Share

6

“Astaga, tuh kan mati lagi,” keluh Rose sambil menarik nafas panjang. “Padahal hari ini benar-benar materi favorit gue. Gue jadi nggak bisa ikutan karena harus memperbaiki handphone gue dulu,” lanjutnya.

“Yang namanya hidup ya gitu Rose. Nggak ada yang benar-benar mudah. Selalu saja ada begitu banyak masalah yang entah datang dari benua mana.”

“Eh tapi bukannya orang dewasa bakalan ketawa kalau dengar anak belasan tahun ngomong kayak gitu,” Rose menanggapi perkataan Lisa sambil tertawa bahagia.

“Iya juga sih, kok bisa-bisanya anak sekolahan mengkhawatirkan banyak hal.” Lisa pun ikut tertawa, tepatnya menertawai ucapannya yang sok bijak itu. “Oh iya gimana kalau gue temenin lo ke tukang service aja. Setelah itu baru kita ngumpul bareng di tempat biasa.”

“Oke deh. Cuss lo hubungi Jenni biar ikutan sekalian, nanti suruh nunggu di tempat biasa aja.”

“Oke deh, wait.” Sambil mengirimkan pesan singkat ke Jenni. “Lo lapar nggak Rose? Gimana kalau kita singgah makan dulu.”

“Em lo mau makan apa Lis?”

“Gimana kalau Ramen aja.”

“Oke deh berangkat,” ucap Rose dengan girangnya.

Kedua sejoli itu pun melangkah beriringan menyusuri jalan setapak untuk bergegas ke salah satu tempat makan favoritnya yang berada di ujung jalan sekolahnya. Sesuai rencana awalnya, Lisa dan Rose akan mengisi perut dulu sebelum menuju ke tukang service dan terakhir berada di cafe internet. Tempatnya biasa berkumpul dengan sahabat-sahabatnya.

Hari ini benar-benar berakhir dengan gelak tawa yang membahagiakan. Seperti perkataan orang dewasa bahwa dalam hidup, setiap orang menghadapi masa sulitnya masing-masing. Entah setangguh apapun dia atau entah dia dari kalangan mana. Ibarat air hujan yang turun ke bumi. Jika sudah waktunya untuk tumpah bahkan orang terhebat di dunia sekalipun takkan mampu untuk menahannya. Namun sederas apapun hujan yang turun selalu saja ada reda setelahnya, meskipun setelah waktu yang cukup panjang. Segala hal akan tetap berjalan, mengikuti rotasi yang ada dan berbaur dalam ruang dan waktu. Tak ada yang betul-betul stagnan di semesta raya ini.

***

Sebelum mata pelajaran dimulai, Jimmy, Vie, dan Rey berkumpul di kelas XI IPA-3. Lebih tepatnya mereka menghampiri ketiga temannya yaitu Rose, Lisa dan Jenni. Dan ini bukan kali pertama mereka ke sana. Pasti kapanpan itu jika ada waktu luang mereka pasti nimbrung ke sana. Selain karena banyak hal kocak yang bisa mereka bahas bersama juga karena terkadang ada hal-hal penting seputar pelajaran yang ingin di tanyakan.

“Benarkan kata gue, lo itu mirip banget berdua. Gue itu udah dari dulu ngomong ini,” ucap Rey sambil memandangi Vie dan Lisa yang duduk bersebelahan. “Sumpah deh mirip banget, mirip anak anjing tapi. Sama-sama menggemaskan, hahahaha.” Tawa Rey dan yang lainnya pecah.

“Yang ada ma lo kali yang mirip anjing, kebanyakan ngomong. Gukgukguk,” balas Jenni sambil mencontohkan suara anjing. “Jimmy lo belum jawab pertanyaan gue tempo hari yang soal hubungan lo dengan Rose. Tapi lo nggak usah jawab, karena gue juga udah tahu jawabannya.”

“Emang jawabannya apa ? awas yah lo sotoy lagi.”

“Lo berdua pacaran kan !”

Mendengar ucapan Jenni sontak membuat Jimmy tertawa.

“Emang lo tahu dari mana ? Punya bukti nggak ? pake nyolot-nyolot lagi,” ucap Rey menengahi berdebatan antara Jimmy dan Jenni.

“Lo mau gue pukulin Rey, lo belum pernah yah rasain gimana sakitnya dipukulin wonder women kayak gue ini ?” jawab Jenni sambil memamerkan otot tangannya yang tidak terlalu berotot.

“Iya iya nggak kok, gue nggak berani,” jawab Rey kikuk.

“Emang benar yah lo pacaran sama Rose ?” tanya Lisa sambil menatap Jimmy yang kebetulan berada di sampingnya..

“Lo penasaran juga ?” jawab Jimmy sambil kembali membalas menatap Lisa dan tersenyum manis.

“Menyebalkan, setiap saat gue ngeliat tatapan dan senyuman yang diberikannya begitu tulus buat gue. Seyuman itu selalu saja membuatku suka dan tatapannya membuatku jatuh hati,” batin Lisa.

“Ah enggak kok. Hanya ingin tahu saja. Jenni kelihatannya sangat penasaran dan begitu terobsesi dengan hal itu makanya aku ingin memastikannya,” jawab Lisa setelah sempat terdiam beberapa menit.

Lagi-lagi Jimmy hanya melempar senyuman. Bukannya menjawab, ia semakin membuat teman-temannya penasaran.

“Wajahmu terlihat lucu jika penasaran seperti ini. Aku benar-benar suka.” Jimmy beralih mengacak rambut Lisa dengan sangat lembutnya.

Deggg...

“Perasaan apa ini. Mengapa jantungku malah berirama tidak pada rotasinya. Memuakkan. Aku harus bersikap biasa saja. jangan sampai yang lainnya curiga dengan perubahan sikapku,” batin Lisa sambil mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

“Apaan sih Jimmy, lo itu harus menentukan pilihan dong. Jangan membuat gue bingung seperti ini.”

“Maksud lo bingung gimana ?”

“Maksud  gue kalau lo sukanya sama Rose ya Rose aja enggak usah pake acara goda-godain Lisa juga dong. Enggak berpendirian lo. Sebagai cowo lo itu harus gantle dong.”

“Jangan ngaco Jen, gue sama Jimmy enggak ada hubungan apa-apa kok. Kita real berteman aja.”

“Dari pada menyaksikan perdebatan unfaedah kayak gini mendingan gue cabut aja dah.” Rey segera berlalu pergi meninggalkan kelas mereka. Vie mengikuti dari belakang.

“Udah dulu yah Jen. Gue back kelas dulu. Pai pai miss kepo. Ingat lo enggak usah gosip mulu kalau lagi jam belajar.” Jimmy melesat pergi sebelum Jenni kembali mengomelinya lagi.

***

Hari ini Lisa datang ke sekolah cukup awal karena selain untuk membersihkan lokernya yang sudah amat sangat berantakan juga karena Papanya yang buru-buru berangkat ke kantor karena ada meeting dengan klien jadi terpaksa Lisa harus ikut jadwal pagi Papanya.

Setelah membersihkan lokernya, Lisa bergegas menuju toilet untuk mencuci tangannya yang kotor sehabis membersihkan lokernya tadi. Namun belum sempat ia membuka pintu  toilet, Lisa mendengar beberapa teman kelasnya yang sedang bergosip tentang dirinya.

“Lo perhatiin deh Lisa dan Rose. Masa tuh yah si Lisa Lisa itu berusaha banget buat mirip gitu dengan Rose. Mulai dari lipstik, terus pulpen eh kemarin gue perhatiin gantungan handphonenya juga mirip punyanya Rose. Kayak maksa banget gitu buat sama dengan Rose padahalkan mau mirip-mirip bagaimanapun juga tetap aja otak nggak bisa disama-samain.” Kata salah satu teman kelasnya di XI IPA-3.

“Iya, gue juga rada sebbel tuh sama si Lisa. Udah gitu kemarin Rose jadi ikutan dimarahi pak Edo gara-gara ngeladenin Lisa cerita gitu pas lagi belajar. Kasian banget yah Lisa, mau niru-niru orang. Kalau gue jadi Rose nih gue bakal ngejauhin dia. Teman apaan tuh kayak gitu.” Sambung teman yang lainnya.

Mendengar dirinya sedang dibicarakan, Lisa pun segera membuka pintu toilet dan masuk menghampiri orang yang sedang membicarakannya itu. “Kalian lagi ngomongin gue yah?” melihat Lisa muncul kedua temannya sontak terkejut dan mendadak diam. Melihat reaksi temannya, Lisa kemudian mengeluarkan lipstiknya yang kebetulan ada di saku roknya. “Lo juga mau nyoba lipstik yang gue pake ? nih kalau mau, ini benar-benar lipstik bagus lo,” cetus Lisa lagi.

“Nggak nggak usah, nggak perlu. Makasih. Yuk cabut!” keduanya pun meninggalkan toilet karena merasa malu telah ketahuan membicarakan Lisa dari belakang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status