kau sudah siap aku lamar?" ucapnya sedikit bercanda dan membuat Karina merotasikan bola matanya malas. Dasar Mark.

"Ya ampun Mark cringe, carilah kekasih agar kau tidak menggangguku terus," ketus Karina sebal.

Mark hanya terkekeh dan berkata, "ada apa, hm? Apa yang membuatmu gelisah?"

"Tidak ada yang penting," jawabnya sambil menggedikkan bahunya.

Mark mengacak-ngacak rambut Karina dan berkata, "ya sudah kalau begitu." Ia menaik-turunkan kedua alis matanya.

Gadis itu hanya melirik malas ke arah Mark. Karina tahu, Mark ingin menghiburnya tapi kerapkali candaan Mark selalu garing. Sedang, lelaki itu hanya memasang wajahnya yang bisa membuat siapapun meleleh -terkekeh like anak kecil.

"Astaga Mark!" jawab gadis bersurai dark blue itu kemudian dengan ketus.

Karina melanjutkan langkahnya mendahului Mark, sambil bergumam tidak jelas. Mark pun mengambil langkah lebar dan mensejajarkannya dengan gadis itu. Entah mengapa, Mark senang kalau Karina sudah menggerutu. Rasanya seperti ada ekspresi lain di wajah cantiknya selain datar atau judes.

Di sepanjang koridor menuju kelas masing-masing, mereka berdua berbincang tentang apa saja bahkan di luar topik awal pembicaraan. Begitulah Karina dengan Mark, bersama lelaki itu, apapun bisa dijadikan bahan obrolan.

Saat sedang memperdebatkan masalah film yang baru Mark tonton kemarin, Karina tidak sengaja melihat seseorang yang tadi memerhatikannya di parkiran. Ia pun menghentikan langkahnya dan membuat Mark di sampingnya mengernyitkan dahi karena bingung.

"Mark tunggu sebentar. Itu yang lagi duduk di ujung sana, dia siapa?" tanya Karina penasaran. Beruntung jarak mereka agak jauh, jadi tidak terlalu mengundang perhatian banyak orang.

Mark mengikuti arah pandangan mata Karina. Ia sedikit menyipitkan matanya. "Oh yang itu? Lee Jeno namanya. Mahasiswa pindahan dari Scotland, satu jurusan denganku. Ada apa?" sahutnya.

"Mahasiswa pindahan? Aku juga tidak tahu, jika aku tahu untuk apa aku penasaran seperti ini," jawab Karina.

Mark memiringkan kepalanya sambil tersenyum ke arah Karina. "Sebenarnya ada apa denganmu, Na?" tanyanya bingung.

Karina menggedikkan bahunya dan menjawab, "aku juga tidak tahu Mark. Hanya saja... aku penasaran."

"Heum, penasaran ya..." sahut Mark sambil mengangguk mengiyakan ucapan gadis itu.

Baru saja Karina dan Mark akan melanjutkan langkah mereka, dari arah belakang sudah terdengar ocehan-ocehan para sahabat mereka.

"Hai Na, Mark. Kalian kenapa diam di sini?" ujar seorang gadis bernama Ningning Yizhuo —salah satu sahabat Karina.

Di sebelah Ningning ada Giselle Uchinaga dan Zhong Chenle. Mereka juga teman dekat Karina sejak sekolah menengah atas. Juga, ketiganya berada di jurusan yang sama dengan Karina. Jadi, hanya Mark yang berbeda dan lebih senior sebenarnya.

Terlihat Karina yang tak terlalu memerhatikan ocehan sahabat-sahabatnya. Ia terus melihat ke arah seseorang yang sedang duduk di ujung sana bersama teman-temannya mungkin.

Sepertinya benar, dari postur tubuhnya, dia adalah orang yang sama saat di taman tadi. Batinnya.

"Hey Karina Jung! Kenapa melamun?" tanya Chenle dan mengalihkan pandangan ke arah Jaemin "Mark, dia kenapa?"

Mark hanya menggedikan bahunya. "Nanti juga akan sadar sendiri dari lamunannya, tarik saja tangannya dan bawa masuk ke dalam kelas. Aku akan ke kelasku juga. Aku titip Karina pada kalian," ucapnya lalu melenggang pergi begitu saja.

Laki-laki itu melangkahkan kaki menuju kelasnya, meninggalkan Karina yang tetap diam dan jangan lupakan Ningning, Giselle, Chenle yang dibuat bingung oleh sikap gadis itu.

"Ya! Kau mau ke mana Mark? Aish!" teriak Ningning.

Dan itu membuat Karina tersadar dari kegiatannya memperhatikan laki-laki di ujung sana.

"Jangan berteriak di dekat telingaku," ucap Karina ketus sambil menutup telinganya.

Beruntung ketiga sahabatnya itu sudah sangat paham bagaimana seorang Karina, jadi mereka sampai tak ambil hati. "Biarkan saja. Biar kau bangun dari lamunanmu," jawab Ningning sarkas.

Karina tidak membalas ucapan Ningning. "Mark mana?" tanya gadis itu dan matanya bergerak mencari-cari sosok Mark.

Giselle dan Chenle hanya menggedikan bahu mereka dan melangkahkan kaki menuju kelas, meninggalkan Karina dan Ningning yang masih diam berdiri di tempat. Jangan lupa ada kuis pagi ini dan mereka tak ingin mendapatkan tempat duduk di paling depan.

"Ayolah Na, melamun itu ada waktunya. Mark sudah menuju kelasnya. Memang kau sedang memikirkan apa? Aku jadi penasaran," ujar Ninging sambil meraih tangan Karina untuk masuk ke kelas.

Karina mengikuti Ningning masuk ke dalam kelas dengan sesekali menoleh ke belakang masih memperhatikan tempat di mana seorang Jeno duduk tadi.

Mark harus tahu ini. Batin Karina.

Sedang di sisi lain, Jeno merasa ada seseorang yang tengah menatapnya lama. Entah karena memang ia begitu apatis atau hanya malas menanggapi, jadi ia tak terlalu ambil pusing.

Namun, ia juga penasaran...

***

Kisah mereka pun baru akan dimulai. Akankah takdir baik atau sebaliknya yang akan menghampiri mereka, semua akan terjawab saat setiap prosesnya mampu mereka lalui.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status