CALIFORNIA, USA
__________________
Tak ada pertanyaan lagi yang keluar dari bibir Ilona. Ia telah mendapatkan jawaban atas semua pertanyaannya. Kecuali, satu hal. Sejak turun dari pesawat ia telah begitu gelisah namun masih saja ia mencari waktu yang tepat untuk kembali bertanya. Mereka dalam perjalan yang entah kemana Ilona tak ingin tahu lagi. Baginya, yang terpenting sekarang ia telah terlepas dari kekangan Chris.
"Mr. Kent," panggil Ilona.
Yang di panggil hanya menoleh dengan tatapan datar. Seketika membuat Ilona mengurungkan niatnya untuk meneruskan pertanyaan. Gadis itu kembali membawa tatapannya keluar jendela. Satu tangan menopang wajah, ia membawa punggung jari telunjuk ke bibir sebagai bentuk pelampiasan.
Segala pertanyaan yang telah ia timang dalam hati, nyatanya tak sanggup ia ucapkan. Hanya satu. Ilona hanya ingin tahu keberadaan keluarganya. Hanya itu.
"Mr. Kent," panggil Ilona s
Sepatu boots milik Ilona terdengar mengetuk lantai marmer memecah di sepanjang koridor. Langkahnya pelan, tak sebanding dengan degup jantung yang tiba-tiba meningkat. Ilona meremas bibirnya kuat-kuat.Dari kejauhan tampak sebuah pintu kayu terbuka lebar seakan-akan telah menunggu dirinya. Ilona memindahkan kegugupan yang sekarang menyeruak kedalam kepalanya dengan meremas jemarinya.Gadis itu menghela napas. Langkahnya terhenti tepat di bawah tiang pintu. Tatapan Ilona terarah pada seorang pria yang sedang memejamkan mata di atas kursi goyang berwarna hitam. Sepatu fantovel berwarna hitam yang melekat di kakinya bergoyang-goyang di atas meja.Ilona menelan ludah lalu mengambil langkah mendekati pria yang telah mengambilnya lagi.Sekarang Ilona merasa hidupnya malah di lempar dari satu sisi kelam ke sisi lain yang entah akan berakhir pada bagian apa nantinya."Tutup pintunya."Ilona
Suara dentuman musik EDM menggema di antara lautan manusia yang sedang berjingkrak dengan gerakkan tanpa arah di atas lantai dansa sebuah klub kenamaan di San Diego, Pub The Lion.Satu-satunya club tempat dimana Kenedict Arhcer bisa menemukan sebuah ketenangan. Sepanjang hari ia tak bisa berpikiran jernih. Sejak terakhir kali perbincangannya dengan Ilona, pikiran pria itu menjadi kacau.Dalam hati ia masih begitu heran mengapa sampai saat ini ia tidak bisa menunjukan otoritas tak terbatasnya pada seorang gadis bernama Ilona. Hanya dia. Hanya gadis Indonesia itu yang tak bisa ia taklukan dan sialannya, gadis itu tak mau pergi dari pikirannya. Bahkan menuntut sebuah kejelasan dari hubungan mereka."Cih!" Tanpa sadar decihan halus itu samar keluar dari mulutnya. "Jack!" panggil Kent dengan nada menyentak.Seorang bartender pria menghampiri sang miliarder."Berikan martini-nya," ucap Kent. Sang bartende
"Massimo ...," gumam Kent.Efek samping alkohol yang dikonsumsi Kenedict semakin mengambil alih kesadarannya. Ia benar-benar tampak kacau. Lebam di sekujur wajah ditambah darah yang terus keluar dari bibir, membuat Massimo begitu khawatir.Massimo hanya mampu mendesah panjang. Dalam sejarah hidupnya yang telah mengabdikan diri sebagai pelayan pribadi seorang Kenedict Archer, ini kali pertamanya Massimo melihat Kent mabuk tak berdaya."Matanya bertanya padaku, Massimo." Kent tertawa sebelum selesai mengucapkan maksudnya. Tubuh pria itu terkulai di kursi belakang sambil satu tangannya melayang-layang membayangkan Ilona tepat berada di depannya."Mr. Kent, kau bisa minta apa pun kecuali hal itu," ucap Kent dengan suara yang di mirip-miripkan dengan suara Ilona.Massimo tertawa kecil. Ini kali pertamanya ia melihat Kenedict bertingkah konyol. Mobil masih terus berjalan menuju sebuah distrik kecil di pin
Bila terlalu menyakitkan, aku akan lebih memilih untuk tetap bertahan. Cukup dengan genggaman tanganmu saja, aku yakin jika aku bisa melalui semua ini.Ilona Audrey~_________________Terdengar erangan rendah dari pemilik suara barriton berat. Kelopak matanya menekan dengan kuat kedalam saat pening yang hebat menghantam kepalanya. Ia meringis.Di sisi lain, sayup terdengar suara desisan. Saat kesadaran mulai terkumpul, rasa sakit yang dirasakan semakin menyiksa. Memaksa sang pemilik membuka mata.Dua pasang kelopak mata mulai terbuka, keduanya terlihat bingung.Yang satu menatap ke langit-langit ruangan dan yang satunya menatap sesuatu yang gelap.'Apa ini?' Batinnya bertanya. Refleks, ia pun menarik wajah tepat saat sepasang iris hijau menoleh ke arahnya."Astaga!" pekik keduanya bersamaan. Mereka refleks menjauhkan
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Kent.Ilona hanya mampu menelan ludah. Ia masih berusaha membetulkan napasnya. Manik berwarna coklat miliknya bergerak ragu, mencari celah menghindari sergapan mata Kent. Ilona menggelengkan kepalanya, pelan. Ia tak tahu harus menjawab apa."Mau merasakannya lagi?" tanya Kent.Sekali lagi Ilona menelan ludah setengah mati. Demi apa pun, jarak mereka sangat dekat hingga Ilona bisa merasakan napas Kenedict dalam tenggorokannya. Ilona bagai daun kering yang jika di sentuh sedikit saja, akan langsung jatuh. Luluh, tak berdaya."Hem?" Suara berat Kent menggema, disertai tatapan menuntut.Ilona makin tak berdaya hingga ia hanya mampu menganggukkan kepala. Kent tertawa berat, ia kembali mendapat penyerahan dari sang gadis. Pemuda Archer itu tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Ia bergerak cepat menerjang bibir Ilona. Ilona tersentak. Ia menghela napas menikmati keliaran mulut Kent.TOK TOKBola mata Ilona membes
Sehari sebelumnya~~~~~~San Diego — California, USAArcher's Mansion01.24 AM__________BRAKTerdengar bunyi dari botol yang menabrak dinding, memecah kesunyian di mansion milik Archer. Sepasang tangan mengepal dengan getaran di sekujur tubuh. Rahang yang mengencang dengan sorot mata nyalang.Berdiri tak jauh di belakangnya, dua orang pria bersetelan serba hitam. Mereka menunduk pias dengan kedua tangan tumpang tindih di depan perut."Jadi kalian tidak berhasil menemukan mereka, hah?"Seorang pria bertanya. Nadanya pelan namun raut wajahnya sangat menakutkan. Dua orang pria yang berdiri di belakangnya saling melempar tatapan."Jawab!" bentak sang bos, sontak membuat kedua anak buahnya kaget."Ma— maaf," gumam keduanya bersamaan."Maaf?" Ulang sang bos. Ia mendecih sinis. Sambil berkacak pinggang, ia pun mendekati dua anak buahnya.Wajah me
Roterdam Village — San Diego, USAVila milik Kenedict.___________________Kenedict menghela tangan Ilona dengan penuh kelembutan hingga mereka tiba di dalam sebuah ruangan yang lembab namun tetap terlihat elegan dan mewah seperti ruangan lainnya. Ilona sedikit merasa gugup. Semerbak aroma familiar merusuh di penciumannya. Perpaduan antara black musk dan citrus yang tajam selalu mampu mencekik Ilona namun semuanya luluh ketika berpadu dengan aroma rose wine yang begitu manis. Campuran aroma yg selalu membuat Ilona menegang dan tenang dalam satu waktu.Kent menuntun Ilona hingga ke dalam sebuah bilik kaca yang ruangannya tak lebih besar dari ukuran dua kali tiga meter. Pria itu sendiri berhenti di bawah pancuran air sementara Ilona disandarkannya ke dinding kaca.Jantung Ilona mulai memberikan hentakan keras. Ia menelan ludah. Sudah pernah terjebak dalam situasi seperti ini namun berbeda dari sebelumnya. Jika hari itu Ilona diper
Napas Ilona benar-benar terhenti. Seketika seluruh syarafnya menegang dan merasa canggung bahwa sebelumnya dia tidak pernah diterpa gairah membara seperti ini. Bibirnya kering dan matanya mendadak perih. Ia mencoba mencari-cari kesadarannya yang telah tercecer entah ke mana.Ilona membutuhkan waktu yang lama untuk menyeret alam bawah sadarnya kembali ke daratan sehingga ia bisa menghembuskan napas dan menarik kembali kesadarannya.Wanita muda itu ingin melepaskan dirinya namun, Kenedict sudah terlanjur terbakar oleh gairah dan ia bersumpah tak akan melepaskan gadis ini untuk kesekian kalinya. Dengan cepat Kenedict memutar tubuh. Ia menyergap kedua tangan Ilona dalam genggamannya lalu menyeret gadis itu ke bawah pancuran air. Mereka beradu tatapan di sana dengan kedua tangan Ilona dibungkus oleh tangan Kenedict lalu ditempatkannya ke depan dada."Tatap aku." Suara halus dengan nada serak itu menggema diantara gemericik air yang jatuh ke lantai.Ilona mendo