Home / Mafia / Belenggu Cinta Sang Don Juan / Bab 2 Seperti Berjalan di Atas Bara

Share

Bab 2 Seperti Berjalan di Atas Bara

Author: Silentia
last update Last Updated: 2025-10-02 18:21:44

Malam merambat semakin pekat. Lampu-lampu kristal bergemerlapan di langit-langit aula hotel megah itu, memantulkan cahaya bagai ribuan bintang yang sengaja dipasang hanya untuk malam ini. Dinding-dinding berhias marmer putih berkilau, meja-meja panjang dipenuhi lilin dan bunga segar yang ditata begitu indah. Musik lembut mengalun, mengiringi para tamu yang berdatangan dengan gaun mahal dan jas yang penuh wibawa.

Semua orang tahu, malam ini bukan pesta biasa.

Ini adalah malam pernikahan Don muda Drazhan Alvaro, pewaris dinasti mafia yang namanya menancap di benak banyak orang, menimbulkan gentar sekaligus hormat.

Namun yang membuat malam ini menjadi pusat perhatian bukan hanya karena sosok sang Don, melainkan karena sebuah teka-teki Siapa wanita yang berani, atau mungkin dipaksa, menjadi istrinya? menjadi istri seorang pria dingin yang tak memiliki hati.

Alessia berdiri di ambang pintu aula, jantungnya berpacu tak karuan. Gaun putih panjang yang melekat di tubuhnya terasa bagai rantai yang berat, bukan kebahagiaan. Jemarinya menggenggam erat buket bunga, namun tangan itu gemetar seolah tak sanggup menanggung beban nasibnya sendiri.

Ia tak pernah membayangkan dirinya berada di tempat semewah ini, apalagi menjadi pusat perhatian ratusan pasang mata. Setiap langkah yang ia ambil menuju lorong pernikahan seperti berjalan di atas bara, membuat napasnya sesak.

Di ujung lorong, berdiri seorang pria yang selama ini hanya disebut-sebut dengan nada hormat dan takut. Drazhan Alvaro.

Jas hitamnya terjahit sempurna, posturnya tegap, wajahnya rupawan, namun dingin bagai pahatan marmer. Tatapannya menusuk, memerintah, sekaligus menakutkan. Tak ada senyum, tak ada kelembutan. Hanya keheningan yang sarat ancaman.

Alessia menunduk dalam, tak berani menatap matanya. Saat jarak di antara mereka semakin dekat, Drazhan mengulurkan tangannya. Sebuah gerakan sederhana, namun terasa seperti belenggu besi yang mengikat erat.

“Ambil tanganku,” suaranya berat, penuh perintah.

Dengan ragu, Alessia menyambut uluran itu. Jemari mereka bersentuhan, dan seketika tubuhnya bergetar. Telapak tangan pria itu dingin, namun genggamannya kuat, bahkan terlalu kuat, hingga membuat Alessia merasa benar-benar tak berdaya.

♣♣♣

“Dengan ini… sah!”

Tepuk tangan bergema, sorakan ucapan selamat terdengar dari segala penjuru aula. Para tamu bersorak, sebagian tersenyum penuh rasa ingin tahu, sebagian lagi berbisik sinis.

Kini, Alessia resmi menjadi Nyonya Alvaro.

Istri dari seorang Don yang bahkan tak ia kenal.

Ia menoleh sekilas pada Drazhan. Lelaki itu tetap dingin, seolah pernikahan hanyalah sebuah transaksi bisnis. Tidak ada senyum, tidak ada ucapan manis, hanya tatapan datar yang membuat dada Alessia semakin sesak.

“Angkat wajahmu,” bisik Drazhan pelan, namun tajam. “Semua orang memperhatikan kita. Jangan mempermalukanku.”

Alessia menelan ludahnya yang pahit. Dengan paksa ia mendongak, tersenyum tipis, meski hatinya terasa remuk.

Senyum Alessia menghilang saat melihat barisan depan tamu, seorang wanita berdiri dengan anggun. Gaun merah menyala membalut tubuhnya yang sempurna, rambut pirang keemasan terurai indah. Ia adalah Seraphine Morelli, model terkenal sekaligus kekasih rahasia Don muda itu.

Tatapan Seraphine menelusuri sosok Alessia dari ujung kepala hingga kaki. Senyum tipis terukir di bibirnya, senyum yang penuh penghinaan. Seakan ingin berkata, kamu bukan siapa-siapa. Kamu hanya pion kecil dalam permainan ini.

Alessia merasakan bulu kuduknya meremang. Ada sesuatu yang asing sekaligus mengintimidasi dari cara wanita itu menatapnya tapi ia hanya bisa berpura-pura tak peduli, karena genggaman Drazhan di tangannya semakin erat, memaksa dirinya tetap tegak.

“Selamat, Don,” ucap Seraphine ketika mereka lewat di hadapannya.

“Terima kasih,” jawab Drazhan singkat, nyaris tanpa ekspresi. Namun sorot matanya yang singgah sekejap pada Seraphine membuat hati Alessia tercekat. Ada sesuatu di antara mereka, sesuatu yang jelas tak bisa ia pahami, tapi cukup untuk membuatnya merasa terbuang sejak malam pertama pernikahannya.

Alessia mencoba kuat dan sadar. Sudah menjadi rahasia umum Drazhan beberapa kali digosipkan memiliki hubungan dengan Seraphine. Hampir seluruh acara gosip menyiarkan berita mereka.

Alessia lelah, ia ingin menghilang detik ini juga tapi Drazhan menariknya berkeliling menyapa para tamu, tersenyum kaku di sampingnya. Ia tak mengenal siapa pun, tapi ia tahu, sebagian besar yang hadir malam ini adalah orang-orang berpengaruh, pengusaha, politisi, bahkan orang-orang dengan wajah kejam yang hanya bisa ia lihat di balik berita kriminal.

Bisikan-bisikan terdengar di belakang punggungnya.

“Cantik, tapi terlalu lugu untuk menjadi istri seorang Don.”

“Mungkin hanya gadis miskin yang beruntung.”

“Berapa lama menurutmu dia akan bertahan?”

Alessia menggigit bibir, menahan air mata agar tidak jatuh di depan umum.

Namun Drazhan, dia tetap datar, seolah tak mendengar apa pun. Pria itu seperti tuli dan tak berekspresi.

♣♣♣

Malam semakin larut, tamu-tamu mulai berkurang. Ketika musik terakhir berhenti, Drazhan menepuk pundak Alessia singkat. “Cukup. Ayo.”

Mereka berjalan menuju lift suite mewah di lantai atas. Pintu suite terbuka, menyingkap ruangan luas dengan ranjang king-size berhias kelambu putih, lampu temaram, dan aroma bunga mawar yang kental.

Namun suasana itu bukanlah romantis. Bagi Alessia, kamar itu terasa bagai sel penjara.

Ia berdiri kaku di ambang pintu, jemarinya meremas buket bunga hingga kelopaknya hancur.

“Tu—Tuan… apa yang harus saya lakukan?” suaranya lirih, gemetar.

Drazhan menanggalkan jasnya, meletakkannya di kursi, lalu menatap Alessia dengan dingin.

“Kamu hanya perlu mengingat satu hal.”

“Apa itu?” bisik Alessia, nyaris tak terdengar.

Pria itu mendekat, langkahnya mantap, sorot matanya menusuk dalam.

“Pernikahan ini hanya formalitas. Kamu tidak perlu menuntut apa pun dariku, apalagi cinta. Kamu di sini karena aku membiarkanmu, bukan karena aku menginginkanmu.”

Kata-kata itu menghantam Alessia bagai belati. Dadanya terasa sesak, matanya panas menahan air mata.

Drazhan melanjutkan dengan suara dingin, “Jangan pernah bermimpi menyentuh hatiku. Jangan pernah mencoba melawan. Jikakaumu patuh, kamu akan hidup nyaman. Jika tidak…” ia berhenti sejenak, menatap tajam, “…kamu akan merasakan sisi gelapku yang sebenarnya.”

Alessia terdiam, tubuhnya membeku.

Malam yang seharusnya penuh cinta, berubah menjadi malam terkelam dalam hidupnya.

Untuk pertama kalinya, ia sadar sepenuhnya bahwa ia bukan lagi Alessia Ardelia si gadis biasa.

Kini, ia adalah Nyonya Alvaro, seorang istri yang terbelenggu dalam cinta palsu, dalam dunia mafia, di sisi pria yang hatinya tertutup rapat.

Dan belenggu itu, baru saja dimulai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Belenggu Cinta Sang Don Juan   Bab 61 Runtuhkan Hatinya, Maka Tubuhnya Mengikuti

    Lima menit setelah kejadian di balkon, seluruh komplek mansion berubah menjadi benteng perang. Lampu sorot dinyalakan, alarm keamanan tersembunyi aktif dan puluhan anak buah Drazhan diposisikan di sudut-sudut strategis. Senjata berat muncul dari ruang bawah tanah seperti hewan buas yang dibangunkan.Drazhan duduk di tepi ranjang Alessia, mengusap perlahan pipi istrinya yang masih berdarah. Luka tipis, tapi cukup untuk membuat amarahnya melonjak melewati batas manusia.Dokter pribadi Drazhan mengobati luka Alessia tapi tangan Drazhan tidak pernah sekali pun melepaskan pinggangnya. Tubuh Alessia masih gemetar, ekspresinya pucat dan itu saja cukup untuk menyalakan neraka di dada Drazhan.Ketika dokter selesai, Drazhan berdiri dalam diam yang mematikan.Rafael tahu tanda itu. Semua orang di ruangan tahu. Drazhan bukan hanya marah. Dia berubah menjadi sesuatu yang tidak boleh dibangunkan.“Rafael,” vokalnya rendah bagai racun.“Ya, Tuan?”“Siapkan mobil lapis baja. Bawa orang-orang yang se

  • Belenggu Cinta Sang Don Juan   Bab 60 Orang yang Seharusnya Mati Dua Belas Tahun Lalu

    Malam itu sunyi, terlalu sunyi. Tidak ada burung malam, tidak ada angin yang menerpa pepohonan. Seolah dunia menahan napas.Alessia berdiri di balkon kamarnya, memandang lampu-lampu taman sendirian. Drazhan sedang berada di ruang rapat bawah, mengatur serangan selanjutnya untuk memburu Seraphine san anehnya, Alessia merasa ada sesuatu di udara yang tidak bisa ia jelaskan. Rasa dingin yang bukan berasal dari hujan. Ia memeluk dirinya, hendak masuk kembali ke kamarSaat Alessia berjalan satu langkah, ia mendengar suara kecil. Suara yang tak wajar. Ia segera menoleh dan mendapati sebuah batu kecil memantul di lantai balkon. Terikat pada seutas tali tipis warna hitam.Alessia mendekat perlahan. Jantungnya mulai berdegup aneh ketika ia meraih benda itu..Batu itu diikatkan pada sebilah gigi manusia.Darahnya langsung membeku. Tangannya bergetar, hampir menjatuhkan benda mengerikan itu. Sebelum Alessia bisa bergerak, sesuatu berdesing cepat dari bawah. Suara tembakan cukup keras dan kaca bal

  • Belenggu Cinta Sang Don Juan   Bab 59 Sergei Pasti Meninggalkan Jejak di Sana

    Rumah besar milik Alexei dipenuhi ketegangan yang menajamkan udara malam. Pintu ruang kerja terbanting ketika Alexei masuk, wajahnya gelap, sorot matanya tajam seperti bilah yang baru diasah. “Dia kabur,” desisnya, suaranya rendah namun penuh ledakan yang tertahan. Viktor yang berdiri di dekat jendela langsung menoleh. “Seraphine tidak punya cukup orang untuk melakukan itu. Siapa pun yang membawanya keluar pasti bukan kelompok kecil.” Alexei menghantam meja kayu dengan tinjunya..“Dia tidak bisa menghilang begitu saja! Dia tidak cukup pintar untuk merencanakan pelarian bersih.” “Kami dapat laporan dari lapangan.” Mikhail meletakkan beberapa berkas dan foto di meja. “Orang yang membawa Seraphine kabur menghancurkan semua CCTV tapi ada satu hal, satu kesalahan kecil.” Alexei mendekat dengan langkah besar, meraih foto buram yang dicetak dari rekaman terakhir CCTV sebelum kamera dihancurkan. Gambar itu menunjukkan seorang pria berjas gelap keluar dari mobil van. Hanya sebagian wajah

  • Belenggu Cinta Sang Don Juan   Bab 58 Tuan Sergei

    Van hitam itu berhenti di sebuah gudang tua di pinggiran kota. Udara di dalam pengap, bau besi karat dan bahan bakar memenuhi ruangan. Seraphine terseret keluar oleh dua pria bersenjata, lalu diseret ke sebuah ruangan luas yang diterangi satu lampu gantung berayun pelan. “Lepaskan dia!” Suara itu berat, dalam, dan mengandung wibawa dingin yang langsung membuat seluruh penjaga menunduk. Seraphine mendongak pelan, pandangannya kabur tapi tajam. Di hadapannya berdiri seorang pria berusia sekitar lima puluhan, mengenakan mantel hitam panjang, dengan mata tajam yang mirip dengan mata milik Drazhan, namun lebih tua, lebih licik. Pipi kirinya menyimpan luka lama yang membentuk garis miring dari tulang pipi hingga rahang. “Sergei,” desis Seraphine pelan. “Aku pikir kamu sudah mati beberapa tahun lalu, bahkan aku sempat menghadiri pemakamanmu.” Pria itu tersenyum miring. “Dunia hanya tahu apa yang kuizinkan mereka tahu.” Seraphine menatapnya lekat-lekat, lalu tertawa lirih. “Jadi, paman

  • Belenggu Cinta Sang Don Juan   Bab 57 Aku Ingin Mereka Semua Hancur

    Langit sore di atas gedung pengadilan tampak berat, seakan ikut menindih setiap napas yang keluar dari dada Seraphine. Ia duduk di kursi terdakwa dengan borgol di pergelangan tangan, wajahnya pucat, rambutnya berantakan, dan senyum tipis yang selama ini menjadi senjata paling mematikan kini tak lagi mampu menyembunyikan kehancurannya.Ruang sidang dipenuhi wartawan dan pejabat tinggi. Mikrofon-mikrofon diarahkan padanya, kilatan lampu kamera menyambar tanpa henti. Di meja depan, jaksa membacakan tuntutan dengan suara lantang, setiap kata mengiris seperti belati.“Terdakwa Nona Seraphine dijatuhi dakwaan berlapis, penculikan, penyiksaan berat, percobaan pembunuhan terhadap Nyonya Alessia Drazhan, serta pembunuhan berencana terhadap dua korban lain. Semua bukti telah dinyatakan sah dan tak terbantahkan.”Seraphine mendengar dakwaan untuknya tanpa berkedip. Semua urat-uratnya terasa menegang, ia belum siap dengan semua ini. Ia ingin memohon pada Drazhan yang hadir paling depan tapi pria

  • Belenggu Cinta Sang Don Juan   Bab 56 Dunia Sudah Membongkar Sebelum Hakim Berbicara

    Udara di dalam sel itu lembap, bau karat bercampur keringat dan sabun murahan menyesakkan dada. Seraphine duduk bersandar pada dinding dingin di pojok ruangan berukuran tiga kali tiga meter. Matanya menatap kosong pada bayangan dirinya yang terpantul samar di lantai semen yang basah.Tak ada cermin besar di sini.Tak ada cahaya kamera.Tak ada tepuk tangan, make-up, atau baju mahal yang dulu membuatnya tampak seperti dewi.Hanya wajah pucat dengan mata sembab dan rambut yang kusut, lepek oleh keringat dan air mata.Hari pertama ia masih menjerit, memaki sipir dan semua orang yang lewat di koridor. Hari kedua, ia mulai diam. Hari ketiga, semua teriakannya berubah menjadi bisikan.“Aku bukan penjahat.”“Aku hanya mencintainya.”Namun bisikan itu tak menggema ke mana pun. Dinding penjara hanya memantulkan kejujuran yang selama ini ia tutupi di balik glamor.Seraphine memejamkan mata. Dalam pikirannya, wajah Drazhan kembali muncul. Tegas, dingin. Namun dulu, ia pernah melihat senyum di wa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status