Home / Romansa / Belenggu sang Pewaris Dingin / Bab 6 Pertemuan Di Hotel

Share

Bab 6 Pertemuan Di Hotel

last update Huling Na-update: 2023-09-19 13:18:00

Marsha dengan hati gugup masuk ke dalam hotel. Dia mendatangi resepsionis dan memberikan kartu berwarna hitam.

Petugas resepsionis mengecek data Marsha, lalu meminta rekannya agar menghantarkan Marsha ke nomor kamar yang dituju.

Marsha berjalan dengan anggun. Dia melihat-melihat sekilas lalu berfokus ke depan.

"Ini kamarnya, silahkan masuk." Petugas hotel pergi setelah mengantarkan Marsha.

Marsha berjalan masuk kedalam ruangan itu, anehnya ruangan itu gelap, pandangan Marsha tidak jelas melihat.

Tetapi Marsha bisa melihat seorang pria tinggi sedang berdiri dekat jendela. Marsha sedikit ragu untuk menyapa.

"Kamu sudah datang," suara berat menyambar ke telinga Marsha.

"Sesuai janji, aku datang tepat waktu." Marsha berjalan mendekat.

"Jangan bergerak!"

Sontak Marsha terkejut, kakinya menjadi lemas dan tubuhnya kaku. Jika pria itu butuh seorang wanita, seharusnya dia menoleh dan melihat seperti apa wanita yang akan dinikahinya. Bukannya bersikap acuh.

"Bukankah seorang pria dan wanita berada di dalam hotel bersama akan melakukan sesuatu yang menarik," ucap Marsha manis

"Ckk. Itu jika kamu pantas," sautnya dingin.

Marsha benar-benar penasaran dengan pria itu, sedikit saja dia berbalik badan, mungkin Marsha bisa melihat wajahnya.

"Sekarang apa yang kita lakukan? Aku datang kesini bukan untuk bermain petak umpet," ucap Marsha mulai tidak sabar.

Pria itu tampaknya tersenyum sumengeriah, bayangannya terpantul lewat kaca.

Tepat di dalam ruangan itu selama lima menit berlalu, hanya ada kebisuan, suasana dingin sekali, bertambah hati Marsha resah.

Dalam menit selanjutnya pria itu beranjak ke duduk ke arah sofa, sedangkan Marsha masih berdiri.

Pria itu tidak mempersilahkan Marsha untuk duduk, hanya terus meminta Marsha untuk berdiri.

Marsha merasa kesal, benar bahwa dia datang untuk menawarkan diri, rapi perlakuan pria itu jelas membuat hatinya tersinggung.

"Sudah setengah jam aku berdiri, jika kamu tidak mengatakan apapun juga. Aku akan pergi sekarang," bersiap untuk keluar.

"Jangan terburu-buru, aku hanya melakukan tes kecil padamu, kamu sepertinya cocok, memiliki kesabaran yang kuat," lagi-lagi bicaranya dingin.

"Apakah aku sedang di tes? Kenapa tidak diranjang saja, bukankah itu akan lebih menarik," ucap Marsha.

"Kamu sungguh berani. Tapi bukan hanya sekedar di ranjang, aku ingin menawarkan kesepakatan padamu."

"Saya tahu, karena itu saya datang. Asalkan ada uang, aku bisa melakukan apapun. Bahkan bercinta seharian, aku juga kuat," terus memprovokasi pria itu.

"Menikah. Aku ingin menikah denganmu, jika menjadi istriku, kau akan mendapatkan keinginanmu."

"Apa semacam pernikahan kontrak?"

"Tidak. Pernikahan ini tidak memiliki kontrak, tapi ada syaratnya."

"Ah. Apa itu?"

"Dalam tiga bulan kau harus bisa mengandung, jika berhasil kau akan menerima imbalan yang setimpal, uang, rumah, mobil dan barang-barang mewah bisa kamu miliki, tapi jika kamu gagal mengandung, kamu akan diceraikan tanpa uang sepeserpun."

Pria itu tampak serius menegaskan persyaratannya.

Marsha cukup lama berpikir. " Aku bisa bercinta selama kamu mau, tapi hamil itu terlalu sulit bagiku. Bagaimana jika kamu pergi meninggalkanku dan tidak membayar sama sekali. Aku akan kesulitan, hidupku saja sangat sulit, jika ditambah menghidupi satu manusia lagi, aku tidak sanggup."

Marsha menolak persyaratan itu. Hamil berarti punya anak. Marsha tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang ibu.

"Aku akan memberikan jaminan padamu, kartu hitam tanpa limit bisa kau miliki sekarang juga."

Mendengar itu Marsha menjadi goyah hatinya, tidak masalahkan dia melahirkan anak untuk pria itu, setidaknya perutnya ada gunanya, jika hanya dengan mengandung menghasilkan uang sebanyak itu, kenapa dari dulu Marsha melakukannya.

"Ok aku setuju. Awal dari perjanjian ini akan lebih menyakinkan jika sekarang kau membuktikannya."

"Uang, apa kamu mau uang untuk membayar pada orang-orang yang menunggu itu. Jika hanya itu, anak buahku akan mengurusnya."

Pria itu mengetahui segala hal tentang Marsha, sedangkan Marsha tidak tahu siapa pria itu, dari intonasi suaranya, pria itu tidak tua atau muda, tapi siapa pria itu.

Marsha mengerutkan dahinya. "Siapa kau?"

Pria itu tampak tidak ingin bersembunyi lagi, dia mengambil sebuah remote, lalu menekan tombol, seketika lampu menyala terang.

Marsha tepat berdiri di hadapan pria itu, bola matanya mulai melirik pria itu.

"Kau!"

Siapa yang menyangka bahwa pria yang dari tadi bicara dengannya ialah seorang CEO di tempat kerjanya. Marsha tercengang dan tidak bisa berkata apa-apa. Apakah dia beruntung atau semacamnya, tapi Marsha mengakui bahwa pria itu sangat berkharisma.

"Duduk." Perintahnya. Axton akhirnya membuka identitasnya.

Marsha duduk tepat di hadapan Axton. Baju ketat yang dikenakan Marsha membuat Axton terkekeh.

"Apa sudah tidak sabar," goda Axton mengeluskan tangannya di belahan dada Marsha.

Marsha menghindar, dan wajahnya menjadi pucat. "Aku tidak suka disentuh secara tiba-tiba."

Axton tersenyum tipis. "Datang kesini berarti kamu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya," sambil menuangkan wine ke gelas.

Axto yang memakai setelan jas hitam itu mengambil satu lagi gelas putih, lalu menuangkannya dalam gelas dan memberikan pada Marsha.

"Minumlah, sebagai tanda kesepakatan kita."

Marsha menatap wine berwarna merah itu yang airnya sedang diam dan pasrah akan diteguk olehnya.

"Apa alasanmu memilihku, bukankah banyak wanita yang lebih berkualifikasi dibandingkan aku," ucap Marsha sadar.

"Kau tidak perlu tahu. Tugasmu hanya mengikuti perintahku, selama kau patuh, maka kau akan hidup dengan nyaman."

Marsha mendengarnya sedikit kesal, dia kembali meneguk wine, tidak cukup sekali. Dari botolnya langsung Marsha meneguknya tanpa henti.

Marsha yang memakai baju ketat itu diam sejenak, mengambil napas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Dia yang berbadan seksi tidak menunggu Axton melakukannya.

Marsha pindah ke sofa dekat jendela dimana ada Axton disana. Dia memandang Axton dengan lekat dan menindih Axton.

"Mungkin aku terlihat seperti murahan bagimu, tapi aku tidak suka mengikuti perintah yang merugikan bagiku," tatap Marsha.

Axto mengambil alih tubuh Marsha, dia membalikkan tubuh Marsha dan menindihnya dengan tubuh kekarnya.

"Jika malam ini aku terpuaskan, kau akan mendapatkan sesuatu yang lebih."

Axton mulai mengeluarkan taringnya, dia menggesekkan bagian bawahnya ke selangkan Marsha.

Marsha mulai gugup, dia hanya ingin terlihat berani dan meyakinkan.

Marsha mendorong Axton, tetapi tubuh Marsha sudah terkunci sepenuhnya. Bahkan jarak mereka sangat dekat yang membuat Marsha bisa mencium aroma tubuh itu.

Marsha menelan air liurnya, sudah tidak kuat menatap Axton. Jika pria itu tidak berpindah dari tubuhnya, Marsha bisa terkena serangan jantung karena merasa gugup.

Axton memandangi wajah Marsha, bibir merah merona, lengkukan tubuh ramping. Axton menyusuri kulit halus itu dengan jari-jarinya. Lalu tiba di bagian paling bawah.

Axton tersenyum aneh. Bisa-bisanya keperkasaan Axton langsung ingin dikeluarkan. Axton terus menyentuh-nyentuh bagian-bagian sensitif Marsha.

Ahhhhh.

Marsha sudah tidak kuat mendesah panjang.

Sekali lagi Axton tersenyum aneh, gadis itu tampak belum berpengalaman. Itu membuat Axton semakin tertarik. Dia kembali mempermainkan Marsha.

Dia membuka lebar kedua kaki Marsha dan masuk ke dalam celahnya. Lalu menggesekkan miliknya dengan milik Marsha.

Sungguh Marsha sangat terkejut, sesuatu yang besar dan keras bisa dia rasakan. Marsha menjadi berkeringat, dan suaranya terus mengeluarkan desahan.

"Tolong jangan menundanya," ucap Marsha.

Biasanya perkataan itu sungguh memalukan bagi seorang gadis, tapi Marsha sudah tidak bisa menahannya lagi. Lebih baik langsung dilakukan atau dihentikan.

"Mau disini atau di kasur."

"Terserah."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Belenggu sang Pewaris Dingin   Bab 22

    Marsha melihat Axton, langsung buru-buru menyantap makanannya. Dengan cepat Axton melangkah menghampiri Marsha. "Muntahkan! Cepat muntahkan. " Dengan suara keras Axton menarik sendok yang ada di mulut Marsha.Nasi goreng yang ada di dalam mulut dikunyah cepat, kemudian di telannya. Marsha membuka mulutnya. "Sudah habis. "Axton kesal. Ia menarik Marsha ke ke arah toilet, lalu meminta Marsha agar segera memuntahkannya. "Keluarkan!" Axton menepuk punggung Marsha."Kamu gila! makananya sudah masuk ke dalam perutku, " menepis tangan Axton. Axton menekan Marsha ke dinding, dan berkata. "Jika kamu tidak memuntahkannya, aku akan menghukummu! " teriak Axton dengan keras.“Sungguh sial, menyingkirlah!” ucap Marsha dengan jengkel.Huekkkk. Marsha memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut agar ia bisa muntah, semenatara Axton menunggu dengan melipat tangan. Hueekk. Akhirnya makanan itu berhasil keluar, Axton memberikan sapu tangannya pada Marsha. Namun Marsha menolaknya. Dengan

  • Belenggu sang Pewaris Dingin   Bab 21

    Marlon tidak lain adalah paman Axton.Marlon sedang mengadakan rapat dewan mendadak yang diagendakan untuk melengserkan Axton dari posisinya. Marlon memprovokasi Axton dengan dalih menikahi seorang wanita rendahan, bahkan mempekerjakannya sebagai direktur. Memberitahu bahwa Axton merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan para direktur. "Wanita yang tidak tahu asal usulnya ditunjuk sebagai direktur baru. Bukankah menurut kalian ini sudah keterlaluan. CEO Axton bahkan tidak merundingkan pada kalian. " Marlon mempermasalahkan tentang pernikahan Axton. Para direksi mulai kesal. Salah satu direksi berkata. "Axton sangat kelewatan, kita harus menghentikannya sebelum perusahaan mengalami kerugian.""Benar, benar. " Semua direksi yang berkumpul setuju. "Lebih baik kita menggantikan Axton, dan memilih CEO yang baru, tanpa Axton perusahaan pun akan tetap berkembang. "Marlon tersenyum puas. Ia akan berhasil dengan rencananya. Dan memiliki perusahaan Axton. Akhirnya pemimpin rapat memula

  • Belenggu sang Pewaris Dingin   Bab 20 Menolak Bekerja

    Bibi Axton dan putranya tengah menikmati makan steak bersama, dan bergosip."Aku sangat yakin kalau ada yang janggal diantara Axton dan wanita itu. Pasti Axton merencanakan sesuatu. ""Cepat atau lambat kita akan mengetahuinya," ucap Tom."Ayahmu akan meminta untuk bergabung ke perusahaan, pastikan kamu tidak membuat masalah. "***Pernikahan telah usai. Selain berdebat tentang makan mie, tidak ada yang terjadi antara Marsha dan Axton, keduanya berpisah tempat tidur. Marsha terkejut melihat lemari pakaiannya yang ternyata sudah diisi beberapa baju, tas dan juga sepatu. Semua terlihat cantik. Terlebih lagi Marsha melihat baju yang pernah ia lihat di mall."Baju ini, kenapa bisa kebetulan ada disini. " Marsha mengambilnya dari lemari. Lalu Marsha melihat sebuah pesan yang ditulis Axton untuknya diatas sebuah piyama dengan warna lembut di dalam lemari. Marsha mengambil kartu ucapan itu dan membacanya.“Aku membeli beberapa baju, jika butuh yang lainnya, katakan saja pada Pak Han.

  • Belenggu sang Pewaris Dingin   Bab 19 Pernikahan

    Keesokan harinya. Tiga orang wanita masuk ke kamar Marsha. Sedangkan Marsha masih tertidur pulas. "Nyonya, bangun, " salah satu wanita menyentuh Marsha. Marsha perlahan membuka mata, melihat ada orang asing di kamarnya, ia segera duduk dan bersiaga dengan mengambil bantal serta memegangnya dengan erat. "Siapa kalian? " Berteriak. Pak Han muncul kemudian berkata. "Cepatlah bersiap," ucap Pak Han. Marsha ingat bahwa hari ini ia akan menikah dengan Axton. Marsha meletakkan bantal ke tempat semula, kemudian ketiga wanita itu mengarahkannya untuk ke kamar mandi. Marsha didandani sedemikian cantik, gaun penganntinya bahkan sudah disiapkan. Marsha tidak berkomentar, hanya menurut.Setelah selesai. Marsha bercermin, ia tidak menyangka bahwa hari ini ia akan menikah. "Nyonya, anda sudah ditunggu diluar. ""Baiklah, aku akan turun. "Pak Han diluar menunggu. Marsha menyeret gaunnya agar tidak menyentuh tanah, lalu menghampiri Pak Han. "Aku akan mengantarmu," ucap Pak Han me

  • Belenggu sang Pewaris Dingin   Bab 18 Kondisi Memburuk

    Toko itu memang menakjubkan, isinya semua pakaian mahal. Akhirnya Marsha hanya memilih kaos oblong dan murah. Setelah selesai memilih baju, ia pun menuju kasir. Petugas kasir terkejut karena Marsha hanya membeli satu baju dengan harga paling murah dan bahkan dengan diskon.Petugas kasir itu pun bertanya. "Apa yakin anda akan memilih baju ini. ""Iya."Kasir membeli kembaliannya dan Marsha mengucap terima kasih.Ketika itu, Marsha yang sudah mendapatkan bajunya berjalan keluar dan berada tak jauh dari tempat Axton sekarang berdiri. Marsha melewati Axton karena fokus berjalan. Axton bukannya memanggil malah memilih mengekor dari belakang. Marsha yang tengah menuruni eskalator, tanpa sadar melihat seorang bocah kecil tanpa dampingan orang tua dan hampir terjatuh. Marsha panik, takut sesuatu yang buruk terjadi pada bocah kecil itu. Ia pun berniat mendekat untuk menolong.Marsha berlari agar segera sampai ke tempat dimana bocah kecil itu berada, ia tak sempat melihat ke langkahnya berpi

  • Belenggu sang Pewaris Dingin   Bab 17 Marah-Marah Terus

    Terlihat senyuman di wajah Marsha dengan kedua pipi terdorong naik."Hati-hati di jalan."Axton pergi, Marsha melihat punggung Axton lebar dari belakang. Laki-laki memang sulit di tebak. Kadang baik kadang acuh, itulah laki-laki Marsha. Sambil menunggu Marsha memilih merapikan dapur. Piring dan mangkok yang berserakan dikumpulkan ke wastafel lalu dicucinya. Marsha suka bernyanyi ketika ia senang. Dengan penuh semangat Marsha juga mengelap meja. Dan menyapu rumah. Axton kembali dengan banyak paper bag di tangannya. Semua jenis makanan dibeli Axton untuk Marsha sendiri. Axton hendak naik ke lantai dua, tapi ia mendengar suara Marsha dari arah dapur. Axton belok menuju dapur.lirik lagu yang dinyanyikan Marsha. "Tujuh belas agustus tahun empat lima, itulah,,," nyanyiannya terhenti ketika Axton muncul."Kenapa berhenti, lagunya bagus."Axton meletakkan paper bagnya di atas meja makan. Sadar diri. Marsha tahu kalau suaranya jelek, sebab sejak sekolah nilai seninya dalam vokal sel

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status