Home / Romansa / Benaran Mantan? / Tentang Kita

Share

Tentang Kita

Author: Pena Baper
last update Last Updated: 2021-03-12 17:28:42

Terkadang kamu lucu saat tiba-tiba mampir di ingatan ku. Kadang-kadang pula kamu menyebalkan saat bertatap muka langsung 

Hujan kembali menguyur kota malam ini. Naya menatap lurus kedepan melihat rintik hujan yang turun. Memang benar kalau hujan selalu membuat kita terkenang akan masa lalu. Tak ingin merasa sendiri, Naya memutar lagu untuk menemani malam nya itu.

Hembusan angin yang sejuk menusuk kulit hingga ke tulang. Rambut ikal nya seperti di belai lembut oleh angin yang terus menerus bertiup. Lagu kesukaannya terus mengalun seperti mengajak nya untuk bernostalgia sebentar pada masa lalu.

"KITA PUTUS." Ucap Fano

Naya hanya tersenyum merespon ucapan Fano tanpa ingin berkomentar sedikit pun dari pernyataan Fano itu.

"Ya elah, nggak usah senyum gue nggak bisa liat senyum Lo." Ucap Fano dengan ketus

Naya hanya mengangguk kan kepala tanda mengerti.

Fano mengangkat satu alis nya, "Lo tiba-tiba jadi bisu ya Nay?"

Tak ada jawaban dari Naya selain gelengan kepala

"Kenapa sih Nay? Lo lagi peraktekin lagu anguk-anguk geleng-geleng ya?" Ucap Fano sambil memperaktek anguk-anguk geleng-geleng.

Naya mendengus kasar sambil melirik arloji milik nya, sudah 20 menit ia seperti ini dengan Fano. Padahal sedari tadi Naya hanya butuh penjelasan dari kata putus bukan ucapan-ucapan tak berfaedah yang di ucapkan sedari dari tadi oleh Fano.

"Udah?" Tanya Naya yang akhirnya mengeluarkan suaranya

Fano mengangkat kedua tangan nya ke atas, "Alhamdulillah, terimakasih ya Allah kau telah kembalikan suara Naya."

Naya mengangkat satu alis nya tanda tak mengerti dengan Fano yang entah mau di kata kan apa tentang kewarasan nya itu. Ini mereka lagi bicara tentang putus loh, seharusnya keadaan saat ini sedang serius di lengkapi dengan drama-drama menangis dan amarah  yang telah memuncak seperti kebanyakan orang putus lain nya.

Tapi apa yang saat ini terjadi? Fano kembali dengan kegilaan nya melupakan keseriusan nya saat mengatakan kata putus tadi. Tadinya saat Fano mengatakan kata putus dengan serius Naya sempat kagum. Dan sekarang sepertinya harus Naya tarik kembali rasa kagum nya itu.

"Udah kan? Kalau udah gue cabut dulu." Ucap Naya sambil melangkah meninggalkan Fano

"Nay." Panggil Fano membuat langkah kaki Naya terhenti

Fano mendekat ke arah Naya. "Jangan benci sama gue ya."

"Kalau gue mau benci apa urusan sama Lo?"

"Kalau Lo benci sama gue, gue akan merasa sangat bersalah untuk ucapan putus gue barusan."

"Bodo amat." Ucap Naya dan kembali melangkah kan kaki nya menjauh dari Fano

Naya terus melangkah sampai hilang dari pandangan Fano. Tak sedikit pun ia berniat untuk menoleh ke belakang walaupun satu kali. Bukan karena ia menangis karena perihal putus yang baru saja terjadi. Bukan seperti itu. Hanya saja, ia tak ingin melanjutkan drama-drama yang Ntah apa akan terjadi jika ia kembali melihat Fano yang berada di belakang nya. Ia sungguh tau di belakang sana Fano masih setia memandangi nya.

"Kita jadian dengan hal yang tidak masuk akal dan kita berakhir juga dengan hal tidak masuk akal. Aku rasa itu sangat setara bukan? Lantas untuk apa lagi aku menanyakan perihal alasan putus ini? Bukan nya dulu saat aku menerima mu secara tiba-tiba kamu sama sekali tak pernah menanyakan alasannya?" Gumam Naya 

**

Hari ini terlihat aneh saat Naya dan Fano yang biasanya bersama tiba-tiba menjauh. Perubahan sifat Fano dan Naya yang berubah membuat satu sekolah heboh dengan beredar kesimpulan bahwa hubungan mereka sudah putus.

Tak sedikit cewek yang mendatangi Fano dengan alasan minta diajar kan fisika atau matematika dan kimia. Terlalu banyak modus yang datang silih berganti membuat Fano risih. 

"Jadi kabar Lo dan Naya yang beredar putus itu benar?" Tanya Riko saat mereka sedang menikmati bakso di kantin

Tak ada jawaban dari Fano hanya sebuah anggukan kecil.

"Eh buset, Lo nggak salah ya Fan?" Ucap Riko yang kaget dengan jawaban sahabat nya itu

Fano hanya menggelengkan kepalanya sambil terus menikmati baksonya.

"Kenapa Lo putus? Lo bosan ya sama dia? Baru beberapa hari bro kalian pacaran? Bukan nya Lo sangat pengen ya jadi pacar Naya? Ingat nggak  usaha Lo waktu Lo ngejar-ngejar Naya dulu gimana?" Tanya Riko 

Mendengar pertanyaan demi pertanyaan yang di lontarkan oleh Riko membuat Fano menghentikan makan nya. "Kalau nanya satu-satu dong."

Riko menyengir menunjukkan deretan gigi putih nya, "Namanya aja penasaran Fan." Riko memakan bakso milik nya kembali. "Ngomong-ngomong apa reaksi Naya saat Lo putusin?"

"Kayak nggak tau Naya aja sih Lo. Dia B aja gitu malahan dia senyum saat gue bilang gitu."

Riko menyembur kan jus yang belum sempat masuk ke tenggorokan nya itu keluar. "Seriusan Lo Naya B aja?" 

Fano mengangguk kan kepalanya mengingat kejadian putus nya itu.

Tiba-tiba dari arah pintu masuk terlihat sosok Naya bersama seorang cowok. Kelihatan mereka sedang bercanda karena beberapa kali mereka tertawa bersama.

"Eh Fan itu Naya kan?" Tanya Riko memastikan penglihatan nya itu

Fano tak menjawab ia terus melihat gerak gerik Naya dan cowok itu yang belum Fano ketahui namanya.

"Mau pesan apa Nay?" Tanya cowok itu

"Pesan rasa yang dulu pernah ada." Jawab Fano menyela pembicaraan Naya 

Naya dan cowok itu langsung melihat kearah Fano. Sedangkan Riko memasang ekspresi terkejut nya. Sungguh ia tak menyangka Fano berani mengatakan hal seperti itu.

Tempat duduk yang di pilih Naya berhadapan dengan meja Fano maka dari itu Fano bisa mendengar obrolan mereka dengan jelas. Bukan karena Naya ingin memanasi Fano dengan cowok yang berada disampingnya itu. Bukan, kalian jangan salah paham. Naya sama sekali tidak melihat keberadaan Fano dan Riko karena keasikan mengobrol. 

"Apa sih Fan? Kayak cicak di rumah tinggal aja lo." Ketus Naya

"Suka-suka gue lah, gue punya mulut kok." Jawab Fano tak kalah ketus nya

"Mau Lo apa sih Fan?" Teriak Naya

Ucapan Naya tadi membuat perhatian semua orang yang berada di kantin memfokuskan pada pasangan yang sudah kandas itu.

Fano tersenyum sinis, "Lo nggak ingat kemaren gue pernah bilang apa sama Lo?"

Naya terdiam cukup lama sambil mengingat kembali ucapan Fano kemaren. "Cukup urus diri Lo sendiri Fan!!"

Fano melangkah kan kaki nya menuju tempat duduk Naya, memperhatikan setiap inchi wajah cowok yang sedang berdiri itu dengan seksama. "Pesan peka pakai sambal, hati tanpa kecap dan rasa dipisah dari kuah." 

Setelah mengucapkan kata-kata itu Fano langsung pergi meninggalkan kantin. Membiarkan semua orang yang masih terdiam karena ucapan nya tadi itu. 

Naya melirik kearah Riko meminta penjelasan  atas apa yang di ucap kan Fano. Tapi Riko hanya memasang  muka datar dengan ekspresi bodo amat. 

"Sorry Gal, Fano emang suka gitu orang nya." Ucap Naya kemudian

"Oh jadi itu Yang nama nya Fano Arga Tara?" Tanya cowok itu

**

"Fan, tungguin." Teriak Naya 

Fano Yang merasa namanya dipanggil langsung menghentikan langkah nya. "Ada apa mantan?" Ucap Fano saat sudah berhadapan dengan Naya 

"Nggak usah panggil gue mantan." Jawab Naya ketus

"Kenapa?  Lo risih?  Atau Lo mau tetap gue panggil pacar?" Tanya Fano dengan sedikit mengoda

"Cukup panggil gue Naya  nggak usah pakai embel-embel mantan lah setan lah pokoknya Yang berakhir dengan kata tan deh."

"Lo nggak usah gitu Nay,  gue kan panggil Lo mantan cuma mau mengingat kan status kita Yang udah berakhir dengan sangat tragis." Jawab Fano 

"Sok merasa tersakiti Lo." Ucap naya dengan sinis

"Bukan nya keadaan seperti itu ya Nay?" 

"Tau ah, gila Lo." Ucap Naya sambil berlalu meninggal kan Fano melupakan niat awal nya tadi Yang ingin berbicara serius. 

"Nay." Panggil Fano

Naya memutarkan badan nya "Apa?"

"Lo marah?"

"Kenapa gue harus marah?"

"Ya udah kalau nggak marah,  pulang bareng nggak kayak biasa?"

"Sorry deh,  gue udah ada janji pulang bareng Galih." Jawab Naya 

Fano tersenyum, "Percaya atau nggak, kita bakalan pulang bareng."

"Iya ntar kalau gue udah nggak ada tebengan lagi." Setelah mengucap kan itu Naya langsung meninggal kan Fano

"Jangan anggap kita adalah mantan, anggap aja kita alumni Yang sewaktu-waktu nanti bisa kembali reunian lagi." teriak Fano tiba-tiba

Naya Yang mendengar ucapan Fano kembali menghentikan langkah nya. "Karena itu, pacaran kita Yang hanya beberapa hari ini anggap saja sebagai training." Sambung Fano lagi

"Berak!!" Ucap naya dengan penuh penekanan Dan langsung  berlari meninggal  kan Fano Yang makin hari makin terlihat gila nya.

"Aneh banget sih Fano, dia yang selalu manggil gue mantan dia juga Yang nyuruh jangan anggap mantan." Gumam Naya

**

Tok.. Tok.. Tok

Suara ketukan pintu itu mampu membawa Naya kembali ke dunia nyata. Ia melihat hujan Yang mulai reda itu. Sekilas senyum terukir dari bibir Naya. Kadang-kadang sifat Fano itu mampu membuat Naya tertawa hanya dengan mengingat nya saja. 

Tok.. Tok.. Tok

Suara ketukan pintu itu kembali berbunyi lebih keras dari sebelum nya. Naya langsung  membuka pintu kamar  nya dengan segera. 

"Kenapa bun?" Tanya Naya saat mendapati bunda nya Yang sudah berdiri dengan ekspresi marah

"Kecilin suara musik kamu itu,  tetangga banyak Yang datang karena terganggu tidur nya."

Naya menyengir kuda. "Iya bun."

"Iya aja kamu.  Punya anak gadis satu susah banget ngatur nya.  Tiap hari bikin kelaku mulu. Bunuh aja bunda Nay."

Naya mendengus, "Nggak usah lebay bunda. Ini bunda lagi ada di dunia nyata bukan di dalam sinetron bunda itu." 

"Bunda kira,  bunda lagi ada dalam mimpi sedang akting dengan tokoh favorit bunda.  Ya udah deh, kalau gitu bunda mau tidur dulu ya sayang.  Bye."

Naya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah bunda nya itu. 

"Selamat malam bun,"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Benaran Mantan?   Naya?

    "Kalian." Gumam Fano."Ih seriusan ini Fano Loh." Ucap Tania yang mulai mendekati Fano diikuti dengan Aldi dan juga Riko dibelakangnya.Mereka bertiga benar-benar terkejut saat melihat sosok Fano yang sudah sangat lama tak pernah terlihat sama sekali sejak hari itu."Apa kabar Fan?" Tanya Riko, terasa sedikit canggung namun tetap ia sapa sosok yang dulu selalu ia susahkan itu."Baik, kalian apa kabar?" Tanya Fano dengan sangat hati-hati sekali.Ia takut jika ia masih seperti dulu lagi maka teman-teman nya itu akan berpikir aneh. Toh mereka sudah lulus begitu lama dan juga ia yakin bahwa saat ini mereka semua sudah bergelut pada dunia kerja yang menuntut keseriusan.Tania menulis nama mereka bertiga di daftar tamu yang hadir dan kemudian langsung menyerahkan undangan biru muda itu kepada petugas."Woi, ayo masuk. Ngapain sih lama bnget dis

  • Benaran Mantan?   Dilema

    Fano sampai pada parkiran mobil, di hadapannya saat ini berdiri sebuah bangunan dimana ia pernah menimba ilmu dulunya.Ia masih bingung antara masuk atau tidak, entahlah terasa begitu gugup sekali saat ini.Pikirannya saat ini hanya satu saja, bagaimana ia akan menjawab pertanyaan demi pertanyaan semua orang nantinya.Jika nnati orang bertanya tentang Syasa, apa yang harus ia jawab?Sudahkah dirinya ini siap untuk masuk dan bertemu dengan banyak orang dari masa lalu nya itu?Beberapa pertanyaan terus memenuhi isi kepalanya saat ini hingga membuat ia tak tahu harus bagaimana.Apakah ia harus pulang saja? Jika iya, maka kedatangan nya kesini itu untuk apa? Hanya untuk melihat bangunan yang pernah ia tempati dulu yang mempunyai banyak sekali kenangan antara dirinya dan juga Naya?Lama sekali Fano terdiam di dalam mobil, matanya terus saja me

  • Benaran Mantan?   Suasana Tempat Reunian

    Gerbang yang menjulang tinggi itu dihiasi lampu warna-warni disana. Tak lupa juga balon warna warni juga ikut turut serta meramaikan keindahan dekorasi yang dibuat oleh sekolah melalui anak-anak OSIS yang bergerak sesuai bidangnya.Sekolah sudah begitu ramai sekali yang datang, reunian kali ini benar-benar terasa begitu berbeda dari reunian yang dilakukan setiap tahunnya.Jika tiap-tiap tahun yang datang mengisi acara hanya sedikit maka kali ini para alumni yang datang benar-benar di luar dugaan sehingga bagian konsumsi harus bergerak cepat untuk menambah makanan dan jamuan untuk para hadirin yang datang.Benar-benar merupakan reunian yang paling berbeda dari biasanya. Seluruh anak OSIS kesana sini menyiapkan banyak kekurangan itu. Tak Mereka sangka bahwa alumni yang hadir akan benar-benar ramai melewati batas target mereka."Buset dah, tumben banget reunian kali ini Ramai. Biasanya tiap tahun sepi,

  • Benaran Mantan?   Harus pergi?

    Beberapa hal datang tanpa kita tahu maksud sebenarnya tapi kita tahu ada sesuatu yang harus kita temukan dari semua itu.Fano berada dalam ruangannya, sejak tadi ia mencoba untuk fokus pada kerjaannya itu melupakan semuanya, namun entah kenapa bayangan wajah Naina terus saja menghantui nya.Anak nya itu seperti sedang melakukan pemberontak dengan cara sangat halus sekali.Tapi ia juga tidak tahu apa sebabnya, seingatnya ia dan Naina tidak terlibat dalam perdebatan apapun itu. Jika pun mereka terlibat perdebatan, Naina akan mengunci diri di dalam kamar dan tak akan bicara apapun padanya.Tapi tadi, Naina masih memanggil nya dengan panggilan papa dan masih menggenggam tangan Fano dengan begitu erat. Tak ada tanda-tanda Naina marah padanya tapi kenapa rasanya itu ada yang berbeda dengan anak yang sudah ia besarkan bertahun-tahun lamanya?Fano mengingat apa saja kegiatan yang telah m

  • Benaran Mantan?   Sesuatu Yang Aneh

    Dari banyak hal, membenci mu setelah menoreh luka adalah hal yang tak bisa gue lakukan sampai saat ini.Naina terdiam menatap sarapan yang ada di atas meja. Kata-kata yang diucapkan oleh nenek nya tadi malam begitu memukul dirinya sampai ke dasar hati yang paling terdalam.Rasanya ia sungguh ingin tertawa saja sekarang, menertawakan kebodohan nya selama ini."Sayang kamu kenapa? Sakit ya?" Ucap Fano yang langsung membawa Naina kembali pada kesadaran nya semula.Naina menatap papanya di hadapannya itu, ia juga tidak tahu harus menunjukkan ekspresi dan bersikap seperti apa di hadapan papa nya saat ini.Tak mendapat kan jawaban apapun dari Naina, Fano bergerak menghampiri Naina yang duduk tak jauh

  • Benaran Mantan?   Kebenaran nya

    "Kemari sayang," ucap ibu Fano pada Naina sambil menepuk kasur empuk disampingnya itu.Naina melangkah untuk mendekat ke arah nenek nya dengan perasaan yang bercampur aduk. Mimik wajah dari sang nenek yang terasa beda dari biasanya membuat Naina merasa bingung. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dan tak ia ketahui sama sekali.Senyum wanita yang sudah tua itu begitu manis. Jarang sekali ia melihat neneknya bisa tersenyum seperti saat ini. Bukan jarang malah lebih tepatnya tidak pernah. Namun saat hanya dengan menyebut nama wanita itu, sisi lain nenek nya dan sang papa yang tak pernah ia ketahui muncul begitu saja."Berapa umurmu sekarang sayang?" Tanya ibu Fano saat Naina sudah duduk disampingnya."Hampir delapan tahun nek." Jawab Naina.Kembali wanita itu mengembang senyumnya hingga menampakkan bentuk keriput di matanya."Kau sudah sangat besar ternyata, tap

  • Benaran Mantan?   Siapa?

    Rasa penasaran dan teka-teki entah kenapa berjalan beriringan dalam hidup gue saat ini. Tentang kamu, dia dan kita yang telah berlalu.Sejak pulang ke rumahnya Naya tak sedikitpun Bergerak dari tempat tidurnya. Ia terus saja memikirkan pertemuan nya bersama dengan Fano tadi.Beberapa pertanyaan terus saja berputar di otaknya saat ini mengingat dengan jelas ucapan gadis kecil yang memanggil Fano dengan panggilan papa."Apakah itu anak Syasa? Apakah mereka sudah menikah dan dikaruniai seorang anak? Ah, pasti nya hidup mereka telah bahagia selama beberapa tahun ini."Naya menggeleng kan kepalanya cepat menghapus setiap dugaan yang muncul. Bagaimanapun ia tak ingin terlalu cepat menyimpulkan semua yang terjadi hari ini. Tapi bayangan wajah Naina yang begitu mirip dengan Syasa begitu menghantui dirinya sendiri."Ck! Mengapa gue harus repot-repot memikirkan semua itu? Ast

  • Benaran Mantan?   Kehancuran Fano

    Ketika takdir dan waktu berkerja sama dalam menghancurkan diriku, disaat itulah kamu harus tahu bahwa hancurnya diriku itu karena kamuSesampainya dirumah, Fano langsung menuju lantai dua dimana kamarnya berada tanpa mengucapkan apapun pada Naina. Naina menaikkan alisnya karena merasa bingung dengan keadaan papa nya itu yang tiba-tiba saja berubah. Padahal tadi saat mereka pergi dan belanja di mall papanya itu masih baik-baik saja. Lalu apa yang sebenarnya sedang terjadi?Ibu Fano yang melihat Naina kebingungan langsung menghampiri cucu nya itu."Ada apa sayang?" Tanya Ibu Fano sambil mengusap lembut puncak kepala Naina."Nggak tau sih Nek, papa tiba-tiba aneh.""Aneh? Aneh kenapa hm?" Tanya ibu Fano, sebenarnya ia melihat semuanya saat mereka baru saja turun dari mobil. Ibu Fano melihat wajah Fano yang berbeda."Nggak tau Papa itu kenapa setelah bertemu sama

  • Benaran Mantan?   Bertemu

    Entah apa jadinya pada hati ini saat mengetahui kebenaran dari semuanya saat kita kembali bertemuTapi tanpa di duga sebelumnya, langkah kaki Naya berhenti. Naya diam membeku ditempat nya itu. Bahkan matanya juga tidak berkedip sama sekali saat berpas-pasan dengan seseorang yang selalu menganggu nya selama ini. Orang itu juga sama, sama-sama terkejut dan tak percaya apa yang sedang di lihat oleh Mata nya sendiri.Kedua nya larut bersamaan tatap mata yang sama sekali tidak berkedip itu, seolah-olah sedang berbicara tanpa perantara mulut."Fan-o." Ucap Naya terbata-bata. Lidah nya tiba-tiba saja kelu menyebutkan nama Fano itu."Naya." Kini giliran Fano pula yang bersuara. Berbanding terbalik dengan Naya yang nampak sedikit shock itu. Fano malah nampak begitu bahagia saat ini.Baru selangkah Fano berjalan untuk mendekati Naya tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat mata nya menangka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status