Share

4 // Sensual Sensation

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-20 14:18:52

"Raaf..."

Perkataan Mika tertelan oleh ciuman Rafka yang ganas dan datang dengan bertubi-tubi.

Wanita bersurai panjang itu mencoba untuk berontak, namun Rafka telah mengunci semua pergerakannya.

Rafka menekan tubuhnya ke dinding lift yang terasa dingin hingga Mika tak berkutik, juga mencengkram kedua pergelangan tangannya di atas kepala.

"Mmmp..."

Kembali Mika berusaha untuk berbicara, namun lagi-lagi ia gagal karena Rafka yang tengah menjajah dan menguasai bibirnya. Pria itu seolah sedang berpesta pora dengan mulut Mika dan seluruh isi di dalamnya.

Rafka mengobrak-abrik dengan lidahnya yang bergerak liar di dalam mulut Mika, lalu menyesap kuat lidah wanita itu.

"Sstoopmmmh..."

Lift yang membawa mereka terus bergerak naik, terlihat tak berhenti di satu lantai pun. Membuat Rafka merasa beruntung karena tak terganggu saat sedang menikmati Mika.

Ya, menikmati Mika.

Jika satu kata yang dapat ia gambarkan tentang perasaannya kepada Mika, itu adalah benci.

Ia benci dengan wanita ini, benci dengan pengkhiatan Mika hingga di ubun-ubun dan ingin Mika menderita!

Tapi sebenci-bencinya Rafka, ia tak bisa memungkiri jika Mika... sangat nikmat. Wanita ini, masih sama nikmatnya seperti dulu.

Pria itu menyukai bagaimana rasa mulut Mika masih sama manisnya seperti tiga tahun yang lalu. Bagaimana ledakan rasa bibir lembut itu memenuhi mulutnya, dan semakin membuatnya lapar.

Rafka menyesap seluruh rasa manis Mika dengan rakus, seperti seorang pengemis yang kelaparan.

Suara denting pelan menandakan pintu yang telah terbuka di lantai unit apartemen Mika, membuat Rafka tersadar dan melepaskan pagutannya.

Segaris seringai tipis mewarnai wajah tampan lelaki itu, ketika menyadari bahwa Mika pun tengah terseret ke dalam arus gairah yang sama seperti dirinya.

Manik gelap wanita itu terlihat dipenuhi oleh kabut gelap, dengan wajah yang merona karena hasrat.

Rafka menarik tangan mantan istrinya itu keluar dari lift untuk berjalan menuju unitnya Mika berada. Rafka membanting tubuh Mika tepat di depan pintu unit, membuat wanita itu menjerit pelan.

"Kamu masih ingat..." cetus Mika pelan, saat Rafka kembali mengungkung tubuhnya yang menempel di depan pintu dan mendongakkan wajah wanita itu.

Unit apartemen Mika ini adalah properti yang sama persis seperti yang dimiliki oleh wanita itu sebelum ia menikah dengan Rafka.

Saat Rafka menceraikannya dan pergi ke Bern, Swiss, Mika membeli lagi apartemen yang dulu pernah ia jual setelah menikah. Untungnya unit ini sedang kosong tidak ditempati siapa pun, hingga Mika pun segera pindah ke sini pasca bercerai.

"Kedengarannya mungkin menyedihkan, tapi aku memang tak bisa melupakan satu hal pun tentangmu," bisik Rafka di atas bibir Mika yang basah dan lembab akibat ulahnya.

Pengakuan itu adalah penutup dari percakapan singkat mereka, karena Rafka kembali menyerang bibir Mika dengan sama ganasnya seperti sebelumnya.

Pria itu sengaja mencumbu Mika di depan pintu unitnya, setelah memastikan bahwa ada kamera CCTV yang tepat menyorot posisi ini.

Seringai tipis diam-diam mewarnai wajah Rafka, saat Mika perlahan mulai membalas cumbuannya. Kedua tangan wanita itu kini telah terangkat dan mengalung di leher Rafka, bibirnya yang mulai membuka, lidahnya yang mulai aktif ikut bergerak.

Dan tubuhnya yang mulai bergetar diliputi gelora.

'Hanya aku yang tahu bagaimana memancing gairahmu dan membuatnya keluar melesat secepat kilat, Mika,' bisik pongah Rafka dalam hati dengan penuh kemenangan.

"Ah!"

Mika menjerit kaget ketika Rafka tiba-tiba saja membalikkan tubuhnya, hingga kini satu sisi wajah wanita itu menempel di pintu, dan bagian belakang tubuhnya menempel pada Rafka.

Mika menggigit bibirnya saat merasakan jemari Rafka yang meraba-raba area pinggangnya yang ramping, lalu turun hingga bulatan pinggulnya yang sensual.

Rasanya seperti gila.

Mika tak bisa menahan desahannya saat jemari pria itu mulai bergerilya di bawah tubuhnya untuk mengusap area sensitifnya dari balik gaunnya.

Seharusnya Mika menepis tangan kurang ajar itu, seharusnya Mika tak membiarkan dirinya dilecehkan dan diperlakukan seperti jalang oleh mantan suaminya sendiri.

Tapi Mika bahkan tidak mengerti dengan reaksi tubuhnya sendiri terhadap sentuhan Rafka. Mika membenci sebagian dari dirinya yang ternyata masih sangat merindukan Rafka dan saat ini malah sedang bersorak gembira.

"Aaa... hen-tikaan..." kuku Mika mencakar permukaan pintu unit apartemennya, sebagai pelampiasan rasa frustasi seksuall yang dihembuskan Rafka kepadanya.

Mika terisak lirih dan memejamkan mata, saat bibir Rafka kini mulai menyerang lehernya dari belakang, titik sensitifnya yang sangat Rafka hapal. Membuat lututnya yang sejak tadi gemetar kini sudah benar-benar lemas.

Mika tak sanggup lagi berdiri, dan ia hampir saja merosot jatuh ke lantai jika Rafka tidak segera meraih pinggangnya.

"Buka pintunya, Mimi," bisik Rafka dengan nada seduktif di telinga Mika. Ujung lidah lelaki itu keluar untuk menjilat ringan telinga Mika, membuat suara kesiap pelan lolos dari bibir wanita itu.

"Ayo kita lanjutkan di dalam."

***

Suara jeritan Mika yang berulangkali menguar di udara, terdengar sangat manis di telinga Rafka.

Ia suka 'menyiksa' wanita ini, yang ternyata masih sama menyenangkannya seperti dulu. Mika-nya yang lembut dan polos di luar, namun sangat sensual dan seksi di atas ranjang.

Mika merintih lirih. Ia sungguh sudah tidak tahan lagi, karena Rafka dan lidahnya yang mahir sejak tadi terus memporak-porandakan dirinya di bawah sana tanpa henti.

Semua akal sehat dan logikanya telah sirna entah kemana. Kendali dan harga dirinya sebagai seorang wanita pun kini seolah tak lagi berharga.

Mika bahkan sudah tidak memilikinya lagi di detik Rafka melucuti gaunnya dan membaringkannya di atas ranjang.

Otaknya serasa meledak ketika Rafka mengecup seluruh kulit di tubuhnya, sebelum kepala bersurai coklat itu turun dan mulai bergerilya di antara kedua pahanya.

Rafka benar-benar membuatnya tersiksa dan tenggelam dalam kenikmatan, sama seperti dulu. Semua yang Rafka lakukan persis seperti dulu. Selalu berhasil membuat Mika terhanyut seperti dulu.

Mika kembali menjerit saat pelepasan luar biasa kembali menderanya, entah untuk yang keberapa kalinya dalam setengah jam ini.

Suaranya telah berubah serak, seluruh tubuhnya gemetar tak terkendali akibat dahsyatnya hantaman orgassme yang baru ia rasakan, serta gulungan hasrat yang semakin lama semakin membutakan.

Di antara ribuan kunang-kunang yang serasa beterbangan di dalam kepalanya, sayup Mika mendengar suara tegukan pelan berkali-kali di bawah tubuhnya.

Wanita itu masih berjuang mengatur napasnya yang pecah tak beraturan, saat wajah Rafka muncul kembali ke hadapan setelah puas mereguk cairan cinta yang keluar dari tubuh Mika.

"Rasanya masih sama lezatnya," guman serak pria itu dengan suaranya yang semakin berat karena gelora. Manik biru kristal lelaki itu kini telah menggelap bagai ditutup oleh awan mendung hitam yang menatap tubuh sensual Mika dengan penuh nafsu.

Rafka tersenyum penuh arti melihat wajah Mika yang tak berdaya karena perbuatan bejatnya. Seperti yang ia duga, mantan istrinya ini tak kan sanggup menolak gairahnya.

Gairah yang serupa hewan predator buas yang bertemu dengan mangsanya yang lemah, lalu memakannya hidup-hidup.

Dulu Mika adalah kelemahannya. Hanya dengan melihat wajah cantik ini tersenyum, Rafka sudah tak mampu mengontrol sisi liarnya yang ingin menyantap Mika saat itu juga. Membuat Mika takluk dalam setiap sentuhannya.

Rafka menjilati kulit Mika yang lembab karena keringat, hingga akhirnya ia sampai di dua bulatan lembut dengan bentuknya yang sempurna. Lalu meraupnya dengan rakus ke dalam mulutnya.

"Aah!!" Mika mendesah keras dan menutup kedua matanya dengan satu punggung tangan, saat Rafka menggigit pelan puncaknya yang merah muda menggemaskan.

Manik biru kristal lelaki itu mengamati ekspresi mantan istrinya yang larut dalam gairah, dan Rafka pun merasakan sensasi sensual yang perlahan memenuhi seluruh pembuluh darahnya.

Rafka melepaskan bibirnya dari dadda Mika, untuk menghidu leher wanita itu yang telah dipenuhi oleh beberapa jejak cinta merah gelap akibat perbuatan beringasnya.

Selama beberapa saat, Rafka hanya menghirup kulit leher, wajah dan rambut hitam Mika yang berantakan namun sangat seksi.

Ia baru sadar, jika ia sangat merindukan aroma ini. Aroma percintaannya dengan Mika, yang rasanya sangat berbeda jika ia bercinta dengan wanita lain.

Aroma yang lembut dan manis, seperti vanilla bercampur musk.

Mika-lah yang membuatnya berbeda, dan kenyataan itu membuat Rafka merasa seolah seseorang sedang menendang dirinya.

Tidak. Tidak mungkin ia masih mencintai wanita ini!!

Rahang tegas lelaki itu terlihat bergerak-gerak menahan amarah. Sangat bodoh dan sangat dungu jika ia masih menyimpan rasa untuk Mika, wanita yang telah membuatnya berkubang dalam penderitaan selama 3 tahun terakhir ini!

Satu-satunya alasan dirinya kembali ke Indonesia kali ini tak lebih hanya untuk balas dendam, untuk menghancurkan Mika agar mantan istrinya ini sedikit merasakan apa yang ia rasakan.

'Ya, itu yang harus kamu lakukan, Rafka. Hancurkan Mika! Bukan terpengaruh pada kenangan manis di masa lalu, lalu melupakan perbuatan menjijikkan wanita ini yang tidur dengan lelaki lain di belakangmu!'

Rafka datang ke hadapan Mika dengan sejuta rencana yang telah tersusun rapi di otaknya, dan perlahan dilaksanakan satu persatu dengan sempurna.

Ia akan melakukan itu semua, meskipun pada akhirnya Rafka tak jua mampu menyangkal keberadaan hewan ganas yang ada di dalam dirinya, yang mengaum dan meloncat keluar setiap kali berada di dekat Mika.

Rafka menyapukan lidahnya di sepanjang tulang selangka Mika yang menyembul cantik, sebelum menyunggingkan senyuman samar dan menatap wajah cantik yang sayu di bawahnya.

"Enak, Mimi?" bisiknya lembut di telinga Mika sebelum kemudian dia mengulum bagian lembutnya.

Mika yang sedang berada di kondisi trans antara sadar dan tidak akibat terjangan hasrat berkali-kali yang menerpanya, hanya bisa menjawab dengan gumanan serak yang tak jelas.

"Jangan pingsan dulu, Sayang. Kita baru mau memulai hidangan utamanya. Dan jangan minta berhenti, karena aku tak yakin akan bisa berhenti," bisik Rafka lagi sambil menggigit pundak Mika, dan membuka lebar pahanya.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   42. Atas Nama Cinta (TAMAT)

    Suara riuh rendah gumanan dan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar disertai decit roda koper dan announcement dari speaker yang menggema pelan, adalah suara familier yang melatarbelakangi situasi di sebuah bandara. Kedua manik mereka masih lekat menatap, tanpa ada seorang pun yang ingin mengerjap. Seolah hati yang sesungguhnya sama-sama saling bertaut itu enggan untuk melepas, tapi juga ragu untuk menetap. "It's the time." Suara maskulin pria yang mengalun berat itu berucap. "Hum, I think it is the time," sahut sebuah suara wanita yang jauh lebih lembut dan sedikit serak yang khas. Tiga hari telah berlalu, dan kini saatnya Ruby akan kembali ke Kota Bern. Sang wanita pun akhirnya mencoba untuk mengurai sebuah senyum, meskipun maniknya mulai tampak berkaca-kaca. Satu tangannya terulur dan tergantung di udara. "Terima kasih untuk tiga hari ini, Ervan. Menjadi kekasihmu ternyata sungguh menyenangkan, meskipun hanya untuk sementara." Pria yang disebut Ervan itu pun me

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   41 // Kekasih Yang Sedang Berkencan

    "Selamat siang, apa Dokter Ruby ada di dalam?" Ervan menyapa ramah seorang perawat yang bertugas berjaga di depan ruang praktek Ruby. "Eh... Pak Ervan? Apa Anda memilki jadwal temu dengan Dokter Ruby siang ini??" si perawat yang tampak kebingungan pun mencoba membuka daftar pasien, lalu menggeleng pelan. "Maaf, sepertinya Pak Ervan belum mendaftar kan? Mau saya daftarkan, Pak?" "Hm. Apa sekarang Ruby sedang menerima pasien?" tanya balik Ervan. "Benar, Pak. Dokter Ruby masih menangani pasien yang konsultasi." "Laki-laki atau perempuan?" Tanya Ervan lagi, yang membuat si perawat semakin tak mengerti. "Eh... laki-laki sih. Namanya Pak Reyvan Daniel," bisik si perawat itu. Tak seharusnya ia membocorkan nama pasien, namun sorot mengintimidasi dari manik gelap Ervan membuatnya takut. Lagipula, satu rumah sakit ini sudah tahu jika Dokter Ruby sedang menjalin hubungan dengan salah satu pasien yang juga seorang Jaksa terkenal, Ervan Dewandaru. "Oke. Saya akan masuk sekarang

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   40 // Sesuatu Yang Hilang

    "Rey?!" Ruby mengutuk segala kesialannya hari ini. Setelah pagi-pagi tadi kepergok tidur di brankar milik Ervan oleh ibu dan adiknya, kini ia malah harus berhadapan dengan pria berkaca mata yang menatapnya lekat dalam diam. "Kamu ada apa ke sini?" Ruby mencoba untuk tersenyum formal dan bersikap biasa saja, meski dalam hati bertanya-tanya kenapa Rey tiba-tiba saja mendaftar menjadi salah satu pasiennya. Reyvan Daniel... pria ini pernah menjalin hubungan asmara dengannya di masa lalu. Rey, pria yang meninggalkan kesan mendalam dan juga sejujurnya... sulit ia lupakan. Rey menyunggingkan senyum tipis saat ia telah duduk di kursi di depan Ruby. "Aku cuma ingin ketemu kamu. Di klub kemarin kamu cuma sebentar dan langsung pergi. Jadi kurasa sebaiknya aku mendaftar jadi pasien saja biar bisa bicara banyak," sahut pria itu dengan ringannya. "Oh. Oke, ayo kita bicara kalau begitu," cetus Ruby sambil mengangguk. "Sorry, kemarin ada hal penting yang membuatku buru-buru." "Tidak

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   39 // Jebakan

    Mika membuka kedua matanya dengan perlahan, saat ia merasakan sebuah benda lembut dan hangat yang menyentuh bibirnya. Ia baru menyadari bahwa saat ini tengah berbaring di atas ranjang super besar yang empuk, di sebuah kamar luas yang tidak ia kenali sama sekali. Mungkinkah Rafka membawanya ke sebuah hotel? Perasaan nyaman pun serta merta menyerbu benaknya, ketika melihat manik biru kristal yang teduh itu yang telah menyambut dirinya kala membuka mata. "Rafka..." Wanita itu pun tak lagi dapat menahan seluruh isak tangis yang terkumpul berat serta sangat menyesakkan dada, ketika akhirnya segalanya telah usai. Atau... benarkah ini sudah usai? Ah, dia tak peduli lagi. Yang terpenting di dalam pikiran Mika saat ini adalah dirinya yang berada di dalam pelukan erat Rafka. Ini sungguh sepadan, karena dunia dan isinya tak kan mampu membahagiakannya seperti Rafka yang telah menggenggam hatinya sejak dulu, hingga hingga akhir nanti. "Jangan menangis lagi, Mimi. Katakan, apa

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   38 // Berakhirnya Episode Patah Hati

    "Selamat pagi, Dokter Ruby." Ruby mengangkat wajahnya dari ponsel yang sedang ia pandangi sejak tadi karena sedang membaca sebuah e-mail penting. 'Ah, kenapa harus bertemu dengan mereka lagi sih?' erangnya dalam hati, meski dengan lihainya ia tutupi dengan senyuman ramah. "Selamat pagi, Nyonya Irna," sahutnya sambil berdiri untuk menyalami wanita itu. "Oh iya, ini Elsy adiknya Ervan," ucap Irna sembari menarik tangan putrinya agar lebih mendekat. "Yang sopan, Elsy!" desisnya, ketika melihat gadis itu tampak enggan untuk berjabat tangan dengan Ruby. "Halo, Elsy." Ruby menyapa gadis yang wajahnya ditekuk dan tampak tidak menyukainya, meskipun sejujurnya Ruby pun juga tidak peduli jika dirinya tidak disukai. "Silahkan duduk," ajak Ruby kepada ibu dan putrinya itu. "Apa ada yang bisa saya bantu?" Saat ini adalah jam kerjanya sebagai Psikiater, dan sebenarnya Ruby juga sudah menebak kalau Irna dan Elsy sama sekali bukan datang untuk sesi konsultasi. "Eh... sebenarnya...

  • Belenggu Hasrat Mantan Suami   37 // Bekerja Sama

    Ruby pun serta merta terbangun saat mendengar suara ponselnya berdenting pelan pertanda ada notifikasi pesan yang baru masuk. Sambil mengusap wajahnya yang lelah dan masih mengantuk, wanita itu mengedarkan matanya yang sayu ke sekitarnya. Ah ya, ia masih berada di rumah sakit, tepatnya di kamar rawat Ervan. "Sudah bangun?" Ruby menolehkan wajahnya ke arah sumber suara, yaitu Ervan yang tersenyum kepadanya. Pria itu sedang berdiri tak jauh darinya, sedang menuangkan segelas air ke dalam cangkir kopi, lalu memberikannya kepada Ruby. "Ini, minumlah. Kamu pasti sangat haus karena terus-menerus menjerit sepanjang kita bercinta semalam." Sembari meraih gelas air yang disodorkan padanya, Ruby pun hanya berdecak pelan mendengar ledekan Ervan. Wanita itu pun menghabiskan airnya hingga tandas, sebelum kemudian ia pun baru menyadari sesuatu. "Jam berapa sekarang??" tanya Ruby kepada Ervan yang sejak tadi tak lepas menatap dirinya. "Baru jam 6 pagi. Kenapa?" sahut Ervan. Oh,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status