Marsha dengan hati gugup masuk ke dalam hotel. Dia mendatangi resepsionis dan memberikan kartu berwarna hitam.
Petugas resepsionis mengecek data Marsha, lalu meminta rekannya agar menghantarkan Marsha ke nomor kamar yang dituju.Marsha berjalan dengan anggun. Dia melihat-melihat sekilas lalu berfokus ke depan."Ini kamarnya, silahkan masuk." Petugas hotel pergi setelah mengantarkan Marsha.Marsha berjalan masuk kedalam ruangan itu, anehnya ruangan itu gelap, pandangan Marsha tidak jelas melihat.Tetapi Marsha bisa melihat seorang pria tinggi sedang berdiri dekat jendela. Marsha sedikit ragu untuk menyapa."Kamu sudah datang," suara berat menyambar ke telinga Marsha."Sesuai janji, aku datang tepat waktu." Marsha berjalan mendekat."Jangan bergerak!"Sontak Marsha terkejut, kakinya menjadi lemas dan tubuhnya kaku. Jika pria itu butuh seorang wanita, seharusnya dia menoleh dan melihat seperti apa wanita yang akan dinikahinya. Bukannya bersikap acuh."Bukankah seorang pria dan wanita berada di dalam hotel bersama akan melakukan sesuatu yang menarik," ucap Marsha manis"Ckk. Itu jika kamu pantas," sautnya dingin.Marsha benar-benar penasaran dengan pria itu, sedikit saja dia berbalik badan, mungkin Marsha bisa melihat wajahnya."Sekarang apa yang kita lakukan? Aku datang kesini bukan untuk bermain petak umpet," ucap Marsha mulai tidak sabar.Pria itu tampaknya tersenyum sumengeriah, bayangannya terpantul lewat kaca.Tepat di dalam ruangan itu selama lima menit berlalu, hanya ada kebisuan, suasana dingin sekali, bertambah hati Marsha resah.Dalam menit selanjutnya pria itu beranjak ke duduk ke arah sofa, sedangkan Marsha masih berdiri.Pria itu tidak mempersilahkan Marsha untuk duduk, hanya terus meminta Marsha untuk berdiri.Marsha merasa kesal, benar bahwa dia datang untuk menawarkan diri, rapi perlakuan pria itu jelas membuat hatinya tersinggung."Sudah setengah jam aku berdiri, jika kamu tidak mengatakan apapun juga. Aku akan pergi sekarang," bersiap untuk keluar."Jangan terburu-buru, aku hanya melakukan tes kecil padamu, kamu sepertinya cocok, memiliki kesabaran yang kuat," lagi-lagi bicaranya dingin."Apakah aku sedang di tes? Kenapa tidak diranjang saja, bukankah itu akan lebih menarik," ucap Marsha."Kamu sungguh berani. Tapi bukan hanya sekedar di ranjang, aku ingin menawarkan kesepakatan padamu.""Saya tahu, karena itu saya datang. Asalkan ada uang, aku bisa melakukan apapun. Bahkan bercinta seharian, aku juga kuat," terus memprovokasi pria itu."Menikah. Aku ingin menikah denganmu, jika menjadi istriku, kau akan mendapatkan keinginanmu.""Apa semacam pernikahan kontrak?""Tidak. Pernikahan ini tidak memiliki kontrak, tapi ada syaratnya.""Ah. Apa itu?""Dalam tiga bulan kau harus bisa mengandung, jika berhasil kau akan menerima imbalan yang setimpal, uang, rumah, mobil dan barang-barang mewah bisa kamu miliki, tapi jika kamu gagal mengandung, kamu akan diceraikan tanpa uang sepeserpun."Pria itu tampak serius menegaskan persyaratannya.Marsha cukup lama berpikir. " Aku bisa bercinta selama kamu mau, tapi hamil itu terlalu sulit bagiku. Bagaimana jika kamu pergi meninggalkanku dan tidak membayar sama sekali. Aku akan kesulitan, hidupku saja sangat sulit, jika ditambah menghidupi satu manusia lagi, aku tidak sanggup."Marsha menolak persyaratan itu. Hamil berarti punya anak. Marsha tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang ibu."Aku akan memberikan jaminan padamu, kartu hitam tanpa limit bisa kau miliki sekarang juga."Mendengar itu Marsha menjadi goyah hatinya, tidak masalahkan dia melahirkan anak untuk pria itu, setidaknya perutnya ada gunanya, jika hanya dengan mengandung menghasilkan uang sebanyak itu, kenapa dari dulu Marsha melakukannya."Ok aku setuju. Awal dari perjanjian ini akan lebih menyakinkan jika sekarang kau membuktikannya.""Uang, apa kamu mau uang untuk membayar pada orang-orang yang menunggu itu. Jika hanya itu, anak buahku akan mengurusnya."Pria itu mengetahui segala hal tentang Marsha, sedangkan Marsha tidak tahu siapa pria itu, dari intonasi suaranya, pria itu tidak tua atau muda, tapi siapa pria itu.Marsha mengerutkan dahinya. "Siapa kau?"Pria itu tampak tidak ingin bersembunyi lagi, dia mengambil sebuah remote, lalu menekan tombol, seketika lampu menyala terang.Marsha tepat berdiri di hadapan pria itu, bola matanya mulai melirik pria itu."Kau!"Siapa yang menyangka bahwa pria yang dari tadi bicara dengannya ialah seorang CEO di tempat kerjanya. Marsha tercengang dan tidak bisa berkata apa-apa. Apakah dia beruntung atau semacamnya, tapi Marsha mengakui bahwa pria itu sangat berkharisma."Duduk." Perintahnya. Axton akhirnya membuka identitasnya.Marsha duduk tepat di hadapan Axton. Baju ketat yang dikenakan Marsha membuat Axton terkekeh."Apa sudah tidak sabar," goda Axton mengeluskan tangannya di belahan dada Marsha.Marsha menghindar, dan wajahnya menjadi pucat. "Aku tidak suka disentuh secara tiba-tiba."Axton tersenyum tipis. "Datang kesini berarti kamu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya," sambil menuangkan wine ke gelas.Axto yang memakai setelan jas hitam itu mengambil satu lagi gelas putih, lalu menuangkannya dalam gelas dan memberikan pada Marsha."Minumlah, sebagai tanda kesepakatan kita." Marsha menatap wine berwarna merah itu yang airnya sedang diam dan pasrah akan diteguk olehnya."Apa alasanmu memilihku, bukankah banyak wanita yang lebih berkualifikasi dibandingkan aku," ucap Marsha sadar."Kau tidak perlu tahu. Tugasmu hanya mengikuti perintahku, selama kau patuh, maka kau akan hidup dengan nyaman."Marsha mendengarnya sedikit kesal, dia kembali meneguk wine, tidak cukup sekali. Dari botolnya langsung Marsha meneguknya tanpa henti.Marsha yang memakai baju ketat itu diam sejenak, mengambil napas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Dia yang berbadan seksi tidak menunggu Axton melakukannya.Marsha pindah ke sofa dekat jendela dimana ada Axton disana. Dia memandang Axton dengan lekat dan menindih Axton."Mungkin aku terlihat seperti murahan bagimu, tapi aku tidak suka mengikuti perintah yang merugikan bagiku," tatap Marsha.Axto mengambil alih tubuh Marsha, dia membalikkan tubuh Marsha dan menindihnya dengan tubuh kekarnya."Jika malam ini aku terpuaskan, kau akan mendapatkan sesuatu yang lebih."Axton mulai mengeluarkan taringnya, dia menggesekkan bagian bawahnya ke selangkan Marsha.Marsha mulai gugup, dia hanya ingin terlihat berani dan meyakinkan.Marsha mendorong Axton, tetapi tubuh Marsha sudah terkunci sepenuhnya. Bahkan jarak mereka sangat dekat yang membuat Marsha bisa mencium aroma tubuh itu.Marsha menelan air liurnya, sudah tidak kuat menatap Axton. Jika pria itu tidak berpindah dari tubuhnya, Marsha bisa terkena serangan jantung karena merasa gugup.Axton memandangi wajah Marsha, bibir merah merona, lengkukan tubuh ramping. Axton menyusuri kulit halus itu dengan jari-jarinya. Lalu tiba di bagian paling bawah.Axton tersenyum aneh. Bisa-bisanya keperkasaan Axton langsung ingin dikeluarkan. Axton terus menyentuh-nyentuh bagian-bagian sensitif Marsha.Ahhhhh.Marsha sudah tidak kuat mendesah panjang.Sekali lagi Axton tersenyum aneh, gadis itu tampak belum berpengalaman. Itu membuat Axton semakin tertarik. Dia kembali mempermainkan Marsha.Dia membuka lebar kedua kaki Marsha dan masuk ke dalam celahnya. Lalu menggesekkan miliknya dengan milik Marsha.Sungguh Marsha sangat terkejut, sesuatu yang besar dan keras bisa dia rasakan. Marsha menjadi berkeringat, dan suaranya terus mengeluarkan desahan."Tolong jangan menundanya," ucap Marsha.Biasanya perkataan itu sungguh memalukan bagi seorang gadis, tapi Marsha sudah tidak bisa menahannya lagi. Lebih baik langsung dilakukan atau dihentikan."Mau disini atau di kasur.""Terserah."Axton membawa Marsha ke kasur, perlahan membuka penutup tubuh Marsha.Marsha bisa merasakan sentuhan itu, rasanya sangat panas. Axton mengecup leher Marsha, dan turun ke bagian dada Marsha, milik Axton sudah tidak bisa berkompromi lagi. Dia yang didalam sudah merasa sesak dan hendak ingin diluncurkan.Marsha sendiri sudah mulai basah, suara erangan memenuhi ruangan.Suara desahan mulai memenuhi seisi kamar, sejurnya Marsha belum berpengalaman, ini kali pertamanya dia merasakan disentuh oleh lawan jenis. Arghhh. Desahan kuat dari sudut bibir Marsha membuat milik Axton sudah bergerak liar di daerah milik Marsha.Axton melirik wajah yang saat ini sudah berubah menjadi merah merona, Marsha sedikit merasa malu dan tertekan. Axton juga terpesona dengan tubuh Marsha, kulit putih dan mulus sungguh membangkitkan gairah keperkasaanya.Axton ikut menggeram lalu menyodok semakin kencang. Axton bergerak semakin brutal hingga kasur bergoyang kuat.Saatnya Axton menelusuri bagian itu, Axton denga
Axton membawa Marsha ke mansion miliknya.Marsha mengekor dari belakang, Axton disambut oleh para pelayan-pelayan yang ada di rumah.Ketika Marsha masuk ke dalam. Ada wanita paruh baya duduk di sofa sambil bercengkrama lewat ponselnya.Saat melihat Axton datang wanita itu langsung menutup ponselnya."Siapa wanita ini?" tanya dengan sinis.Nada suaranya agak lain. Marsha yang berpikir itu Ibu Axton membungkuk memberi salam."Selamat pagi Ma." Mencoba bersikap manis."Berhentilah bicara yang aneh-aneh, dia itu bukan Ibuku, dia itu hanya seorang bibi, " ucap Axto melirik Marsha.Wanita itu bibi Axton bernama Mery penampilannya sangat rapi seperti ibu pejabat saja.Lalu dari atas nampak seorang pria turun yang seumuran dengan Axton."Wanita baru lagi," ucapnya remeh.Pria itu sepupu Axton bernama Tom, anak dari bibinya."Perkenalkan dia calon istriku, kami akan segera menikah." Ax
Marsha tidak menunggu lagi, dia langsung mendorong Axton dan bergegas pergi dari sana. Melihat tingkah Marsha membuat Axton semakin tertarik dengan Marsha. ***Ngiiingg.Suara dengungan terdengar di telinga Marsha, pandangannya kabur, kepalanya terasa diputar-putar."Bangun Nona!"Marsha mengerjapkan beberapa kali matanya. Diliatnya langit-langit kamar tidurnya, kemudian diliatnya dua wanita berpakaian seragam pelayan."Masih jam berapa ini, kalian membangunkanku, cepat pergi sana!" Marsha kembali berbaring dan menarik selimutnya.Dua wanita itu tidak menyerah, dia kembali membunyikan alaram dan meletakkan di telinga Marsha."Maaf Nona, ini perintah dari tuan Axton. Mulai dari sekarang anda harus bangun lebih awal."Marsha mengabaikan perkataan pelayan itu, dia tetap menutup matanya dengan rapat.Kedua wanita saling menatap satu sama lain, setelah itu mereka saling mengangguk.Kedua p
Marsha ditinggalkan di kantor, Axton sudah pulang lebih dulu.Marsha sedang menunggu bus, dia menatap ke arah jalan. Kenapa tidak ada yang berubah? Marsha masih menunggu bus. Seharusnya dia sudah menjadi nona cantik dan menikmati hari-harinya dengan tenang, namun nyatanya dia dipaksa untuk bekerja.Axton tidak berada di rumah, dia berada di villa pribadinya, villa yang hanya dia yang tahu.Marsha harus banyak belajar jika ingin bertahan di dunianya.Setibanya dirumah, Marsha melihat Mery duduk di ruang tengah dengan tatapan mematikan."Buatkan aku jus," perintah Mery langsung.Marsha langsung mendesah berat. "Aku bukan pembantu, aku ini calon istri keponakanmu." Marsha kembali berjalan."Dasar wanita jalang!" Mery menarik rambut Marsha dengan kuat. "Beraninya wanita sepertimu membantahku," teriaknya keras.Beberapa pelayan merasa takut jika kemarahan Mery mengenai mereka."Ck, aku hanya ingin tenang, ta
Malam hari.Hotel bintang lima terlihat sangat berkilau, meski dari jarak jauh, hotel itu menjulang sangat tinggi, hanya orang kaya yang bisa masuk ke dalam hotel.Axton dan Marsha turun dari mobil bersamaan. Setiap tahun Axton akan menghadiri pertemuan khusus.Pertemuan itu diperuntukkan untuk kalangan pebisnis di seluruh dunia.Axton memasan nomor kamar. Sebelum pertemuan, Axton akan beristirahat lebih dulu.Axton mengambil rokok elektrik yang ada di sakunya, menghisapnya dan menghembuskan ya berkali-kali.Marsha sangat tertekan ketika bersama Axton, sebulan bersama Axton tidak menjadikannya sebagai wanita kesayangan Axton.Pria itu tetap mengabaikan Marsha, bahkan untuk bercinta saja pria itu tidak sempat.Marsha berdiri tegak di sisi jendela, dia melihat ke arah luar, sungguh hotel ini sangat tinggi, Marsha bisa melihat sisi kota."Jangan mengacau di pertemuan ini, aku akan memperkenalkanmu sebagai
Marsha sudah tidak sadarkan diri, semua orang yang ada di aula pesta berbisik-bisik tentang apa yang terjadi dengan wanita tuan Axton. Axton menahan tubuh Marsha dengan tangannya, di tatapnya wanita itu, terlihat bahwa wajah Marsha habis dipukul oleh seseorang. Dengan segera Axton menggendong Marsha dan membawanya keluar dari gedung itu. Diletakkannya Marsha di dalam mobil, kemudian Axton sendiri menyetir menuju rumah sakit. Sedangkan Tom berada di balik pintu. Tom bersembunyi dari Axton. "Sial! Wanita itu berhasil melarikan diri. "Setelah tiba di rumah sakit, Axton memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Marsha, untungnya gadis itu baik-baik saja. Untuk semenatara waktu Marsha akan di rawat dirumah sakit, Axton menarik kursi dan duduk di samping Marsha. "Aku tidak yakin bahwa kamu wanita yang tepat untuk menjalankan rencanaku, " memandang wajah Marsha dengan seksama. Axron mendapat telepon dari Pak Han.Pak Han menjelaskan bahwa Marsha dibawa Tom ke kamarnya lalu he
Pagi hari yang cerah, di sebuah rumah mewah, Marsha sudah terbangun dari tidurnya, orang yang tidur bersamanya telah pergi entah kemana. Perlahan Marsha menurunkan kakinya. Ia beranjak ke arah jendela kemudian ia membuka jendela dan melihat pemandangan langit yang membiru dari dalam kamarnya. Marhsa melirik jam lewat ponselnya. Sudah hampir siang. Lalu Marsha ingat malam panas bersama Axton. "Hanya dia yang diuntungkan. " Marsha melemparkan ponselnya ke kasur, dengan nafas kasar, ia menghempaskan kembali dirinya ke atas kasur yang empuk itu. Ada yang mengetuk pintu. "Nona, tuan meminta anda pergi ke kantornya hari ini, " ucap pembantu menyampaikan pesan dari Axton. Mendengar itu, Marha membuka pintu. "Untuk apa ke kantor? ""Tidak tahu Nona, tuan hanya berpesan kalau Nona sudah bangun harus bersiap untuk kekantor. " Marsha tidak mengerti dengan pria itiu, apalagi yang diinginkan darinya. "Baiklah, kamu boleh pergi, " setelah itu menutup pintu. Ketika Marsha membuka le
Salah satu karyawan wanita itu menghampiri Marsha. "Apa kamu sedang berbicara tentangku, " tatapnya kesal. Marsha tersenyum. "Ahh, aku pikir tidak akan tersampaikan, tapi ternyata tidak sulit menebak siapa orangnya, " tatap Marsha balik. Dilihat dari penampilannya sudah jelas Marsha lebih cantik, namun tetap saja status Marsha masih belum jelas. "Gadis murahan sepertimu sudah banyak kulihat di dekat tuan Axton, pakingan kamu hanya akan bertahan satu bulan, atau lebih sedikit, " tertawa kecil. Mereka semua menertawakan Marsha. "Jangan khawatir, setelah menikah dengan bosmu itu, kamu orang pertama yang akan aku buang dari kantor ini." Marsha melihat ID wanita itu. "Pernikahan. Kamu pikir punya kesempatan untuk menikah. Hei! Sadar! Hanya berada di atas ranjang, kamu tidak akan bisa menjadi nyonya."Marsha ingin berdebat tapi mengingat ia harus mengantarkan kopi ke Axton, akhirnya Marsha memilih pergi disana. Saat berjalan di lorong menuju ruangan Axton, tatapan orang te