LOGINPERINGATAN: KONTEN DEWASA (21+) Dante Obsidian dan Vera Nyx sudah menjadi ‘teman malam’ selama delapan bulan. Dalam kontrak mereka, tidak boleh ada perasaan dan keterikatan. Tapi tiba-tiba, Dante mengubah segalanya secara sepihak. Dengan gelang pelacak di pergelangan tangan dan amandemen kontrak yang gila, Vera berubah dari teman malam menjadi tawanan paling berharga milik Dante. “Kau lelah setia pada cinta, Vera? Bagus. Mulai sekarang, kau hanya perlu patuh padaku.”
View MoreVera mencengkeram seprei dengan jemari yang masih gemetar, sementara Dante membenamkan wajahnya di ceruk leher Vera, mengambil napas dalam-dalam seolah baru saja menyelesaikan marathon yang brutal.
Pria itu telah menuntaskan ‘permainan’ mereka dengan intensitas yang lebih gelap dari malam-malam sebelumnya. Seolah ia sedang mencoba menandai setiap inci dalam tubuh Vera. “Hhhh,” desah Dante, suara beratnya bergetar di kulit Vera, mengirimkan sisa gelombang gairah yang masih bisa membuat wanita itu merinding. “Bangun, Dante. Aku mau tidur sebentar sebelum pulang,” usir Vera, suaranya parau. Ia menepuk-nepuk pundak lebar Dante yang masih telanjang. “Malam ini aku agak lelah.” Dante tidak bergerak. Pria tiga puluh lima tahun itu justru menatap langit-langit kamar ‘khusus’ mereka dengan tatapan kosong yang mencekam. “Dante!” Suara Vera melengking, ia sudah siap meraih bantal untuk melemparkannya, tapi Dante bergerak lebih cepat. Dalam satu gerakan sigap dan refleks yang lincah, Dante menangkap pergelangan tangan Vera dan menguncinya di atas bantal. Pria itu memutar posisi. Kini ia mengunci Vera sepenuhnya, menjepit tubuh mungil itu dengan kedua kaki di kiri-kanan pinggul Vera menggunakan lutut yang ditekuk kuat. Tatapan kosong Dante perlahan menajam, fokus sepenuhnya pada manik mata Vera yang sekarang membulat karena terkejut dan sedikit waspada. Dante tidak melepaskan cengkeramannya, justru jemarinya menelusuri nadi di pergelangan tangan Vera, merasakan detak jantung wanita itu yang memburu tidak beraturan. “Delapan bulan,” gumam Dante tiba-tiba, suaranya serak dan sangat rendah. Vera mengernyit, napasnya tercekat karena bobot tubuh Dante yang mendominasi setengah tubuhnya. “Hmm?” “Sudah delapan bulan kita menjalani omong kosong ini. Datang jam sepuluh malam, bercinta sampai habis napas, lalu kau atau aku akan sama-sama saling mengusir.” Dante mendekatkan wajahnya, menyeringai miring. “Kau tahu apa yang kupikirkan saat menatap langit-langit tadi, Vera Nyx?” Vera menggeleng kaku, insting waspadanya sebagai seorang wanita yang keras kepala mulai menyala cepat. “Dante, minggir. Kau menakutiku.” “Bagus,” bisik Dante tepat di depan bibir Vera, aroma maskulinnya mengintimidasi indra penciuman Vera. “Rasa takut itu penting. Itu artinya kau sadar posisimu di hadapanku.” Dante memindahkan satu tangannya dari pergelangan tangan Vera untuk merogoh saku celana jeans-nya yang tergeletak di lantai dengan susah payah tanpa bangkit, lalu mengeluarkan ponselnya. Ia mengetik sesuatu dengan cepat, lalu melempar ponsel itu ke samping bantal Vera. “Kontrak lama hangus. Aku sudah menghapusnya dari penyimpanan online kita,” ucap Dante dingin. “Kau gila?! Itu peganganku supaya kau tidak macam-macam, Dante Obsidian!” seru Vera panik, wajahnya memerah karena amarah yang mulai naik. “Dan ini pegangan barumu,” Dante menekan dadanya sendiri ke dada Vera, memaksa wanita itu merasakan degup jantungnya yang keras, seirama dengan detak jantung Vera. “Mulai sekarang, tidak ada lagi aturan ‘pulang atau bubar sebelum pagi’. Tidak ada lagi aturan ‘hanya di kamar ini’. Jika aku ingin memilikimu di meja kerjamu, aku akan datang. Jika aku ingin kau menemaniku tidur semalaman hanya karena aku butuh memeluk sesuatu, kau tidak berhak menolak.” Vera memberontak hebat, mencoba menendang dengan kakinya, tapi Dante mengunci kedua paha wanita itu makin erat dengan lututnya yang kuat dan kokoh. “Itu perbudakan, Dante! Bukan kesepakatan!” “Sebut saja sesukamu,” Dante mengecup kasar rahang Vera, meninggalkan jejak panas dan tanda kepemilikan di sana. “Tapi selama delapan bulan ini, aku melihat caramu menatapku saat kau mencapai puncak. Kau milikku, Vera Nyx. Tubuhmu tahu itu lebih dulu daripada otak keras kepalamu ini.” Dante mengangkat wajahnya lagi, menatap Vera dengan dominasi mutlak yang tidak menyisakan ruang untuk negosiasi. “Jadi, pilihannya sederhana. Revisi kontrak ini. Kau milikku dua puluh empat jam, atau kau keluar dari pintu itu sekarang tapi aku pastikan hidupmu di luar sana akan seperti di neraka. Aku akan menghancurkan siapa pun pria yang berani menatapmu, apalagi menyentuhmu.” Dante menanti jawaban, napasnya memburu, menunggu Vera menyerah pada kegelapan yang ia tawarkan. Vera menarik napas tajam, kemarahan berkilat di matanya yang indah namun tajam. “Kau bajingan, Dante!” Satu detik setelah kalimat itu keluar, Vera mengumpulkan seluruh keberanian dan sisa harga dirinya. Ia meludah tepat ke arah wajah Dante. Sebentuk tindakan penghinaan tertinggi bagi pria yang paling ditakuti di Arcadia City. Dante mematung. Setetes cairan itu mengalir di pipinya yang tegas. Suasana di kamar itu mendadak menjadi sangat dingin, seolah oksigen terserap habis. Vera mengira Dante akan meledak marah, lalu mencekik atau menamparnya, tapi yang ia dapatkan justru jauh lebih mengerikan. Dante menyeringai. Sebuah seringai khas yang licik, seolah menggambarkan bahwa pria itu telah menemukan mangsa yang paling menarik. Ia mengusap pipinya dengan punggung tangan, lalu menatap Vera dengan tatapan tajam yang intens. “Kau baru saja membuat kesalahan paling nikmat dalam hidupmu, Vera,” bisiknya. Bisikan Dante memang selalu mesum. Dengan napasnya yang panas menyapu kulit Vera. Jari-jarinya mengelilingi areola tanpa menyentuh puting, lingkaran kecil yang semakin menyempit tapi tetap menghindari titik paling sensitif, sehingga Vera mulai menggeliat dan napasnya tersengal.Sebagai balasan, Vera meraih leher Dante, menariknya lebih dekat dan menggigit kuat bibir bawah pria itu, lalu menjilatnya lambat sambil tangannya turun meremas penis Dante dari luar celana, memompanya pelan tapi tegas hingga terasa berdenyut di telapaknya.“Ggrrh,” Dante menggeram rendah, tapi tetap sabar. Ia menunduk, mulutnya mendekati satu puting Vera—hanya meniupkan napas panas berulang kali, lalu lidahnya menyapu ringan di sekitar tanpa benar-benar menangkapnya.“Kau sudah basah belum? Aku bisa mencium bau vaginamu yang sudah haus dari sini,” ejeknya serak, tangan kanannya akhirnya turun ke paha dalam Vera, mengusap kulit lembut naik-turun tanpa menyentuh celana dalam, jari-jarinya hanya sesekali menyapu
Vera segera melirik Dante. Pria itu masih fokus pada layarnya. Apa Dante tidak tahu soal ini? Seharusnya pria itu tidak mungkin diam saja jika menyadarinya.Vera mencoba menalar. Mungkinkah algoritma keamanan Dante hanya dirancang untuk mendeteksi ancaman kode digital atau upaya peretasan sistem, namun gagal membaca pesan visual yang disisipkan secara manual? Sebuah celah ‘analog’ yang mungkin sengaja digunakan Arlo karena pria itu mungkin tahu Dante terlalu memuja kecanggihan teknologinya sendiri.Vera mengembuskan napas tegang. Segera menghapus riwayat tampilannya.Ia merasa muak sekaligus cemas. Ada keinginan kuat untuk memperingatkan Arlo agar pria itu menjauh sebelum Dante benar-benar menghancurkannya. Karena Vera yakin, tindakan Dante berpotensi jauh lebih mengerikan dari Arlo jika pria itu terus memprovokasi Dante.Namun melihat gelang di tangannya, Vera tahu itu mustahil. Ia tidak mau peduli pada pesan itu. Atau setidaknya, ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tida
Dante berjalan menuju jendela besar, membelakangi Vera. “Istirahatlah. Saat kau bangun besok pagi, kau adalah Direktur Kreatif Obsidian Holdings. Dan aku akan memastikan kau menjalankan tugasmu dengan sempurna tepat di bawah pengawasanku.” Vera memperhatikan punggung tegak itu. Ada perubahan yang nyata dalam cara Dante berdiri dan bicara. Seakan pria itu kembali menjadi Dante yang dingin, menjaga jarak emosional seperti selama delapan bulan kebersamaan mereka. Pria itu seolah baru saja memasang topeng sekaligus pertahanan diri yang tidak bisa ditembus. Vera yakin ia tidak salah duga. Ia sangat mengenal partner seks-nya itu. Dante yang meledak-ledak karena cemburu selama dua hari ini seolah telah mati, digantikan oleh sosok penguasa yang jauh lebih berbahaya karena pria itu terlihat tidak lagi menunjukkan emosinya. Vera memejamkan mata, mencengkeram bantal. Ia tidak tahu perubahan Dante bersifat sementara atau nantinya pria itu akan menunjukkan topeng lain padanya, ia sungguh
Belum sempat Vera membalas, dengan kasar, Dante merenggut kemeja putih yang dikenakan Vera hingga kancing-kancingnya terlepas. Memantul di lantai marmer dengan suara denting bersahutan.“Dante! Hei, mau apa kau?” Vera menahan, tapi tentu tidak ada gunanya. “Dante!”Dante mendorong Vera hingga telentang di ranjang medis, tidak memedulikan protes wanita itu. Dengan kecepatan yang tidak terduga oleh Vera, pria itu meraih tali penahan dari sisi ranjang—fasilitas yang seharusnya digunakan untuk pasien darurat, namun kini beralih fungsi menjadi instrumen obsesi Dante.Dante mengikat kedua tangan Vera di atas kepala, menarik cukup kencang hingga Vera terpaksa membusungkan dada dan terekspos sepenuhnya. Tidak berhenti di sana, ia menarik kedua kaki Vera dan menguncinya dengan ikat pergelangan kaki ranjang, memaksa inti kewanitaan Vera terbuka lebar dan tak berdaya di bawah lampu medis yang terang.“Dante, apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!” Vera meronta, namun tenaga Dante yang sedang dira
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.