Share

5

Author: Cerita Racan
last update Last Updated: 2021-03-27 21:58:56

Di kelas XI IPA-3, Jenni sedang sibuk dengan selfie di kamera handphonenya. Salah satu kebiasaannya disaat waktu jeda seperti sekarang ini. mengumpulkan foto selfie untuk diupload dan dijadikan story di laman instagramnya. Di samping kanannya ada Rose yang sedang asyik mengulang pelajaran matematika yang berlangsung beberapa menit yang lalu. Serta tersisa Lisa yang sedang tertidur pulas. Kepalanya bertumpu pada mejanya sendiri. Benar-benar kebiasaan buruk Lisa yang sangat sulit untuk di hilangkan.

Selang beberapa menit setelahnya nampak dari arah pintu kelas terlihat Jimmy, Vie dan Rey yang perlahan menghampiri mereka bertiga. Jimmy tiba-tiba mengagetkan Rose yang tengah berkonsentrasi belajar dengan duduk tepat dihadapannya. “Katanya lo di marahi yah?” ucap Jimmy kepada Rose. Pandangannya kini fokus pada kedua bola mata Rose.

Mendengar gesekan kursi yang di timbulkan dari tingkah Jimmy spontan membuat Lisa jadi terbangun dan lanjut memperhatikan Jimmy yang tengah menatap Rose seolah menunggu jawaban atas pertanyaannya.

“Jimmy, lo ngagetin gue aja” celoteh Rose yang setengah kesal karena di ganggu ketika sedang serius belajar. Dengan pelan Rose mengelus dadanya. Mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih tidak stabil.

“Gue nggak nyangka ternyata seorang Rose juga bisa terkena masalah,” sambung Jimmy yang diiringi dengan tertawaannya.

“Gue nggak kena masalah kok.” Rose berusaha untuk membela diri.

“Terus kalau begitu ada apa ?”

“Lo udah ngerjain PR?”

“Ha ? PR ap...”

Belum sempat Jim melanjutkan jawabannya tiba-tiba Vie datang dan menghampiri Lisa. “Hei, matematika!” ucapnya dengan wajah datarnya.

Sontak membuat Lisa menoleh dan terkejut. “Gue nggak papa kok, gue nggak dalam masalah.”

“Dia mau minjem catatan lo Lis, dia emang nggak tahu caranya ngomong lengkap. Hahahaha,” sambung Rey yang berdiri tepat di belakang Vie. Tingkah polos temannya itu berhasil membuat Rey tertawa puas.

Mendengar ucapan Rey, Lisa langsung sigap mengambil buku catatannya di tas. Dan segera menyerahkan buku itu kepada Vie.

“Pinjamin gue nanti aja.” Vie memberikan kembali buku catatan tersebut kepada Lisa. Pandangannya tidak lepas sedikit pun dari wajah cantik Lisa.

“Kenapa emangnya ?”

“Nggak kenapa-napa” jawab Vie kaku sambil melihat ke arah lain, seolah takut membalas tatapan mata Lisa.

Tingkah aneh Vie membuat Lisa menjadi heran. Lisa menarik napas panjang sebelum akhirnya memutuskan untuk melanjutkan tidurnya yang sempat terpotong tadi karena ulah Jimmy.

“Heii, makan yuk!” ajak Jimmy dengan nada semangatnya. Baru saja Lisa mencoba menutup matanya, namun tiba-tiba Jimmy mengangetkannya lagi. Hal itu membuat Lisa terbangun kaget.

“Lo terlalu dekat kali!” keluh Lisa yang mendapati Jimmy tepat di depan wajahnya ketika Lisa membuka matanya. Jarak keduanya hanya berkisar satu jengkal saja. Dengan cepat Lisa menggeser badannya agar menjauh dari Vie.

“Kenapa emang ? lo malu yah Lis ?”

Lisa hanya menelan air liurnya sembari merapikan rambutnya yang berantakan tanpa menghiraukan ucapan Jimmy barusan.

“Astaga, lihat deh dia. Nggak baik banget, nanti malah dijadiin kebiasaan. Udah ah gue lapar, yuk makan,” ajak Jenni kepada teman-temannya.

“Ayo” Jim menimpali.

“Lis ayo,” ajak Rey yang sudah berada di luar ruang kelas Lisa.

“Iya tunggu Rey.”

Buru-buru Lisa membereskan barang-barangnya yang berantakan di mejanya. Saat semuanya telah beres, ia segera mengamil dompetnya dan menyusul Rey yang sudah berada di depan.

“Lihatlah sekarang meski segalanya tampak menyebalkan dan kadang juga membingungkan tapi gue tetap harus selalu dan selalu berusaha buat melewati apapun itu. Bahkan badai besar sekalipun. Begitulah cara untuk tumbuh dan belajar. Menambah satu angka lagi di angka tujuh belas. Gue Lisa, kenalin gue Lisa delapan belas tahun. Seorang gadis kecil, yang mencoba untuk tumbuh dan menjadi lebih dewasa lagi. Menghadapi dunia yang semakin tidak dimengerti saja.” Lisa berlari dengan segala kegelisahaannya. Dengan banyak beban yang ia pikul ia mencoba untuk tetap kuat.

Bel berbunyi berulang kali tanda pelajaran telah usah dan waktunya untuk pulang ke rumah masing-masing. Lisa dan Rose berjalan beriringan di koridor sekolah. Meskipun melewati hari yang cukup panjang karena pelajaran Fisika yang cukup membosankan namun tak membuat sedikitpun rasa lelah di wajah keduanya.

“Rose hari ini lo nggak pergi les privat bareng Jimmy?”

“Tadinya sih mau pergi tapi gara-gara handphone gue kecemplung pas ke toilet tadi siang jadinya gue mesti ke tempat service handphone dulu. Soalnya kalau nunggu abis dari les baru ke tempat service takutnya malah nggak keburu. Nyebelin baget, masa layarnya mati nyala mati nyala terus. Lihat nih.” Sambil menyodorkan handphone ke arah Lisa.

“Gue kan jadi nggak bisa ngehubungin siapa-siapa lagi, and then itu tuh nyebelin banget tahu nggak Lis,” lanjut Rose.

“Hubungin Jimmy yah?” ucap Lisa seraya melihat ke arah Rose.

“Ya nggak lah Lis. Gue juga nggak sering-sering banget kok hubungin dia. Begitu pula sebaliknya. Eh tau nggak Lis, Jimmy itu sebenarnya lagi suka sama seseorang.”

“Mungkin lo kan orangnya.” Lisa lanjut melirik Rose dengan tatapan yang penuh selidik.

“Ya kali. Emang siapa sih yang bakalan mau cerita ke orang yang dia suka kalau dia tuh lagi naksir seseorang, kan lucu aja Lis. Pastilah bukan gue orangnya. Eh liat deh handphone gue layarnya hidup lagi. Nih handphone lama-lama horor juga yah, rada-rada ada setannya gitu. Masa main hidup terus mati semaunya aja. Hahahaha aneh,” ucap Rose seraya menunjukkan ponselnya kepada Lisa.

Lisa pun melirik Handphone Rose yang rada error itu. “Handphone lo benar-benar payah, sumpah deh,” seru Lisa sambil memperhatikan handphone Rose. Tiba-tiba layarnya berkedip-kedip tanda ada pesan whatsaap masuk, dan ternyata pesan dari Jimmy. Lisa yang tidak sengaja melihat pesan dari Jimmy itu, akhirnya langsung memalingkan pandangannya dari layar handphone Rose karena merasa tak enak hati jika harus melihat pesan milik oranglain.

“Hei, Lo di mana Rose?”

“Tadi waktu kelas gue selesai gue cariin tapi nggak ketemu”

“Kata Jenni lo balik duluan bareng Lisa yah”

“Hari ini lo nggak les privat ?”

“Oh iya gue lupa, tadi kan handphone lo rusak gara-gara kecemplung pas ke toilet. Gimana mau dibalas.”

Rentetan pesan singkat yang dikirim Jimmy kepada Rose beberapa menit yang lalu. Rose pun segera membalas pesan dari Jim. “Hari ini gue mau ke tempat service handphone dulu, jadi nggak ikut les privat.” Belum sempat Rose memencet tombol kirim layarnya mendadak mati lagi.

“Astaga, tuh kan mati lagi,” keluh Rose sambil menarik nafas panjang. “Padahal hari ini benar-benar materi favorit gue. Gue jadi nggak bisa ikutan karena harus memperbaiki handphone gue dulu,” lanjutnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bed Friend   32

    Hari jumat adalah hari nerakanya bagi siswa dan siswi SMA NUSANTARA. Di sekolah telah ditetapkan aturan baru. Untuk hari jumat di adakan kegiatan bersih-bersih. Atau istilah kerennya adalah jumat bersih. Setiap siswa dan siswi di haruskan untuk membersihkan kelas dan juga halaman sekolah sebelum melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler sekolah.Dan untuk hari jumat kali ini Rey dan juga Vie mendapatkan tugas untuk membersihkan kelasnya. Keduanya tengah memegang sapu di tangannya masing-masing. Dengan telaten Vie menyapu lantai kelasnya itu. Rey pun mencoba untuk membantu.Melihat Vie yang begitu semangat membersihkan membuat sikap jail Rey bangkit. Dengan jailnya ia berjalan mengikuti cara berjalan doraemon, mendekat ke arah Vie dan menunjuknya dengan menggunakan sapu yang di pegangnya tadi.“Sapu kejujuran. Pertanyaan kali ini terkait dengan klub basket. Yahh pemain fenomenal Vie. Gue dengar lo berubah pikiran yah dengan turnamen yang gue bilang tempo hari ? apakah itu benar adanya ?”Vi

  • Bed Friend   31

    Jenni menyantap mie ayam pesanannya. Hari ini ia benar-benar sangat lapar karena kelelahan berolahraga tadi pagi dan belum sempat makan. Istrahat kali ini ia hanya bersama dengan Rose. “Lihatlah, Lisa lagi lagi melewatkan makan siangnya dan hanya tertidur. Gue jadi sebbel sendiri kalau liat dia akhir-akhir ini tahu nggak Rose. Bukan apa-apa sih tapi gue khawatir dia kenapa-napa.”“Itu karena dia kelelahan aja Jen.”“Bukan kelelahan Rose tapi karena dia terlambat tidur dan harus bangun pagi-pagi. Dia seharusnya tidur terlambat dan datang terlambat juga. Jadi tidak mengantuk gitu di sekolah.”“Tapi Lisa kan nggak mau telat lagi Jenn.”Tidak, tidak se...”Pembicaraan Jenni berhenti ketika ada seorang siswa lelaki yang datang menghampirinya.“Jenni!”“Apaan sih, bikin kaget aja lo.”Lelaki itu lantas duduk di kursi samping tempat duduk Rose, berhadapan dengan Jenni.“Ini tentang temanmu itu lo.”“Siapa ? dia ?” menunjuk Rose dengan matanya.“Bukan, bukan dia. Temanmu yang satu lagi.”“Ohhh

  • Bed Friend   30

    "Kenapa tidak ?”“Pokoknya tidak ada alasan apapun,” ucap Vie tegas.“Ayolah aku mohon,” ucap Rey dengan wajah yang memelas.“Gue nggak mau pergi Rey. Lo maksa mulu yah.”“Lo kan udah janji sama gue Vie. Gimana sih. Lo ngeselin deh lama-lama,” ucap Rey kesal dengan sikap acuh Vie kepadanya. “Untuk memberitahu gue kenapa lo main basket sendirian,” lanjutnya.Vie menoleh, melihat ke arah Rey. Menatapnya dengan tatapan penuh tanya. “Kapan gue berjanji.”Ucapan Vie barusan sontak membuat Rey melihat ke arah Vie dengan ekspresi kaget. Matanya melotot sempurna. “Astaga! Lihatlah orang ini. Sekarang malah pura-pura lupa segalanya.” Rey menggeleng-gelengkan kepala, heran dengan tingkah Vie.“Gue sebenarnya nggak suka tim,” jawab Vie akhirnya.“Apa ?”“Gue nggak suka tim. Ada batasan dan semuanya benar-benar rumit. Lo harus siap untuk bersaing diantara teman lo sendiri,” ucapnya sambil terus fokus dengan buku yang terletak di mejanya.“Hei, itu hanya sebuah klub. Itu bukan dunia mereka sendiri.

  • Bed Friend   29

    Pukul 07.15 pagi, Lisa sudah berjalan memasuki gerbang sekolahnya. Sedangkan Vie menunggunya di lapangan. Berbeda dari hari sebelumnya, kali ini ia datang lebih awal. Malahan, sangat awal dari biasanya. Berkat Vie yang menerornya pagi-pagi sehingga Lisa yang biasanya telat bangun hari ini dapat datang ke sekolah lebih cepat dari sebelumnya.Dengan sedikit lari-lari kecil, ia menghampiri Vie yang tengah duduk di kursi taman sekolah. Menyadari keberadaan Lisa, membuat Vie bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menyelaraskan langkah dengan Lisa.Kali ini Vie tidak langsung menuju ke kelasnya. Ia mengikuti Lisa yang masuk ke kelasnya. Meliriknya yang sembari duduk di kursi. Lisa yang menyadari dirinya sedang diperhatikan, akhirnya mencoba melihat ke arah lain. Bertingkah biasa saja.Lima menit telah berlalu, namun Vie tetap saja bolak balik di dekat papan tulis kelasnya. Mencoba melihat-lihat isi ruangan itu. Dan jika tak di perhatikan oleh Lisa, ia mencuri-curi pandang hanya untuk meny

  • Bed Friend   28

    “Mungkin akan lebih keren lagi jika kalian berdua dicap sebagai siswa yang putus sekolah,” Rey pun ikut nimbrung. “Benar juga, putus sekolah kayaknya terdengar bagus, Rey. thanks yah untuk saran yang lo kasih buat kita,” ucap Lisa sambil menunduk melihat ujung sepatunya. Rey menunjuk Lisa dengan telunjuknya, melihat ke arahnya. “Kayaknya lo harus berangkat sekolah dengan Vie. Dia kan tidak pernah terlambat. Bahkan sekalipun tidak pernah.” Menyadari dirinya sedang disebut-sebut sontak membuat Vie menoleh ke arah Rey dengan mata melotot. Namun Rey hanya tersenyum manis seolah tak membuat kesalahan sedikit pun. “Oh ya ? emang iya Vie ?” tanya Lisa penasaran sambil menatap Vie dengan begitu serius, seolah menunggu jawaban darinya. Vie hanya menganggukkan kepala, malu dengan tatapan mata Lisa barusan. “Pak disiplin gitu lo,” puji Rey lagi. pelan-pelan ia menepuk bahu Vie. Lisa yang mendengar hal itu hanya tertawa kecil, lucu melihat Vie yang tampak begitu malu-malu padanya. Sungguh l

  • Bed Friend   27

    Pertanyaan Jenni sontak membuat Vie terdiam sejenak. Mencoba mencari alasan yang tepat. “Komputer di rumah lagi di pake sama kakak gue, makanya gue akhirnya memutuskan untuk main di sini aja.” “Lo punya kakak ?” ucap Rey dan juga Jenni kompak sambil melototkan matanya. Kaget. Vie berpaling, melihat ke samping menyaksikan temannya yang begitu heboh. Dengan lugunya Vie menganggukkan kepala. “Ya,” jawabnya. Setelah mendapatkan jawaban, Rey akhirnya mengadari tindakannya barusan. Mendadak ia baru ingat kekesalannya kepada Vie, dengan cepat ia beralih fokus ke komputernya dan melanjutkan permainan. “Ehem.” Menyadari kecanggungan antara keduanya. “Vie lo masuk yah, udah gue undang.” “Sudah gue bilang, biar gue yang kerumah tingkat dua itu,”ucap Rey kesal. “Pokoknya siapa cepat dia dapat,” Jenni membalas dengan ketus. “Oke pistol mitraliur.” Sambil tertawa tanggung Rey kembali mengejek Jenni. “Lo suka sampah yang seperti itu ?” ucapnya. “Lalu, apa yang udah lo temuin.” Sambil menoleh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status