Share

07. Kebingungan

Penulis: myma.
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-11 19:53:26

Semesta memisahkan mereka dan mempertemukan mereka kembali.

Sepanjang perjalanan pulang dari Dovedale hingga mendekati Birmingham, Mary tidak banyak bicara.

Bukan hal baru bagi Joon menghadapi Mary yang pendiam setelah kecelakaan dua tahun lalu itu terjadi, namun kali ini Joon sedikit lebih khawatir dengan diamnya Mary.

Sesekali Joon melirik sahabatnya itu dan mendapati Mary hanya melamun, memandangi pemandangan gelap di balik jendela mobil.

Sebenarnya banyak hal yang ingin Joon bahas dengan Mary namun ia kebingungan untuk memulainya.

“Aku sudah mengkonfirmasi kedatangan kita ke kantor Administrasi Pulau Lundy di Pelabuhan Ilfracombe dan kita hanya perlu mengonfirmasi lagi sehari sebelumnya untuk mengonfirmasi pelayaran.” Joon membuka pembicaraan setelah hampir satu jam mereka tenggelam dalam keheningan.

Sesaat Mary tak merespon Joon, kemudian mengangguk. Gadis itu bergerak mengganti posisi duduknya.

“Kau pasti menahan diri untuk bertanya.” Tebak Mary masih memandangi gelapnya malam.

Joon melirik sahabatnya itu sesaat kemudian kembali pada jalanan di depannya.

“Kita tak perlu membahasnya jika kau tak mau.”

Tiba- tiba Mary berbalik menghadap Joon. “Maafkan aku karena terlalu hening.”

Mendengar permintaan maaf Mary, Joon memperlambat kecepatan mobilnya agar ia tetap bisa mengobrol dengan nyaman dan aman.

“Tidak apa- apa. Kau pasti butuh waktu sendiri.”

Mary tersenyum kecil. “Aku hanya lelah, Joon.” Keluhnya.

“Apa kau mau aku mengemudi lebih cepat supaya kita bisa lebih cepat sampai rumahmu?”

“Tidak perlu.” Jawab Mary lemah.

“Kau.. sedang memikirkan Park Jung Soo?” Tebak Joon dengan hati- hati.

Kedua alis Mary terangkat, membenarkan tebakan sahabatnya.

“Tadi kau terkejut, ya?”

“Sangat terkejut.” Jawab Mary pendek.

“Aku juga. Aku sungguh lupa kalau mungkin saja hyung diundang ke pernikahan Joana. Kurasa Justin juga tidak mengatakan apapun padamu.” Joon mencoba membuat Mary lebih banyak berbicara agar ia tahu apa yang sedang dirasakan sahabatnya itu.

“Entahlah..” Sahut Mary pendek lagi.

Joon semakin kehabisan ide untuk membuka percakapan. Lebih tepatnya ia hanya berhati- hati dalam membuka topik mengenai Park Jung Soo dengan Mary.

Reaksi Mary yang seperti ini memang pernah ia prediksi namun ia tidak menyangka bahwa sahabatnya itu akan terlalu tenggelam dalam kebingungan.

“Aku mencoba untuk tidak memikirkannya, namun ada sesuatu yang terus menggangguku.”

“Apa itu?”

“Hatiku.”

Sesaat keheningan menyelimuti keduanya lagi. Jari telunjuk Joon mengetuk kemudinya berkali- kali, menunggu Mary melanjutkan jawabannya.

“Ada apa dengan hatimu?” Tanya Joon, tidak sabar.

“Hatiku berdebar tak karuan sejak kedua mata kami bertemu pertama kalinya.”

Mendengar kalimat sahabatnya, Joon langsung mengerti. “Ternyata ada hal yang tidak sepenuhnya hilang.”

“Mungkin.” Timpal Mary. “Apakah dulu aku seperti ini?”

“Ketika kau bertemu dengan Jung Soo Hyung?” Joon berpikir sejenak.

Pikirannya kembali mengingat bagaimana reaksi sahabatnya itu bercerita setiap kali pulang liburan dengan Park Jung Soo.

“PARK HA JOON!” Pekik Mary saat membuka pintu kamar Joon yang tidak terkunci.

“ASTAGA!” Seru Joon tak kalah keras karena terkejut. “Apa sangat sulit untuk mengetuk pintu ya?”

Tanpa menggubris keluhan Joon, Mary langsung menjatuhkan diri di atas kasurnya. “Apa oppa sudah berangkat ke restoran?”

“Sudah.” Joon kembali fokus dengan laporan akhirnya. “Kalian pergi kemana kali ini?”

“Coba tebak!”

“Malas.” Di satu sisi Joon merasa kesal karena tidak pernah diajak bergabung dengan liburan mereka, di sisi lain Joon senang memberikan Mary kesempatan pergi bersama seseorang yang gadis itu sukai.

“Baiklah, maafkan kami. Lain kali kami akan mengajakmu bergabung.” Mary bangkit dan duduk bersila menghadap Joon. “Kami pergi ke Blackpool!” Serunya antusias.

“Wow.” Timpal Joon datar.

Tanpa menyadari keacuhan Joon, Mary kembali bercerita.

“Aku tak menyangka ternyata di sana sangat mengasyikkan! Kami bermain di Central Pier dan menaiki ferris wheel. Pemandangan dari ferris wheel itu sangat luar biasa! Aku sangaaaat bahagia!!” Kali ini Mary melompat dan memeluk Joon yang duduk di kursi belajarnya dari belakang.

Joon pasrah dengan tingkah sahabatnya yang sedang mabuk cinta itu. Mary selalu seperti ini setiap kali pulang berlibur dengan sepupunya.

“Pemandangan itu atau wajah Park Jung Soo yang membuatmu bahagia?” Tanya Joon saat Mary melepas pelukannya.

“Keduanya!” Mary kembali menjatuhkan diri di kasur Joon. “Aku sangat bahagia sampai- sampai rasanya jantungku akan meledak!” Gadis itu berguling kegirangan.

Kasur yang sudah Joon rapikan kini kembali berantakan. Joon tak ingin meminta Mary untuk berhenti bersikap seperti anak remaja, karena ia juga senang melihat sahabatnya bahagia. Setidaknya walaupun bukan dengan dirinya, Mary tak pergi sendirian lagi.

“Tidak. Dulu kau akan melompat kegirangan setelah bertemu dengan Park Jung Soo. Sekarang kau lebih terlihat gelisah daripada kegirangan.” Jawab Joon, ia merendahkan suaranya.

Mary menggelengkan kepalanya. “Entahlah. Aku tidak bisa menjelaskan apa yang aku rasakan sekarang.” Kegelisahan Mary terlihat jelas dari bagaimana ia terus mengubah posisi duduknya, menarik nafasnya dan membuangnya berat. “Aku sering kali membayangkan sebesar apa perasaanku padanya saat itu.”

Joon masih mendengarkan dalam diam.

“Aku terkejut karena langsung dapat mengenalinya. Bukan hanya itu, aku merasakan getaran asing di tubuhku.” Lanjut Mary menutup kedua matanya frustasi.

Joon menganggukan kepalanya, mencoba mengerti. “Kurasa kau bahagia bertemu dengan orang yang sudah lama ingin kau temui tapi seketika itu kau juga menyadari bahwa kalian akan berakhir dengan perpisahan.”

“Jika aku tak bisa bersamanya, mengapa perasaan ini juga tak ikut hilang.” Sesal Mary.

“Terkadang ada banyak hal yang tidak bisa kita dapatkan jawabannya. Mungkin kau tidak akan mendapatkan jawabannya dariku. Tapi bisa saja suatu saat nanti kau akan mendapatkan jawabannya dari dirimu sendiri.” Kali ini Joon berusaha menjawab dengan sangat bijaksana.

# # #

Apakah kebahagiaan itu akan kembali hadir?

Setelah menutup telepon dari suaminya, Diana Nasution menjatuhkan dirinya di sofa ruang keluarga. Tengkuknya dibiarkan menyender dengan santai di punggung sofa.

Seharian menemani anaknya bermain tidak lebih melelahkan daripada memikirkan perasaan campur aduknya malam ini.

Entah apa yang adik iparnya itu rasakan nanti, Diana sendiri bingung dengan perasaannya.

Sudah dua tahun lamanya mereka tidak bertemu, tentu saja ia sangat senang dengan kedatangan Jung Soo.

Hanya saja mengingat apa yang terjadi di antara Jung Soo dan Mary membuat secuil kekhawatiran muncul dalam benaknya.

Kembalinya Jung Soo ke Birmingham membuat Diana teringat mendiang mertuanya, Catherine Lavinia Wynter.

Wanita yang sudah seperti ibu kandungnya itu pasti akan sangat bahagia mendengar Jung Soo kembali ke Birmingham, sama seperti saat Jung Soo kembali ke sini setelah menyelesaikan wajib militernya.

Sore hari dengan awan yang teduh dan sinar matahari berwarna oranye, halaman belakang Keluarga Wijaya diramaikan dengan pertandingan bulu tangkis dadakan.

Keluarga Wijaya yang diwakili Adrian dan Justin Wijaya melawan Keluarga Park yang diwakili Park Jung Soo dan Park Ha Joon.

Pertandingan sengit ini berada dalam pengawasan Mary yang duduk sebagai wasit. Sementara itu Catherine dan Diana duduk menjadi penonton di teras belakang.

“Di, terima kasih karena kamu sudah mau menerima Justin apa adanya.” Ujar Istri dari Adrian Wijaya itu saat mereka menyaksikan pertandingan santai namun tetap penuh ambisi di halaman belakang rumahnya.

“Aku juga berterima kasih karena ibu sudah menerimaku sebagai pendamping Justin.” Diana memandangi jarinya yang dihiasi cincin dengan berlian kecil di atasnya.

“Aku tahu ini akan terdengar sangat egois, tapi aku rasa harus mengatakannya padamu.” Lanjut Catherine.

“Tidak masalah, ibu bisa mengatakannya padaku.”

Catherine meraih telapak tangan Diana lalu menggenggamnya. “Aku titip anak bungsuku padamu ya, Di.”

“Memangnya ibu mau kemana?”

Kepala Catherine menggeleng pelan.

“Tidak kemana-mana, aku hanya ingin mengatakan ini padamu. Kamu tahu betul Mary tidak begitu dekat dengan Justin, kuharap setidaknya dia bisa lebih dekat denganmu.”

“Ibu enggak perlu khawatir. Mereka mungkin enggak keliatan dekat tapi diam- diam saling peduli kok. Selain ada aku, Mary juga punya Jung Soo yang udah seperti kakaknya.” Jelas Diana, mencoba meyakinkan calon mertuanya itu.

Wanita berwajah lembut itu tersenyum sembari mengangguk kecil. “Soal Mary dan Jung Soo, apa kamu merasa mereka semakin dekat?”

“Tidak lebih dekat daripada Mary dan Joon. Tapi, kalau aku lihat ada berbeda sejak Jung Soo kembali ke sini.”

“Ya, ibu juga merasa begitu. Kalau tidak salah dengar, Jung Soo baru putus ya dari pacarnya?”

“Iya, bu. Tunggu, jangan bilang ibu kepikiran buat jodohin Mary sama Jung Soo?”

“Loh, kenapa enggak? Jung Soo udah kenal Mary dari kecil. Mary juga suka sama Jung Soo dari masih SMA kan?”

Diana tak bisa menahan tawanya. “Ibu tau darimana?”

“Ya kelihatan lah, Mary kan anak ibu. Liat aja sekarang, semenjak Jung Soo kembali ke Birmingham, anak bungsuku jadi kelihatan lebih semangat dan bahagia.”

“Ibu senang ya liar Mary bahagia bareng Jung Soo?” Tebak Diana.

Bukan cuma senang, Di. Aku juga percaya Jung Soo bisa terus membuat Mary bahagia.” Raut kebahagiaan bukan hanya terpancar dari wajah Mary yang sedari tadi lebih banyak memperhatikan Jung Soo tapi juga dari ibunya sendiri.

Suara deru mobil menarik Diana kembali ke masa kini. Ia segera bergegas ke pintu depan untuk menyambut adik iparnya itu.

Besar harapannya melihat Mary datang dengan antusiasme saat menceritakan perjalanannya hari ini.

Harapannya ternyata tak terkabulkan karena ternyata Mary menghampirinya dengan raut wajah lesu.

Ujung- ujung bibir gadis itu tertarik tapi tidak membentuk garis senyuman saat menemukan Diana sudah membuka pintu.

“Apa Mary sudah mengetahui tentang kedatangan, Jung Soo?” Batin Diana bertanya- tanya.

Sementara itu Diana mencoba sebaik mungkin memberikan senyuman terbaiknya untuk adik semata wayangnya itu, berharap senyumannya membuat gadis itu merasa lebih baik.

# # #

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Beneath the Midlands Sky   19. Not Okay

    “Hidupnya seperti jejak di atas pasir yang menghilang saat angin bertiup kencang. Tersesat tanpa arah.”Kedua tangan Mary dan Joon otomatis terangkat saat Joon Hee membunyikan klaksonnya saat akan keluar dari area parkir restoran. Joon merangkul Mary kembali masuk ke dalam restoran.Setelah menyadari apa yang terjadi saat obrolan setelah makan siang mereka tadi, Mary cenderung banyak diam. Joon berusaha sebaik mungkin mengontrol suasana agar Joon Hee tidak bertanya lebih lanjut mengenai perubahan suasana hati Mary.“Kau yakin tidak ingin pergi ke suatu tempat yang bisa membuat suasana hatimu lebih baik?” Joon masih merasa cukup khawatir, mengingat ini adalah pertama kalinya Mary mulai mengingat satu potongan memorinya sejak kecelakaan itu terjadi.“Aku baik-baik saja,” jawab Mary pada akhirnya lalu memaksakan sebuah senyuman kecil terbingkai di wajah lesunya.“Apa sebaiknya aku panggil kakakmu? Ah tidak, bagaimana dengan Park Jung Soo?” kali ini Joon berusaha membuat nada bicaranya te

  • Beneath the Midlands Sky   18. Teman #2

    “Tidak ada yang tidak mungkin, begitulah hidup berjalan.”“Baiklah, aku akan berhenti menggoda kalian,” Joon Hee meneguk segelas airnya. “Jadi, kau berencana pergi kemana saja, hyung?” tanya Joon.Kedua bahu Joon Hee terangkat. “Setelah dari pernikahan Joanna, aku dan teman- teman yang lain berencana ke Snowdonia. Kalian punya rekomendasi tempat yang harus aku kunjungi?”“CORNWALL!” seru Mary dan Joon bersamaan. Keduanya saling menatap kemudian melakukan tos.“Bagaimana kalau kita pergi bersama?” saran Joon Hee. “Minggu depan?”“Hmm, minggu depan kami sepertinya masih di Lundy,” jawab Mary.“Lundy? Dimana itu?” tanya Joon Hee.“Di tengah Selat Bristol. Lundy adalah pulau terpencil tanpa akses komunikasi dan transportasi,” jelas Joon.Seorang pelayan menghampiri mereka dan mengangkat piring- piring kotor mereka.“Wah, sangat menarik! Berapa lama kalian akan tinggal di sana?” Joon Hee menyender pada kursinya dan menggosok dagunya dengan jari telunjuknya.“Sekitar empat hari tiga malam.

  • Beneath the Midlands Sky   17. Teman #1

    “Sepertinya kau harus berhenti membuatku menahan ujung- ujung bibirku.”Siang ini Joon mengajak Mary dan Joon Hee makan siang bersama di Tapestry Table, sebagai permohonan maafnya karena tidak menemani Mary berdiskusi dengan Joana dan mengabaikan pesan- pesan Joon Hee. Mary baru saja menutup pintu rumahnya saat mobil SUV hitam masuk ke pekarangan rumahnya. Ia sama sekali tidak mengenali mobil itu hingga jendela supir terbuka dan..“Hai, sudah lama menunggu nona?” seru Joon Hee saat membuka kaca mata hitamnya dengan senyum manis yang menunjukan kedua lesung pipinya. Lelaki dengan kemeja putih gading berbahan linen dengan motif salur dan celana dengan warna senada itu keluar dari mobilnya.Dahi Mary berkerut saat menyadari bagaimana warna spaghetti strap dress berbahan katun yang melapisi kaos hitamnya itu senada dengan kemeja Joon Hee. “Wah, apa ini takdir?”“Kau tau apa yang lebih mengejutkan?” Joon Hee berdiri dengan satu tangan masuk ke saku celananya. Lelaki itu membuka pintu mobil

  • Beneath the Midlands Sky   16. Senyumannya

    “Tidak ada yang lebih menyenangkan dari melihatmu mulai tersenyum.”Matahari mulai merangkak naik di ufuk timur dimana angin pagi berhembus menyejukan setiap paru- paru. Justin menunggu Mary di Cannon Hill Park setelah ia pergi ke pasar bersama Jung Soo untuk memesan bahan- bahan segar kemudian dikirimkan ke restoran. Tak lama ia dapat melihat adiknya yang berlari kecil menuju tempatnya menunggu. Sejujurnya, Justin masih agak khawatir melihat adiknya berjalan pagi sendirian seperti ini tetapi dia juga senang karena Mary sudah semakin percaya diri untuk menjalani hidupnya kembali.Ingatan pada saat Mary terbangun dari komanya dan terlihat sangat kebingungan masih terproyeksi dengan sangat jelas di kepala Justin. Sorot mata penuh ketakutan dan berhati- hati terlihat jelas, bahkan saat Justin sudah menjelaskan bahwa ia adalah kakaknya.“Apa ada sesuatu yang ingin kau makan?” tanya Justin pada Mary terus memandang keluar jendela rumah sakit.Mary tak menjawab.Hubungan Mary dan Justin me

  • Beneath the Midlands Sky   15. Berbicara Denganmu Lagi

    “Jauh di dalam sana, aku berharap kau bisa mempercayaiku lagi.”“Kukira malam ini kau datang untuk membantuku.” Keluh Justin saat menghampiri Jung Soo yang sedang menghias hidangan penutup untuk Mary.Jung Soo masih fokus pada panna cotta stoberinya. “Ini pukul 9 malam, kurasa kau bisa menanganinya sendiri.” Timpal Jung Soo yang kemudian segera membawa panna cotta-nya keluar dari dapur. “Bawakan panna cotta lainnya untuk Annalynne, okay?!”Jung Soo menemukan Mary masih duduk di paviliun, ia menghentikan langkahnya. Jung Soo memperhatikan Mary sesaat, gadis itu sedang fokus bekerja dengan laptopnya. Secara fisik tidak ada yang berubah dari Mary yang terakhir ia temui dua tahun yang lalu. Gadis itu masih mempertahankan rambut hitamnya yang lurus melebihi bahu dengan bagian bawahnya yang sedikit ikal, kulitnya putih langsat layaknya kebanyakan orang Asia dengan mata besar yang bulat bersudut berwarna coklat, alis matanya tebal, lekuk bibir bagian atasnya terbentuk sempurna berwarna mera

  • Beneath the Midlands Sky   14. Mary Si Bodoh

    “Aku hanya ingin memastikan bahwa ini nyata, bukan mimpi.”“Selamat malam nona Mary...” David menyapa Mary yang masih fokus dengan pekerjaannya. “Aku mengantarkan makan malam istimewamu.”Mendengar kalimat terakhir David membuat Mary menghentikan jemarinya yang sedari tadi sibuk menari di atas keyboard laptopnya. “Makan malam istimewa?” Tanyanya kebingungan. “Apa yang membuat makan malamku ini istimewa?”“Ini adalah makanan yang tidak akan kau temukan dalam menu Tapestry Table dan dibuat langsung oleh executive chef kami.” Jelas David.Mary masih belum puas dengan jawaban David. “Aku bahkan makan makanan yang dimasak oleh executive chef-mu di rumahku.”David menggeleng. “Ini adalah pasta kerang dengan kimchi dan gochujang. Kau yakin ini adalah masakan kakakmu?” Salah satu alis David terangkat. “Baiklah, aku akan meninggalkanmu karena para pelanggan sudah datang. Jika kau mau menyampaikan pujian untuk masakan ini, kau bisa datang langsung ke dapur.” David pamit dengan sopan sesuai deng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status