Share

Belenggu Hasrat Tuan Yavuz
Belenggu Hasrat Tuan Yavuz
Author: Tiffany

Rencana yang kacau balau

Hotel xxxxxxx,

Ulang tahun sahabat baiknya Noura,

Pusat kota.

Niat hati ingin menyelamatkan kejahatan yang akan dilakukan tunangan saudaranya, tapi siapa sangka dia terjebak pada kisah satu malam yang ada di luar akal logikanya.

Seharusnya dia menggagalkan rencana Sean untuk berbuat jahat pada Tiffany dimana laki-laki itu ingin meniduri Tiffany sebelum pernikahan kemudian meninggalkan nya, dia tahu laki-laki tersebut bukan laki-laki yang baik, tidak pantas menjadi suami dari saudaranya tapi niat baiknya berakhir tidak sempurna, malam itu dia terjebak dalam permainan nya.

Jessica berjalan terseok-seok kearah salah satu kamar hotel dimana seharusnya dia dan Tiffany tinggal, mereka mengadakan pesta hingga pagi, teman baiknya Noura sengaja membawa mereka ketempat tersebut karena hotel itu memang milik keluarganya, meminta para teman-teman untuk tidak kembali pulang hingga keesokan hari agar semua orang merayakan ulang tahunnya dalam kebahagiaan mengingat dia juga akan melepaskan masa lajang nya tidak lama lagi. Apalagi Tiffany juga akan menikah dalam waktu dekat karena itu mereka berkata mungkin ini malam ini akan menjadi pesta malam aja terakhir untuk mereka bersama.

Tapi dia dan Noura berencana untuk menggagalkan niat Sean dan menggagalkan pernikahan Tiffany, dia ingin Keluarga Hillatop tahu kebusukan seorang Sean, tunangan Tiffany yang picik. Nyatanya belum % rencana terlaksana, dia yang harus menelan pil pahit soal keadaan nya.

Gadis tersebut mencoba untuk melangkahkan kakinya yang terasa begitu berat, di mana Jessica berpikir saat ini dia benar-benar tidak bisa mengendalikan matanya yang mengantuk, dia mencoba untuk melangkahkan kakinya mencari kamar mereka, tangannya berusaha untuk bergerak berpegangan pada dinding hotel tersebut dari ujung hingga ke ujung, di mana bola matanya mencoba untuk mencari nomor kamar yang dia inginkan.

"Berapa nomornya?!," Jessica bertanya-tanya didalam hati nya, dia berusaha mencari nomor kamar sembari berusaha untuk menghubungi Noura, berharap gadis tersebut membawa Tiffany secepat nya menjauh dari Sean, yang penting Tiffany tidak bersama Sean, dan dia ingin menjebak laki-laki tersebut agar tidur dengan nya dan pernikahan Tiffany gagal.

"Kamu sudah membawa Tiffany?." dia masih sempat bertanya di balik headset handphone nya, bertanya pada Noura di ujung sana.

"Aku sudah membawa nya ke kamar ku." Seseorang menjawab diseberang sana.

Dia lega saat mendengar apa yang diucapkan oleh Noura di ujung handphone nya.

"Syukurlah." Jessica menghela nafas nya.

"Kamu dimana? aku akan menyusul mu." Noura bertanya khawatir di seberang sana.

"Aku kembali ke kamar yang seharusnya aku dan Tiffany tempati, aku hampir menemukan nya,aku pikir aku menemukan nya." Entahlah dia tidak bisa meyakinkan apakah dia benar-benar menemukan kamarnya, tapi dia pikir itu nomor yang benar. dia merasa apa yang dilihatnya kini terlihat berbayang-bayang di depan, dia merasa angka yang ada di pintu di hadapannya itu seolah-olah berubah.

"Katakan padaku apa yang terjadi pada Sean?," dia berharap Noura sudah mengirimkan seorang perempuan untuk menggantikan posisi Tiffany, sebab dia tidak bisa menggantikan posisi Tiffany saat ini.

Noura dan dia sudah menyusun skenario se'apik mungkin, tidak terbesit didalam rencana agar dia menikah dengan Sean, dia hanya ingin menekan Sean agar membatalkan pernikahan nya dengan Tiffany tidak lebih, awalnya mungkin dengan alasan dia kehilangan masa depan karena Sean agar laki-laki tersebut merasa bersalah dan menjauh dari keluarga Hillatop. Tapi siapa sangka semua berada di luar rencana mereka.

"Miss Jee?" Tiba-tiba suara seseorang memecah keadaan.

Jessica menghentikan langkah kakinya.

"Miss Jee? siapa?." Jessica mengernyit kan dahinya saat 2 laki-laki berbadan kekar berdiri dihadapan nya .

Dia agak terkejut, mencoba mengedipkan bola mata nya untuk beberapa waktu, hingga akhirnya tiba-tiba seorang laki-laki muda yang lumanyan tampan berdiri dihadapan nya.

"Kami menunggu anda sejak tadi, Miss" laki-laki dengan tubuh kekar dan perut kotak-kotak tersebut mengembangkan senyuman nya kearah Jessica.

mendengar apa yang diucapkan oleh laki-laki di depannya itu seketika membuat Jessica mengernyit kan dahi nya.

"Ya?." dia bertanya.

"Kita akan melakukan prosedur surogasi nya, ini sudah cukup terlambat."

Jessica masih bingung, dia berusaha menekan kesadaran nya di tengah tubuh nya yang semakin melemah atas kantuk yang menghantam dirinya.

"Surogasi? aku pikir kalian salah, aku bukan miss-," belum pula dia selesai bicara dia merasa kepala nya jadi pening, dan laki-laki dihadapan nya mendekatinya sembari dia menaikkan Jemari tangan nya, memberi perintah pada 2 laki-laki kekar tersebut agar membawa dirinya.

Tunggu dulu!.

Jessica panik, dia ingin memberontak tapi sepertinya dia kehilangan kesadaran nya, sebab dia pikir seluruh syaraf tubuh nya melemah saat ini juga.

"Ada apa?, ada apa dengan surogasi mother? oh ya Tuhan, ini salah besar." Pekiknya panik didalam hati sembari kesadarannya mulai menghilang.

******

Rumah sakit xxxxxxx

Pusat kota

Ruang khusus.

"Ini di mana?." Jessica bertanya didalam hatinya, dia ingin sekali menggerakkan jemari-jemarinya tangan nya tapi apalah daya, dia tidak memiliki kemampuan sama sekali.

Tubuhnya terasa begitu berat, matanya sulit terbuka, bahkan dia ingin berteriak nyatanya tidak sanggup sama sekali. Dia pikir seolah-olah tubuhnya dilumpuhkan dengan sengaja oleh orang-orang yang menangkapnya dan dia tidak tahu kemana orang-orang itu membawanya.

ketakutan jelas menghantam dirinya tapi apalah daya Jessica sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri saat ini. Dia berbaring disebuah ruangan asing yang belum pernah dia ketahui dimana, berbagai macam alat terlihat memenuhi ruangan tersebut termasuk tubuhnya. Gadis tersebut sama sekali tidak bisa menarik kesadarannya karena dia merasa dirinya benar-benar dibius dengan sempurna.

Dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar nya tersebut, Jessica masih bisa mendengar samar-samar suara orang-orang disekitar nya.

Beberapa orang menangkap nya, mata nya di tutup dan dia dibius. Mereka menyeret nya menuju ke sebuah tempat yang tidak dia ketahui apa.

"Kamu sudah yakin dia gadis pilihan nya?." Dalam ketidakberdayaan nya, dia bisa mendengar suara seorang laki-laki yang bicara pada laki-laki lainnya.

"Perawan bukan?, sesuai dengan yang diberikan Hafsah?, tuan kita membelinya bukan dengan harga yang murah."

"Oh ya Tuhan ada apa ini?, siapa mereka?, siapa yang membeli siapa?, aku akan di apakan?." Gadis tersebut bicara di dalam hatinya sembari dia masih mendengar samar-samar pembicaraan dari orang orang yang ada di sekitarnya.

Gadis tersebut ini sekali mencoba menggerak-gerakan jemari-jemarinya namun sepertinya efek obat tidur yang diberikan kepadanya sungguh sangat luar biasa, iya benar-benar merasa bola matanya sangat mengantuk saat ini, dan dia sama sekali tidak bisa melawan keadaan.

"Tentu saja perawan, dia bener gadis pilihan Hafsah, kami bahkan terlalu memastikan jika dia belum pernah tersentuh sedikitpun." Laki-laki lainnya terdengar bicara dan menjawab dengan cepat.

"Dimana tuan?."

"Tuan besar ada di depan, dia sebentar lagi masuk kemari."

Samar-samar telinga Jessica mendengar langkah kaki yang mulai menyerang masuk ke dalam ruangan di mana dia berada, kepalanya masih menatap kebagian sisi kanannya, di mana bola matanya yang jelas sejak tadi mulai terpejam namun masih bisa terbuka mencoba melihat sosok yang datang saat ini.

Seorang laki-laki yang memiliki tubuh besar tinggi seperti kakak laki-lakinya terlihat melangkah mendekati dirinya, memperhatikan wajahnya untuk beberapa waktu di mana gadis itu sama sekali tidak bisa memperhatikan wajah laki-laki itu dengan seksama karena dia tidak mampu menggeser kepala ini bahkan dia tidak mampu menggeser posisi tatapannya. Dia hanya menatap tubuh laki-laki tersebut yang dia pikir tidak jauh berbeda dengan kakak laki-lakinya yang ada di rumah. Bahkan dia masih bisa melihat wajah blur juga samar sosok yang kini berdiri di ujung sana.

Meksipun Jessica sudah nyaris tidak bisa membuka bola matanya atas rasa berat di sekitar bola matanya, dia masih bisa melihat sosok laki-laki yang berdiri di ujung sana dan tengah bicara dengan seseorang yang lainnya.

"Anda sudah datang, sir?."

"Kenapa dia tidur?" Suara laki-laki tersebut terdengar samar-samar.

"Seperti nya dia baru mengkonsumsi obat tidur, itu bukan masalah sir, kita akan melakukan proses nya sekarang juga"

Jessica berusaha untuk melihat dengan seksama laki-laki tersebut, di mana samar-samar bisa dia lihat bola mata indah laki-laki itu untuk beberapa waktu.

Bukankah bola mata nya mirip dengan bola mata seseorang?!.

Jessica pada akhirnya memejamkan perlahan bola matanya.

"Kita akan melakukan nya sekarang, sir"

"Bukan masalah, bisa jangan terlalu lamban? aku harus segera pergi secepat nya"

"Yes sir"

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Sigma Rain
keren ini mah, ceritanya
goodnovel comment avatar
Arya Dwi
respect jessica
goodnovel comment avatar
Mely Purnamawati
aku hadir...️,,,,lanjut makkk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status