Share

Berbuat Baik

Author: nura0484
last update Last Updated: 2023-06-27 15:00:37

“Tampan?”

Dona memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Vivi setelah dirinya menceritakan tentang Fandi, pria yang ditemuinya di cafe dan berada dalam satu lantai dengannya.

“Kalau dia mahasiswa berarti usianya masih muda, nggak bisa kamu gebet itu. Sayang sekali.” Vivi memberikan ekspresi sedih yang lagi-lagi hanya bisa membuat Dona menggelengkan kepalanya.

“Kayaknya bukan berondong deh, aku lihat dia dewasa banget kaya Lucas gitu.” Dona mencoba mengingat Fandi.

“Kaya gimana ciri-cirinya? Masuk kriteria kamu nggak?” Vivi menatap penuh rasa ingin tahu.

“Makan dulu, aku udah lapar ini.” Dona menghentikan pembicaraan tentang Fandi.

Vivi menatap hidangan diatas meja, secara tiba-tiba berdiri yang membuat Dona menatap bingung dengan mengerutkan keningnya. Pandangannya mengikuti kearah Vivi yang mengambil kotak makanan, melihat itu membuat Dona semakin bertanya-tanya. Vivi berjalan kearah meja makan mengambil makanan yang baru selesai jadi, porsinya tidak terlalu banyak tapi akan terlihat banyak kalau hanya mereka berdua.

“Mau dibawa kemana?” tanya Dona ketika Vivi memasukkan dalam kantong.

“Mau kasih tetangga,” jawab Vivi santai yang membuat Dona membuka mulutnya tidak percaya.

“Buat apa? Masakan begini juga.” Dona menggelengkan kepalanya.

“Berbuat baik dengan tetangga, kamu antar sana.”

“Aku?” Dona menunjuk dirinya sendiri.

Vivi menganggukkan kepalanya penuh keyakinan “Ucapan terima kasih sudah membantu membawakan belanjaan.”

Dona menatap tidak percaya dengan kata-kata yang keluar dari mulut orang kepercayaannya, Vivi akan berbeda saat di kantor dan diluar kantor. Vivi akan mengikuti kata-kata Dona saat berada di kantor, tapi jika sudah diluar jam kerja maka Dona yang mengikuti kata-kata Vivi.

“Sekarang?” Dona mengeluarkan pertanyaan bodoh.

“Menurut kamu? Udah sana, mau aku hubungi bunda?”

Dona berdiri, mengambil bungkusan yang sudah disiapkan Vivi. Langkahnya menuju keluar dari unit dengan Vivi yang mengikutinya, sebenarnya apa yang mereka lakukan saat ini tidak lain karena Vivi penasaran dengan Fandi. Dona bisa saja menolak tapi selalu tidak bisa jika berhadapan dengan Vivi, wanita yang tidak hanya sebagai asisten dan teman tapi juga saudara wanita.

“Lama.”

Dona memutar bola matanya malas saat Vivi menekan bel, mereka masih berdebat untuk pergi dari tempat ini atau memberikan makanan yang dibawa. Bel berbunyi dan pastinya tidak lama lagi Fandi akan membuka pintu, menatap Vivi dengan ekspresi penasarannya membuat Dona hanya bisa menggelengkan kepala. Pintu terbuka membuat Dona dan Fandi saling memandang, tidak tahu harus mengatakan apa saat ini, sampai cubitan kecil yang diberikan Vivi menyadarkan Dona.

“Ucapan terima kasih, hasil masakanku.” Dona menyerahkan tas berisi makanan.

Fandi menatap bingung “Terima kasih.”

“Indonesianya dimana?” suara Vivi membuat Dona dan Fandi menatap kearahnya.

“Oh...tinggalnya di Bandung tapi lebih banyak di Jakarta.” Fandi menjawab sopan.

“Kuliah disini?” tanya Vivi lagi yang diangguki Fandi “Tapi kenapa dewasa banget.

Dona memukul keningnya pelan mendengar pertanyaan Vivi, berbeda dengan Fandi yang tertawa mendengar pertanyaan Vivi.

“Usiaku sudah tidak muda lagi, kalian mau masuk kedalam?” Fandi membuka pintunya lebar.

“Tidak perlu.” Dona langsung menolak dan menarik Vivi agar menjauh “Selamat menikmati, maaf kalau rasanya tidak sesuai dengan lidahmu. Permisi.”

Fandi menatap kepergian kedua wanita hanya bisa menggelengkan kepalanya, masa lalu bersama dengan sang mantan membuat Fandi membatasi diri dekat dengan wanita dan baru ini dirinya bisa berlama tanpa ada kepentingan sama sekali. Tetangga, bisa dikatakan mereka tetangga walaupun tidak terlalu dekat. Fandi di ujung sedangkan Dona juga berada di ujung, pastinya wanita yang bernama Dona bukan wanita sembarangan.

“Ada makan malam gratis sambil ngerjain tugas.” Fandi menatap tas makanan dengan senyum lebar.

Dona menarik Vivi dengan memberikan banyak kata makian, tapi tampaknya tidak berdampak apapun pada temannya itu. Masuk kedalam kamar dimana Vivi langsung menuju dapur menikmati makanan yang tertunda, melihat itu Dona hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Cakep dan dewasa, badannya...wow...pasti hot itu dan memuaskan.” Vivi mengedipkan matanya.

“Otak kamu kotor mulu.” Dona menggelengkan kepalanya.

“Oh...ayolah! kamu tahu kalau nggak semua pria bajingan kaya mantan suamimu itu, kamu sendiri harus membuka hati jangan terjebak dengan Irwan mulu.” Vivi memberikan saran yang membuat Dona terdiam “Masih banyak pria yang lebih baik dibandingkan mantan suamimu itu, mungkin Fandi termasuk yang baik.”

“Bisa juga masuk dalam golongan dia,” ucap Dona memperingati.

“Siapa tahu bisa lebih wow dibandingkan Irwan.” Vivi masih tetap dengan pendiriannya “Fandi terlihat bukan pria macam mantan suamimu, dia tampak seperti Irwan. Aku rasa kalian bisa dekat dan saling cinta dalam waktu tidak lama lagi.”

Dona menggelengkan kepalanya dan tertawa mendengar kata-kata Vivi “Kamu kebanyakan lihat berkas yang disuruh ayah sama Lucas?” Vivi menggelengkan kepalanya “Besok jangan dengerin mereka buat baca berkas-berkas itu.”

“Kalau nggak nurutin mereka, memang mau kamu yang baca? Kamu itu niat buat aku dipecat?” Vivi menatap horor Dona yang tertawa senang.

Melanjutkan kembali makanannya, tidak ada yang membuka suara kali ini. Vivi sendiri tampak fokus dengan makanannya, mengingat semua yang Vivi katakan tentang Fandi memang benar adanya. Wanita manapun pasti akan langsung jatuh hati pada Fandi, termasuk dirinya dan tidak berbohong akan hal itu. Mereka baru pertama bertemu tapi kesan pertama yang Fandi berikan memang tidak bagus, tapi setelah berbicara beberapa saat Dona seakan mengenal Fandi walaupun belum terlalu jauh.

“Aku tidur sini?” suara Vivi membuyarkan lamunan Dona.

“Andrew gimana?”

“Gampang mah dia, gimana?” Vivi menatap Dona dalam.

“Aku terserah kamu selama tidak merepotkan kalian berdua.”

“Apa minta tolong Fandi buat menemani?” Vivi memberikan usul dengan menaik turunkan alisnya.

“Nggak usah aneh-aneh! Kita baru kenal, kalau dia baik tapi kalau nggak? Siapa tahu dia pembunuh bayaran.”

Vivi bergidik dan langsung memukul lengan Dona “Kamu itu beri perumpamaan jangan aneh, kenapa? Aku jadi takut keluar nanti.”

Dona tertawa mendengar nada suara Vivi yang ketakutan, memilih tidak peduli dengan beranjak dari tempatnya untuk mencuci alat masak.

“Tapi serius si Fandi itu cakep loh,” ucap Vivi mengejutkan Dona.

“Kamu goda aja.”

“Ngarang! Andrew mau taruh dimana? Lagian ya, Don. Kamu nggak perlu pesimis masalah pria, aku yakin kalau nanti kamu bakal dapat pria yang sangat mencintai kamu seperti Irwan sama istrinya dan ayah ke bunda kamu.” Vivi menenangkan Dona dengan memberikan gambaran orang yang bahagia dengan pasangannya.

“Kalian berdua gimana?” tanya Dona menatap Vivi “Isinya bertengkar mulu, apa nggak bosan? Apa nggak lebih baik dipikirkan kedepannya bagaimana? Mau melanjutkan rumah tangga juga rawan.”

Vivi mengangkat bahunya “Aku cuman mengikuti arus, maunya gimana nanti. Lagian kami juga nggak terlalu dikejar waktu.”

“Kalian pakai pengaman, kan?” Dona memastikan.

“Ya, belum siap juga kalau tiba-tiba ada anak disaat hubungan kita begini.”

“Harusnya aku dulu nggak usah pakai pengaman biar bisa nikah sama Irwan.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Behind The Close Door   End

    "Sudah tidur mereka?""Barusan, ada apa?" "Aku nggak menyangka kita bisa melewati semua masalah, punya anak-anak yang lucu.""Kamu nggak kasih aku istirahat, masa setiap tahun melahirkan kaya kejar target aja." Dona mengerucutkan bibirnya yang langsung mendapatkan ciuman singkat dari Fandi."Kamu hebat dan luar biasa, melahirkan tiga anak setiap tahun." "Kamu yang kebangetan nggak biarin aku istirahat." Dona mengerucutkan bibirnya "Tapi...waktu lihat mereka lahir rasa sakit seketika hilang, aku langsung jadi penasaran kalau punya lagi akan mirip siapa.""Tapi...kenapa anak kita dan Azka nggak ada yang kembar ya?" "Mau kembar?" Dona menatap tanda tanya."Bukan gitu, kalian berdua kan kembar terus kenapa anak kalian nggak ada yang kembar?"Dona mengangkat bahunya "Belum mungkin, sekarang juga nggak kembar.""Apa kita buat kembar setelah ini lahir?" Dona membelalakkan matanya mendengar kalimat

  • Behind The Close Door   Bicara Tidak Jelas

    "Kamu mau ke Singapore aja? Sudah yakin? Memang nggak pecah itu kepala diisi belajar mulu?""Aku buat karya ilmiah disana, setidaknya sampai anak kita lahir.""Kita disini juga nggak ada masalah.""Kasihan ayah sama bunda kamu, mereka pastinya butuh anak disana. Anggap aja sebagai bakti ke orang tua.""Gimana sama mama dan papa?""Disini ada banyak anak-anaknya, beda sama ayah dan bunda. Anaknya cuman kamu sama Azka, apalagi Azka lebih senang di agency daripada ngurus perusahaan disana. Azka bilang pecah kepalanya kalau urus perusahaan disana, dia coba udah gatal pengen keluar."Dona berdecih mendengar kata-kata yang Azka ucapkan ke Fandi, Azka memang nggak suka lihat angka atau apapun itu. Azka lebih menyukai suara musik, membuat musik membuat jiwanya tenang, tidak salah jika opanya menyiapkan masa depan mereka masing-masing."Dia bukan pecah kepala aja, tapi gatal pantatnya kalau kelamaan duduk lihat angka dan baca per

  • Behind The Close Door   Hamil

    "Tokcer juga.""Jelas!" Fandi berkata dengan nada bangga dan penuh kesombongan."Kita sama sekali nggak membayangkan kamu bakal hamil lebih cepat.""Sama, ma. Kita sama sekali nggak nyangka bakal secepat ini.""Kita jadi ikut bahagia waktu Fandi kasih kabar lewat pesan, percaya nggak percaya. Apalagi kalian langsung pisah, kamu sibuk sama kerjaan dan Fandi juga sama."Dona dan Fandi hanya tersenyum mendengar kalimat sang mama, sebenarnya memang tidak bisa ditebak sama sekali. Dona tidak merasakan apapun sama sekali ketika di Singapore, masalah pekerjaan membuat Dona yang tidak merasakan tanda-tandanya. Saat bertemu Fandi seketika terjadi perubahan dan mereka segera memutuskan perika menggunakan alat tes kehamilan yang dijual umum, hasilnya positif dan tanpa menunggu waktu langsung menuju dokter kandungan di rumah sakit. Hasilnya tidak jauh berbeda, tapi bagusnya mereka langsung mengetahui usia kehamilan yang ternyata sudah ada dari sebelu

  • Behind The Close Door   Pembicaraan Dalam

    "Kenapa, bang?""Masih lama Dona?""Abang ini aneh, masih ada satu jam kali."Fandi menghirup udara banyak agar sedikit lebih tenang, biarkan Lita menganggap dirinya merindukan Dona padahal memikirkan hal yang tidak penting."Pekerjaanmu bagaimana?" Fandi membuka pembicaraan terlebih dahulu.Lita menghembuskan napas panjangnya "Aku masuk waktu lagi banyak event, makanya aku sering pulang malam. Apartemen yang diminta Mbak Dona tempati bisa membuat aku nggak perlu dengar mama ngomel.""Kamu jadi kerja di H&D?" Fandi memastikan kembali.Lita menganggukkan kepala tanpa ragu "Kurang dua tahap lagi, bang. Aku juga sering ketemu Tama buat tanya-tanya, kadang kalau luang juga ke cafenya Mbak Naila buat belajar.""Memang ditempatin dimana?" Fandi tidak tahu pembicaraan kedua wanita tersebut."Rencananya sih agency, Mbak Dona minta aku disana bantuin Mas Azka. Mbak Reina yang mantan istrinya sudah nggak disana,

  • Behind The Close Door   MDR

    "Hubungan jarak jauh? Memang enak? Sudah menikah tapi pisah.""Sementara, lagian cuman beberapa hari.""Tetap saja nggak enak secara nggak ada yang menghangatkan, hubungi Ratih aja.""Kami sudah berakhir lama."Fandi meninggalkan meja setelah tidak ada pembicaraan lebih lanjut, pembicaraan yang tidak memberikan manfaat apapun. Dua hari setelah di rumah Vivi memberi kabar untuk ke Singapore dimana ada perusahaan yang membutuhkan dipastikan dan Dona sangat ahli dalam hal itu. Disamping itu harus melakukan rapat bulanan yang mengharuskan Dona dan ayahnya berada disana."Maaf, pak.""Pras, sudah mau wisuda?" Fandi menatap mahasiswa yang baru lulus atau bisa dikatakan telat."Ya, akhirnya.""Kemana setelah ini?" "Belum tahu, pak. Saya sudah bekerja di event organizer, bukan pekerjaan di firma hukum tapi setidaknya saya bekerja dengan posisi bagus.""Bagus kalau begitu, apa kamu nggak ingin melanjut

  • Behind The Close Door   Bulan Madu (21+)

    "Dalam...ahh...lebih....ahh...."Dona meremas rambut Fandi atas apa yang dilakukan dibawah, jilatan yang dilakukan dengan memasukkan jemarinya membuat Dona bergerak tidak menentu, menarik kepala Fandi menghentikan kegaiatannya dibawah sana. Melumat kasar bibirnya menyalurkan hasrat dan gairahnya, mendorong tubuh Fandi agar berbaring dan berganti dengannya.Memberikan sentuhan pada tubuh Fandi dengan gerakan sensual, melihat itu Fandi hanya bisa mendesah dengan meremas rambut Dona, bibirnya sudah beralih ke bawah dengan memegang milik Fandi. Memasukkan kedalam mulut, memberikan jilatan pada kepalanya sebelum memasukkan kedalam mulut, gerakan maju mundur dilakukan yang membuat Fandi mendesah keras atas perbuatan Dona, mendengar suara Fandi membuat Don semangat.Memberikan tatapan menggoda dibawah sana disertai dengan jilatan kasar pada milik Fandi yang diikuti dengan gerakan tangannya yang bermain pada telurnya, Fandi mendesah keras atas semua yang Dona laku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status