Ardelle yang tiba-tiba menghampiri Andre membuat suasana hatinya menjadi semakin tak menentu. Dua insan yang tak saling mengenal namun tanpa sengaja terikat oleh suatu peristiwa yang pada akhirnya menjadi benang merah yang semuanya menjadi satu. Status Tania yang kini telah diketahui oleh Laika, Ardelle, Katrina dan Lexi terutama memberikan dampak psikologis yang berat bagi pernikahan mereka, terutama Tania. Kepergian Tania yang tiba-tiba hingga kabar mengejutkan darinya membuat Andre semakin dihinggapi rasa bersalah dan penyesalan. Namun walaupun begitu, dia tak ingin menyerah dan memberikan Tania pada orang lain, apalagi orang itu adalah orang yang benar-benar asing bagi Tania.
"Excuse me, Sir. Could you take me to the Zhivago restaurant?" tanya Andre pada supir taksi yang ia tumpangi saat ini.
"Ok, Sir."
"Aku harus mencari tahu siapa sebenarnya Richard Lexi ini. Kenapa dia begitu berani menyatakan perasaannya pada Tania dan ... siapa pula Katrina ini," gumam And
SkyPoint Sheremetyevo HotelAndre menghempaskan tubuhnya di atas kasur nan empuk di kamar tempatnya menginap. Dia sudah tak peduli dengan luka-luka yang ada di wajahnya. Biru, lebam dan nyeri! Itulah yang ia rasakan, namun rasa sakitnya telah mati ketika ia harus mengingat bahwa sang istri yang dicintainya tak lagi memperdulikannya dan dingin padanya. Seloroh netra coklat itu hanya melihat ke atap-atap langit kamar hotelnya yang berwarna putih dengan ornamen bunga matahari di atasnya. Helaan, hembusan, tarikan napas panjang berulang kali memenuhi kamar ukuran medium itu."Tuhan sedang menghukumku! Kini aku tahu bagaimana perasaan Tania ketika aku memperlakukannya dulu. Hah, aku benar-benar manusia bodoh dan pria hina!" umpat Andre pada dirinya sendiri.Tak lama, ponsel miliknya bergetar di atas kasur yang terlihat berantakan dan bernoda darah. Andre meraih ponsel yang tak jauh dari jangkauannya dan dilihat ID caller dalam layar ponselnya."Unknown number?
Sebelumnya,Kantor Lexi Czar Expedition"Yuri, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku!" perintah Lexi memutar gelas kecil yang berisi vodka di dalamnya."Apa yang harus saya lakukan, Tuan?" tanya Yuri sigap.Sambil tersenyum menyeringai, Lexi menyuruh Yuri agar lebih dekat padanya dan berkata, "Gantikan aku!""Ma-ksud Anda??" tanya Yuri dengan ekspresi bingung."Jemput Tania, bawa dia ke rumahku! Aku berkata padanya aku akan menjemputnya, tapi aku yakin Andre pasti akan datang menemuinya. Dan aku tak mau mengotori tanganku untuk kutu seperti dia!" tegas Lexi menatap tajam Yuri."Baik, Tuan. Akan saya laksanakan." Yuri segera bergegas meninggalkan ruangan Lexi, "Tapi ingat! Tania jangan sampai tahu kemana kau akan membawanya," perintah Lexi."Baik, Tuan. Permisi."****Saat ini,Lotte Hotel Moscow"Kau? Siapa kau?" Andre terkejut mengetahui seseorang yang sedang bersama Tania bukanlah Lexi.Namun Yur
Tania melangkahkan cepat kakinya pergi dari rumah Lexi. Yuri yang mendapat perintah dari Lexi untuk mengikuti Tania segera bergegas menghampiri wanita pujaan sang serigala Siberia itu."Nona, masuklah ke mobil. Saya akan mengantarkan Anda." ucap Yuri melajukan mobilnya pelan."Jika kau mengikutiku karena perintah Lexi, maka lupakan saja! Aku bisa pulang sendiri," sahut Tania tak menghentikan langkahnya."Nona ...""Yuri! Nona Yuri ... tolong, bisakah kau biarkan aku sendiri?" pinta Tania menghentikan langkahnya dan menghadap Yuri."Sekalipun Anda memohon pada saya ... maaf Nona, saya tak bisa," jawab Yuri menatap tajam Tania.Tania bergeming dan hanya menarik napas panjang. "Terserah kau saja!"Tania kembali melanjutkan perjalanannya dan menghentikan taksi yang tengah melintas tak jauh dari pandangannya."Good day, Mam.""Good day, take me to Hermitage State Museum," ucap Tania."Ok, Mam."Tak berapa lama, taksi
Rublevka, Kediaman Richard LexiTania yang mabuk dibawa oleh Lexi ke rumahnya. Setelah sampai di rumah, Lexi segera membawanya ke kamar utama dan membaringkan tubuh wanita cantik itu."Ambilkan air hangat dan handuk bersih, Yuri! Bersihkan tubuh Nona Tania dari sentuhan pria nista itu!" perintah Lexi kemudian membiarkan Tania terlelap dalam tidurnya."Baik, Tuan. Saya mengerti." Yuri segera keluar kamar Lexi dan meninggalkan mereka berdua.Lexi terus memandangi Tania dan mengelus dengan lembut pipi putihnya. Wajahnya didekatkan dengan wanita pujaannya itu. Tangannya tak pernah sekalipun dilepaskan dari tangan Tania. Retinanya selalu menatap wanita itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.Yuri hanya memperhatikan tuannya dari kejauhan, tak berani menyela apa yang Lexi sedang lakukan. Sementara itu, Lexi yang masih duduk di dekat Tania tak bisa menahan hasratnya untuk tak melepaskan pandangannya. Keinginan yang kuat untuk memiliki wanita cantik itu
"Selamat pagi, Tania."Suara berat seorang pria terdengar dari balik pintu besar coklat tua dengan ukiran pola rumit dan bergagang emas. Tania segera melongokkan kepalanya dan sosok pria berjas warna blue navy dan beralaskan sepatu warna hitan mengkilap menghampiri Tania dan tersenyum padanya."Do you feel good?" tanyanya kembali."Kau ... Tuan Lexi?" terkejut Tania dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya."Ya, ini aku. Kenapa? Kau tampak terkejut?" tanya Lexi berdiri di hadapan Tania."Kalau begitu, saya permisi dulu, Tuan, Nona." Yuri meninggalkan mereka berdua.Tania merasa canggung, tangannya dia sembunyikan di balik selimut tebal warna putih dan sesaat dia tersadar pakaian yang ia kenakan bukanlah yang kemarin ia pakai."kau!!" Tania tiba-tiba mengeluarkan tangan kanannya dan menunjuk ke arah Lexi."Aku kenapa?" tanya Lexi seraya melihat sarapan Tania yang belum tersentuh sama sekali. "Kenapa kau belum makan, Tania?" Lexi kemu
SkyPoint Sheremetyevo HotelTania tak lagi dapat membendung air matanya ketika ia tahu apa yang terjadi di kamar pria yang masih berstatus suaminya itu."Kau ..." Katrina membukakan pintu untuk Tania."Bukankah Anda ..."Sontak, Katrina merasa canggung dan membetulkan piyama model lingerie warna hitam dengan belahan bagian depan nan menggoda."A--Anda ingin bertemu dengan Andre?" tanya Katrina masih tampak canggung.Tania yang awalnya menangis, kini mengusap air matanya dan menatap tajam Katrina. "Bukankah ini kamar Andre? Tentu saja aku ingin menemuinya!" sahut Tania tanpa panjang lebar langsung masuk ke kamar Andre dan melihat tubuh Andre terkulai tanpa busana, masih tertidur lelap dan setengah badannya ditutupi selimut.Tania duduk di sebuah sofa warna putih yang berhadapan langsung dengan tempat tidur sang suami. Katrina tampak kikuk dan suasana kaku tampak terasa di antara mereka berdua."Apa kau ingin aku membangunkan Andre
Kantor Lexi Czar ExpeditionLexi yang masih terbawa emosi karena sikap Tania pagi ini melampiaskan kekesalannya dengan membanting patung giok gajah di mejanya. Terdengar suara bunyi yang cukup kencang di lantai dan patung itu berserakan menjadi berkeping-keping. Rambutnya yang rapi berubah berantakan, dia juga melepas dasi hitam yang dikenakannya, membuang jas blue navy-nya dan menggulung kemeja putihnya hingga sebatas lengan. Tangan kirinya merogoh saku celananya dan mengambil ponsel hitam miliknya."Bagaimana? Apa 'sesuatu' yang aku minta sudah sampai?" tanya Lexi di telepon."Baiklah! Tunggu aku di sana. Aku akan segera berangkat!" ucap Lexi memutus sambungan teleponnya dengan seseorang.Senyum seringai terlihat di wajah tampan sang serigala, wajah yang awalnya penuh dengan emosi dan kekesalan kini berubah menjadi lebih tenang dan senyum seringai hingga mengembang sesekali Lexi tunjukkan. Tak lama setelah dia menelepon, Lexi mengambil jasnya yang ia buang
SkyPoint Sheremetyevo HotelAndre terlihat sedang membereskan beberapa pakaiannya dan memasukkannya dalam lunggage-nya yang berwarna coklat motif garis-garis putih. Mata yang sembab, wajah sayu dan kumis timis di atas hidung dan dagunya menjadi penampilan terbarunya. Seperti tak terawat! Ya, itulah gambaran fisik yang kini dapat dilihat dari seorang Andre Mahardika Prayoga. Wajah putih bersih bak oppa-oppa negeri Ginseng tak lagi bisa dinikmati oleh para wanita. Dia membiarkan fisiknya tak terurus dan terawat, terutama setelah kejadian beberapa hari yang lalu. Terduduk kini Andre di atas kasur empuknya, menatap sekeliling kamar tempatnya menginap, menghela napas, melihat layar ponsel miliknya berharap keajaiban Tania akan menghubunginya."Hah, hahahhaha ..." tiba-tiba Andre tertawa lepas seraya menangis dengan kepala tertunduk. "Aku benar-benar bodoh telah melepasmu, Tania! Mataku benar-benar buta karena godaan seorang wanita yang tak lebih baik darimu! Kini Tuhan