Share

Dosen

Author: nura0484
last update Last Updated: 2023-05-07 04:40:10

‘Kapan menikah? Usia kamu sudah waktunya menikah. Teman kamu sudah ada yang beberapa punya anak, jadi kapan menikah?’

Fandi memijat kepalanya setiap kali mendengar ibunya membahas tentang pernikahan, usianya memang sudah tidak muda menjelang kepala empat. Menikah, sudah tidak ada lagi dalam bayangannya. Pengkhianatan yang dilakukan mantan pacarnya bersama sang kakak masih membekas, melihat adegan secara langsung yang mereka lakukan dan mendengar pengakuan mereka yang hampir saja Fandi menghajar kakaknya.

Kejadian itu membuat Fandi memilih tinggal berpisah dengan keluarganya, tapi nyatanya jarak tetap bisa membuat mereka bertemu. Kehadiran anak kakaknya membuat orang tuanya bahagia, permintaan maaf juga sudah mereka katakan dan sudah dimaafkan, tapi tidak dengan apa yang mereka berdua lakukan. Perselingkuhan yang dilakukan wanita itu, hampir membuat kakak beradik bertengkar tapi Fandi memilih memaafkan kakaknya.

“Jadi ambil beasiswa di Singapore?” tanya sahabatnya, Reno.

“Ya,” jawab Fandi singkat.

“Padahal disini juga kamu bisa melanjutkan malah jauh-jauh kesana,” ucap Reno dengan nada kesalnya.

“Kamu tahu apa yang terjadi sebenarnya.” Fandi mengatakan dengan nada santai.

“Kamu bisa sayang sama anak mereka dan maafin kakakmu, kenapa tidak bisa berdamai sama mereka?”

Fandi mengangkat bahu “Terlalu sakit, melihat secara langsung perselingkuhan mereka.”

Hening, kata-kata Fandi membuat Reno tidak bisa mengeluarkan suaranya kembali. Fandi sudah menceritakan semuanya pada Reno tanpa ada yang ditutupi, hubungannya dengan sang mantan membuat Fandi percaya diri jika mereka akan menikah, tapi kenyataan lain hadir dimana secara diam-diam melakukan perselingkuhan.

Hardian, kakaknya Fandi juga sama tidak tahunya jika istrinya pada saat itu menjalin hubungan dengannya. Fandi memilih mundur saat mantannya mengatakan hamil dan Hardian adalah ayah bayi dalam kandungannya, tidak ingin bertengkar hanya karena wanita membuat Fandi mundur.

“Aku berharap semoga aja ketemu sama cewek di Singapore.” Reno membuka suara dengan memberikan tatapan menggoda.

Fandi memutar bola matanya malas “Wina gimana? Masih mual?”

Reno secara otomatis langsung menceritakan tentang kehamilan Wina, Fandi hanya diam mendengarkan karena memang tidak tahu banyak tentang wanita hamil, waktu mantannya hamil Fandi sudah menjauh dari keluarga. Fandi dan Hardian sebenarnya sama-sama korban yang ditipu oleh pasangan mereka yang sekarang sudah menjadi mantan, melihat adegan secara langsung dan kehamilan sudah membuktikan semuanya.

“Kenapa milih Singapore? Kenapa nggak jauh sekalian?” tanya Reno yang hanya dijawab dengan mengangkat bahu “Berapa lama memang disana?”

“Dua tahun mungkin atau bisa lebih, aku juga belum tahu akan kembali atau nggak. Kenapa milih Singapore? Aku nggak tahu alasannya, mungkin biar nggak jauh-jauh dari orang tua kalau-kalau ada sesuatu sama mereka.”

“Mengajar disini gimana? Masa nggak kembali?”

“Entahlah, aku belum memutuskan apa-apa. Kamu tahu bagaimana keadaan aku saat ini, menjauh dari mereka sama sekali tidak bisa sepenuhnya, paling tidak nanti ketika aku pulang sudah bisa memaafkan dia.”

“Kamu bisa memaafkan dan melupakan dia kalau udah punya pengganti?”

“Mungkin,” jawab Fandi sambil mengangkat bahunya.

“Aku kenalin sama teman Wina gimana?”

“Nggak usah aneh-aneh, aku akan mencari sendiri wanita yang memang baik dan tidak melakukan perselingkuhan lagi.”

“Memang kenapa dia selingkuh? Kalian juga rajin melakukan hubungan intim.”

Fandi menatap kesal pada Reno yang lagi-lagi menggodanya “Mereka sudah bersama tepat saat aku sibuk-sibuknya, lagian kenapa malah bahas itu.”

“Tapi bukannya sekarang lagi hamil anak kedua? Lama juga kamu bergerak.”

Fandi menatap kesal pada Reno yang hanya tertawa “Kamu tahu apa yang terjadi sebenarnya! Anak mereka masih setahun dan hamil lagi, bisa jadi beberapa minggu lagi melahirkan. Aku berharap tidak melihat proses dia melahirkan, cukup sekali aku mengetahui dia melahirkan.”

Reno tertawa “Kita bahas hal lain aja.”

Mereka berdua membicarakan banyak hal dan kali ini tidak membahas tentang perselingkuhan. Reno mengambil jalan aman dengan membahas hal lain yang berhubungan dengan tempat Fandi berada nantinya, mengambil apartment yang harganya sedikit lebih mahal, semua dilakukan Fandi untuk menyenangkan dirinya agar bisa istirahat dengan sangat tenang dan nyaman.

“Aku pulang dulu.”

Menatap kamarnya yang sudah tersedia koper dan tanda akan dirinya akan berangkat meninggalkan negara ini, meninggalkan semua kenangan buruk bersama wanita itu dan banyak hal lain. Perjalanan dari cafe ke rumah tidak membutuhkan waktu yang lama, Fandi memutuskan tidur di rumah orang tuanya karena setelah itu tidak bertemu lagi dengan mereka. Suara ketukan pintu membuat Fandi menatap pintu, melangkahkan kaki untuk membukanya.

“Bisa bicara?” Fandi menganggukkan kepalanya “Di taman?” sekali lagi hanya menganggukkan kepalanya.

Melangkahkan kakinya ke taman bersama dengan kakak pertamanya, Seno. Mereka empat bersaudara dan yang terakhir adalah perempuan dengan jarak yang cukup jauh. Melihat keadaan rumah yang sepi membuat Fandi menatap bingung, tadi pada saat datang tidak terlalu memperhatikan.

“Jadi berangkat ke Singapore?” Seno langsung bertanya yang diangguki Fandi “Ibu sama bapak di rumah sakit, Gea melahirkan.” Fandi sekali lagi menganggukkan kepalanya “Kamu hebat bisa memaafkan Gea, padahal aku saja belum tentu bisa apalagi melihat dia bersama saudara sendiri.” Fandi sedikit terkejut dengan kata-kata Seno “Aku tahu sendiri, tatapan kamu ke Gea sangat berbeda bahkan kamu tidak pernah mau terlibat ketika mereka menikah, kamu memang dekat sama Mia dan memperlakukannya sama dengan Sasa juga Dika...”

“Sebenarnya apa yang mau dibicarakan?” potong Fandi langsung.

Seno tersenyum mendengarnya “Aku hanya ingin kamu bahagia, kalau bisa dapat wanita yang lebih baik dari Gea.”

“Tanpa diminta pastinya aku akan lakukan.”

“Kamu bisa mengambil waktu yang kamu butuhkan, tapi satu hal yang pasti kembali kalau sudah mendapatkan wanita itu. Gimana-gimana ibu sama bapak juga mau kamu bahagia, terima kasih nggak melakukan keributan hanya karena masalah wanita.” Seno menatap dalam Fandi.

Mereka berdua terdiam, tidak ada kata-kata yang bisa mereka katakan kembali setelah apa yang terjadi. Sekali lagi Fandi harus mengingat tentang apa yang terjadi pada dirinya dengan Gea dan Hardian, mungkin ini terakhir kalinya dia mengingat wanita itu dan perbuatannya.

“Kapan berangkat? Kalau nggak mau melihat mereka, kamu bisa berangkat besok. Aku nanti yang bilang sama ibu bapak kalau kamu dadakan berangkat.”

Fandi terkejut dengan kata-kata Seno “Bagaimana...”

“Sebagai sulung, aku harus tahu apa yang dirasakan dan dipikirkan adik-adikku. Selama ini aku diam karena terlihat Hardian selalu merasa bersalah, tapi mendengar pembicaraan kalian membuat aku yakin kalau sudah selesai dan Hardian bagaimanapun juga korban yang sayangnya sangat mencintai Gea.”

Fandi membenarkan perkataan Seno, alasan utamanya tidak membuat masalah besar adalah tatapan cinta mereka berdua. Hal yang tidak pernah Gea perlihatkan pada dirinya selama bersama, baik itu kencan biasa atau saat melakukan hubungan intim, semua berbeda saat Gea bersama dengan Hardian.

“Carilah kebahagianmu dan segera kembali.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Behind The Close Door   End

    "Sudah tidur mereka?""Barusan, ada apa?" "Aku nggak menyangka kita bisa melewati semua masalah, punya anak-anak yang lucu.""Kamu nggak kasih aku istirahat, masa setiap tahun melahirkan kaya kejar target aja." Dona mengerucutkan bibirnya yang langsung mendapatkan ciuman singkat dari Fandi."Kamu hebat dan luar biasa, melahirkan tiga anak setiap tahun." "Kamu yang kebangetan nggak biarin aku istirahat." Dona mengerucutkan bibirnya "Tapi...waktu lihat mereka lahir rasa sakit seketika hilang, aku langsung jadi penasaran kalau punya lagi akan mirip siapa.""Tapi...kenapa anak kita dan Azka nggak ada yang kembar ya?" "Mau kembar?" Dona menatap tanda tanya."Bukan gitu, kalian berdua kan kembar terus kenapa anak kalian nggak ada yang kembar?"Dona mengangkat bahunya "Belum mungkin, sekarang juga nggak kembar.""Apa kita buat kembar setelah ini lahir?" Dona membelalakkan matanya mendengar kalimat

  • Behind The Close Door   Bicara Tidak Jelas

    "Kamu mau ke Singapore aja? Sudah yakin? Memang nggak pecah itu kepala diisi belajar mulu?""Aku buat karya ilmiah disana, setidaknya sampai anak kita lahir.""Kita disini juga nggak ada masalah.""Kasihan ayah sama bunda kamu, mereka pastinya butuh anak disana. Anggap aja sebagai bakti ke orang tua.""Gimana sama mama dan papa?""Disini ada banyak anak-anaknya, beda sama ayah dan bunda. Anaknya cuman kamu sama Azka, apalagi Azka lebih senang di agency daripada ngurus perusahaan disana. Azka bilang pecah kepalanya kalau urus perusahaan disana, dia coba udah gatal pengen keluar."Dona berdecih mendengar kata-kata yang Azka ucapkan ke Fandi, Azka memang nggak suka lihat angka atau apapun itu. Azka lebih menyukai suara musik, membuat musik membuat jiwanya tenang, tidak salah jika opanya menyiapkan masa depan mereka masing-masing."Dia bukan pecah kepala aja, tapi gatal pantatnya kalau kelamaan duduk lihat angka dan baca per

  • Behind The Close Door   Hamil

    "Tokcer juga.""Jelas!" Fandi berkata dengan nada bangga dan penuh kesombongan."Kita sama sekali nggak membayangkan kamu bakal hamil lebih cepat.""Sama, ma. Kita sama sekali nggak nyangka bakal secepat ini.""Kita jadi ikut bahagia waktu Fandi kasih kabar lewat pesan, percaya nggak percaya. Apalagi kalian langsung pisah, kamu sibuk sama kerjaan dan Fandi juga sama."Dona dan Fandi hanya tersenyum mendengar kalimat sang mama, sebenarnya memang tidak bisa ditebak sama sekali. Dona tidak merasakan apapun sama sekali ketika di Singapore, masalah pekerjaan membuat Dona yang tidak merasakan tanda-tandanya. Saat bertemu Fandi seketika terjadi perubahan dan mereka segera memutuskan perika menggunakan alat tes kehamilan yang dijual umum, hasilnya positif dan tanpa menunggu waktu langsung menuju dokter kandungan di rumah sakit. Hasilnya tidak jauh berbeda, tapi bagusnya mereka langsung mengetahui usia kehamilan yang ternyata sudah ada dari sebelu

  • Behind The Close Door   Pembicaraan Dalam

    "Kenapa, bang?""Masih lama Dona?""Abang ini aneh, masih ada satu jam kali."Fandi menghirup udara banyak agar sedikit lebih tenang, biarkan Lita menganggap dirinya merindukan Dona padahal memikirkan hal yang tidak penting."Pekerjaanmu bagaimana?" Fandi membuka pembicaraan terlebih dahulu.Lita menghembuskan napas panjangnya "Aku masuk waktu lagi banyak event, makanya aku sering pulang malam. Apartemen yang diminta Mbak Dona tempati bisa membuat aku nggak perlu dengar mama ngomel.""Kamu jadi kerja di H&D?" Fandi memastikan kembali.Lita menganggukkan kepala tanpa ragu "Kurang dua tahap lagi, bang. Aku juga sering ketemu Tama buat tanya-tanya, kadang kalau luang juga ke cafenya Mbak Naila buat belajar.""Memang ditempatin dimana?" Fandi tidak tahu pembicaraan kedua wanita tersebut."Rencananya sih agency, Mbak Dona minta aku disana bantuin Mas Azka. Mbak Reina yang mantan istrinya sudah nggak disana,

  • Behind The Close Door   MDR

    "Hubungan jarak jauh? Memang enak? Sudah menikah tapi pisah.""Sementara, lagian cuman beberapa hari.""Tetap saja nggak enak secara nggak ada yang menghangatkan, hubungi Ratih aja.""Kami sudah berakhir lama."Fandi meninggalkan meja setelah tidak ada pembicaraan lebih lanjut, pembicaraan yang tidak memberikan manfaat apapun. Dua hari setelah di rumah Vivi memberi kabar untuk ke Singapore dimana ada perusahaan yang membutuhkan dipastikan dan Dona sangat ahli dalam hal itu. Disamping itu harus melakukan rapat bulanan yang mengharuskan Dona dan ayahnya berada disana."Maaf, pak.""Pras, sudah mau wisuda?" Fandi menatap mahasiswa yang baru lulus atau bisa dikatakan telat."Ya, akhirnya.""Kemana setelah ini?" "Belum tahu, pak. Saya sudah bekerja di event organizer, bukan pekerjaan di firma hukum tapi setidaknya saya bekerja dengan posisi bagus.""Bagus kalau begitu, apa kamu nggak ingin melanjut

  • Behind The Close Door   Bulan Madu (21+)

    "Dalam...ahh...lebih....ahh...."Dona meremas rambut Fandi atas apa yang dilakukan dibawah, jilatan yang dilakukan dengan memasukkan jemarinya membuat Dona bergerak tidak menentu, menarik kepala Fandi menghentikan kegaiatannya dibawah sana. Melumat kasar bibirnya menyalurkan hasrat dan gairahnya, mendorong tubuh Fandi agar berbaring dan berganti dengannya.Memberikan sentuhan pada tubuh Fandi dengan gerakan sensual, melihat itu Fandi hanya bisa mendesah dengan meremas rambut Dona, bibirnya sudah beralih ke bawah dengan memegang milik Fandi. Memasukkan kedalam mulut, memberikan jilatan pada kepalanya sebelum memasukkan kedalam mulut, gerakan maju mundur dilakukan yang membuat Fandi mendesah keras atas perbuatan Dona, mendengar suara Fandi membuat Don semangat.Memberikan tatapan menggoda dibawah sana disertai dengan jilatan kasar pada milik Fandi yang diikuti dengan gerakan tangannya yang bermain pada telurnya, Fandi mendesah keras atas semua yang Dona laku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status