Home / Romansa / Beneath the Midlands Sky / 06. Matahari Terbit Di Hari Mendung

Share

06. Matahari Terbit Di Hari Mendung

Author: myma.
last update Last Updated: 2025-05-10 18:24:37

Aku hanya bodoh karena tidak menyadarimu.

Hening. Satu kata yang menggambarkan bukan hanya kondisi apartemen Jung Soo tapi juga hatinya.

Joon belum pulang sehingga Jung Soo memutuskan untuk langsung melangkahkan kakinya menuju kamarnya di lantai dua.

Tanpa menyalakan lampu, Jung Soo menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Hanya cahaya dari jendelanya yang menerangi seisi ruangan dingin itu.

“Bahkan sebelum kecelakaan itu merenggut ingatannya, ia tidak pernah membencimu.”

Satu kali kalimat dengan dua kabar, sebuah kabar baik dan sebuah kabar buruk.

Mary tidak pernah membenci Jung Soo adalah hal yang sangat ingin ia dengar, tapi kabar hilangnya ingatan gadis itu menambah retakan lain di hati Jung Soo.

Walaupun Justin dengan tegas mengatakan bahwa kecelakaan itu terjadi bukan karena kesalahan Jung Soo namun Jung Soo sendiri yakin setidaknya walaupun hanya lima persen, ia adalah salah satu variabel yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi.

Bagaimana bisa ia menemui Mary lagi setelah ini? Apa sebaiknya ia kembali ke Seoul? Astaga, ia benar- benar menjadi pengecut akhir- akhir ini.

Seandainya. Satu kata yang terus menerus terngiang di kepala Jung Soo. Satu kata yang menciptakan banyak kalimat.

Seandainya Jung Soo membuat keputusan yang tepat.

Seandainya Jung Soo lebih peka.

Seandainya Jung Soo lebih jujur pada dirinya sendiri.

Seandainya Jung Soo tidak gegabah.

Seandainya Jung Soo menyadarinya dari awal.

Seandainya...

Bzzz... Bzzz... Bzzz...

Jung Soo terbangun dari tidur sekejapnya lalu mematikan alarm ponselnya yang menunjukan pukul setengah 6 pagi. Ia tak langsung membangunkan Mary yang tertidur setelah setengah jam perjalanan mereka.

Gadis itu pasti sangat lelah setelah bertengkar dengan kakaknya.

Sebenarnya Jung Soo kembali ke restoran karena Justin meneleponnya dan mengatakan bahwa Mary pergi setelah mereka bertengkar lalu meminta Jung Soo mencarinya karena gadis itu sulit dihubungi.

Beruntung karena Sous Chef-nya, James, meneleponnya tak lama setelah ia berkeliling kota mencari Mary.

Sous chef-nya itu mengatakan bahwa ketika ia akan mengunci restoran ia mendapati Mary berjalan menghampirinya dan memintanya untuk membiarkannya masuk dan meminjam kuncinya. Maka dari itu ia dapat menemukan Mary sendirian di ruangannya.

Jung Soo memperhatikan gadis dengan rambut sebahu itu beberapa saat. Termenung. Apa sebaiknya ia memberitahukan tentang Ji Hyun lain kali? Tapi ia ingin Mary menjadi orang pertama yang mengetahuinya. Entah mengapa tapi setiap kali ada kabar baik, ia sangat ingin Mary yang mengetahuinya pertama kali bahkan bukan Justin yang merupakan sahabatnya sejak lama.

“Mary, bangunlah. Ini sudah saatnya,” Jung Soo mengelus bahu gadis itu dengan lembut.

Mary menarik nafas dalam lalu menggeliat di tempatnya. Matanya masih menyipit, menyesuaikan cahaya yang masuk.

“Hmm, dimana kita?” gadis itu menarik lengan sweater abunya hingga ujung telapak tangannya.

“Porth Iago,” jawab Jung Soo, ia menunjukan pemandangan di balik kaca mobil yang masih cukup gelap.

Sebersit cahaya oranye mulai terlihat di sela- sela awan kelabu yang berasal dari pancaran sinar matahari terbit yang berada di belakang mereka.

Porth Iago adalah salah satu teluk tersembunyi di Wales yang berjarak sekitar 250 kilometer dari Birmingham.

Porth Iago dikelilingi bukit dan lahan pertanian penduduk sehingga dapat dikatakan sebagai teluk yang tersembunyi. Teluk tersembunyi ini menyajikan pemandangan lautan luas dengan pasir halus dan air yang jernih.

Sesaat kemudian ia mendapati tubuh Mary condong ke arah dashboard mobil, mencoba melihat dengan jelas. Gadis itu menyelipkan rambutnya ke belakang telinga lalu menyipitkan matanya beberapa kali.

Setelah menemukan apa yang ia cari, gadis itu menarik nafas dalam dengan dua mata bengkak yang berbinar- binar.

Mary segera membuka pintu mobil dan keluar perlahan. Dipandanginya lautan lepas yang ada di bawah sana, lalu mengedarkan pandangannya ke bukit hijau yang dipijaknya.

Sebelum benar-benar menginjak pasir pantai, Mary sudah mengagumi pemandangan lautan lepas dengan deburan ombak ringan dan angin pantai yang mengibaskan rambut panjangnya bahkan ketika matahari belum terbit.

Mary maju ke depan mobil lalu duduk bersila di hamparan rumput hijau. Jung Soo segera menyusul gadis itu dengan jaketnya yang ia sampirkan di bahu gadis itu.

“Ini sangat indah,” bisik Mary di tengah suara deru ombak dan semilir angin laut.

“Aku senang kau menyukainya,” Jung Soo duduk dengan menekuk kedua kakinya. “Jika kita beruntung kita bisa melihat sekelompok lumba- lumba berenang bebas.”

“Benarkah?” seru Mary antusias namun tiba- tiba Mary tersenyum hambar. “Mereka sangat beruntung.”

“Ada apa?”

Mary menghembuskan nafas berat. ”Kau tahu? Hari ini, maksudku kemarin, ah tidak maksudku semalam cukup berat bagiku,” ujar Mary yang seketika membuat Jung Soo menelah ludah.

“Ya, aku tahu,” Jung Soo tak bisa menyangkalnya.

“Aku bertengkar dengan Justin untuk kesekian kalinya, hanya karena ia selalu ingin tahu tentang kehidupanku,” cerita Mary.

“Dia bertanya padaku seakan- akan aku ini anak kecil yang belum bisa bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Padahal jika dia memberiku kepercayaan sedikit saja, kurasa kami akan lebih akrab,” lanjut Mary.

“Itu karena dia sangat menyayangimu, Mary.”

“Kalau Justin benar- benar menyayangiku, seharusnya dia bertanya padaku apa yang aku butuhkan. Dia seharusnya memberikan sesuatu yang aku butuhkan bukan apa yang ia butuhkan.

Dia butuh aku untuk terus ada di radarnya sementara aku merasa radiusnya terlalu kecil, aku tidak bisa berlari di lapangan kecil itu seumur hidupku.”

“Hey, ini adalah salah satu bukti kalau dia menyayangimu,” Jung Soo menunjuk laut lepas di depannya.

“Ya, karena aku pergi denganmu.”

“Justin tidak ingin kehilangan anggota keluarganya lagi.”

Jung Soo dapat menangkap rasa bersalah yang tersirat di mata Mary.

“Aku tidak bermaksud menjadi adik yang menyebalkan. Hanya saja...” timpal Mary tidak bersemangat.

“Mary, aku punya berita baik,” potong Jung Soo. Ia berharap kabar yang akan disampaikannya ini akan membuat suasana hati gadis itu menjadi lebih baik.

Benar saja, baru saja mendengar kata ‘berita baik’, raut cemberut di wajah Mary hilang tak berjejak.

“Berita baik tentang apa??” tanya Mary antusias.

Jung Soo menahan senyumannya. Debar jantungnya menjadi lebih cepat karena terlalu bersemangat untuk segera menyampaikan kabar ini.

“Jadi.. sebenarnya beberapa bulan lalu....” Jung Soo mencoba tak terburu- buru menyampaikan berita yang membuat hatinya begitu diliputi kebahagiaan ini.

“Ya, beberapa bulan lalu...” seru Mary tak sabar.

Bukan kalimat yang keluar dari mulut Jung Soo namun tawa kecil karena kupu- kupu di perutnya. “Ah, bagaimana ini? Aku sangat bahagia, Mary!”

Kebahagian yang sama terpancar di mata Mary yang berbinar itu. “Ayolah cepat katakan padaku! Aku sudah sangat tidak sabar!!” Mary menggenggam tangannya erat.

“Baiklah. Kau tahu, kau benar tentang apa yang kau katakan di Thorpe Cloud waktu itu. ‘Jika memang ia ditakdirkan untukmu, maka ia akan selalu ada jalan untuk kembali padamu,’” lanjut Jung Soo bersemangat.

Hanya saja genggaman tangan Mary mulai mengendur.

“Aku bertemu dengan Ji Hyun lagi beberapa bulan yang lalu!” kali ini Jung Soo yang meraih kedua tangan Mary dan menggenggamnya erat.

“Dia kembali padaku, Mary! Dia kembali padaku!!” seru Jung Soo dengan sangat antusias.

Di hadapannya raut bahagia yang sebelumnya terpatri jelas di wajah Mary mulai memudar. Tubuh gadis itu mendadak terlihat lunglai. Sorot matanya penuh kebingungan.

“Mary??” tanya Jung Soo saat menyadari tak ada tanggapan apapun dari gadis itu.

“Ya?” jawab Mary tak bersemangat.

“Kau terkejut?”

“Ya.”

“Aku juga tak bisa berkata- kata sebelumnya. Tak kusangka apa yang kau katakan menjadi kenyataan..” Jung Soo melepaskan tangan Mary dan beralih pada langit yang mulai berubah kejinggaan.

“Kau bahagia, oppa?”

“Sangat bahagia...”

“Kalau begitu aku juga akan bahagia...”

Jung Soo melirik Mary yang memandang kosong ke arah matahari terbit di hadapan Mary.

Gadis itu menarik kedua lututnya hingga ke dagunya, seperti sedang memeluk dirinya sendiri. Kalimat dan raut wajah gadis itu bertolak belakang.

Apa ia melakukan hal yang mengecewakan Mary?

Harusnya saat itu Jung Soo sadar kalau ia sudah melukai perasaan Mary. Padahal mereka melakukan perjalanan bersama setiap kali Jung Soo libur.

Perjalanan yang membuat mereka mengisi setiap kekosongan masing- masing. Mary yang ditinggal kedua orangtuanya selamanya dan Jung Soo yang ditinggal kekasihnya.

Perasaan Jung Soo pada gadis itu terlalu bias. Tumbuh bersama membuat perasaanya pada Mary tersamarkan.

Mary memang selalu menjadi orang pertama yang mengetahui kabarnya. Jung Soo juga selalu menjadi orang pertama bagi Mary, bahkan sampai membuat Joon merasa di nomor duakan.

Jung Soo baru sadar tentang perasaannya untuk Mary saat gadis itu mulai menjauhinya secara perlahan.

Sejak kabar itu Mary sering disibukkan dengan perjalanannya sebagai jurnalis di majalah traveling.

Mereka sesekali pergi namun sering kali Mary memilih untuk pergi sendiri atau pergi dengan Joon saat sepupunya itu mulai bergabung dengan perusahaan Mary.

Penyesalan memang selalu datang terakhir. Entah apa yang harus Jung Soo sesali. Pernikahannya kah? Keputusannya kah? Atau Kebodohannya?

Ya, Jung Soo memang sangat bodoh.

# # #

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Beneath the Midlands Sky   19. Not Okay

    “Hidupnya seperti jejak di atas pasir yang menghilang saat angin bertiup kencang. Tersesat tanpa arah.”Kedua tangan Mary dan Joon otomatis terangkat saat Joon Hee membunyikan klaksonnya saat akan keluar dari area parkir restoran. Joon merangkul Mary kembali masuk ke dalam restoran.Setelah menyadari apa yang terjadi saat obrolan setelah makan siang mereka tadi, Mary cenderung banyak diam. Joon berusaha sebaik mungkin mengontrol suasana agar Joon Hee tidak bertanya lebih lanjut mengenai perubahan suasana hati Mary.“Kau yakin tidak ingin pergi ke suatu tempat yang bisa membuat suasana hatimu lebih baik?” Joon masih merasa cukup khawatir, mengingat ini adalah pertama kalinya Mary mulai mengingat satu potongan memorinya sejak kecelakaan itu terjadi.“Aku baik-baik saja,” jawab Mary pada akhirnya lalu memaksakan sebuah senyuman kecil terbingkai di wajah lesunya.“Apa sebaiknya aku panggil kakakmu? Ah tidak, bagaimana dengan Park Jung Soo?” kali ini Joon berusaha membuat nada bicaranya te

  • Beneath the Midlands Sky   18. Teman #2

    “Tidak ada yang tidak mungkin, begitulah hidup berjalan.”“Baiklah, aku akan berhenti menggoda kalian,” Joon Hee meneguk segelas airnya. “Jadi, kau berencana pergi kemana saja, hyung?” tanya Joon.Kedua bahu Joon Hee terangkat. “Setelah dari pernikahan Joanna, aku dan teman- teman yang lain berencana ke Snowdonia. Kalian punya rekomendasi tempat yang harus aku kunjungi?”“CORNWALL!” seru Mary dan Joon bersamaan. Keduanya saling menatap kemudian melakukan tos.“Bagaimana kalau kita pergi bersama?” saran Joon Hee. “Minggu depan?”“Hmm, minggu depan kami sepertinya masih di Lundy,” jawab Mary.“Lundy? Dimana itu?” tanya Joon Hee.“Di tengah Selat Bristol. Lundy adalah pulau terpencil tanpa akses komunikasi dan transportasi,” jelas Joon.Seorang pelayan menghampiri mereka dan mengangkat piring- piring kotor mereka.“Wah, sangat menarik! Berapa lama kalian akan tinggal di sana?” Joon Hee menyender pada kursinya dan menggosok dagunya dengan jari telunjuknya.“Sekitar empat hari tiga malam.

  • Beneath the Midlands Sky   17. Teman #1

    “Sepertinya kau harus berhenti membuatku menahan ujung- ujung bibirku.”Siang ini Joon mengajak Mary dan Joon Hee makan siang bersama di Tapestry Table, sebagai permohonan maafnya karena tidak menemani Mary berdiskusi dengan Joana dan mengabaikan pesan- pesan Joon Hee. Mary baru saja menutup pintu rumahnya saat mobil SUV hitam masuk ke pekarangan rumahnya. Ia sama sekali tidak mengenali mobil itu hingga jendela supir terbuka dan..“Hai, sudah lama menunggu nona?” seru Joon Hee saat membuka kaca mata hitamnya dengan senyum manis yang menunjukan kedua lesung pipinya. Lelaki dengan kemeja putih gading berbahan linen dengan motif salur dan celana dengan warna senada itu keluar dari mobilnya.Dahi Mary berkerut saat menyadari bagaimana warna spaghetti strap dress berbahan katun yang melapisi kaos hitamnya itu senada dengan kemeja Joon Hee. “Wah, apa ini takdir?”“Kau tau apa yang lebih mengejutkan?” Joon Hee berdiri dengan satu tangan masuk ke saku celananya. Lelaki itu membuka pintu mobil

  • Beneath the Midlands Sky   16. Senyumannya

    “Tidak ada yang lebih menyenangkan dari melihatmu mulai tersenyum.”Matahari mulai merangkak naik di ufuk timur dimana angin pagi berhembus menyejukan setiap paru- paru. Justin menunggu Mary di Cannon Hill Park setelah ia pergi ke pasar bersama Jung Soo untuk memesan bahan- bahan segar kemudian dikirimkan ke restoran. Tak lama ia dapat melihat adiknya yang berlari kecil menuju tempatnya menunggu. Sejujurnya, Justin masih agak khawatir melihat adiknya berjalan pagi sendirian seperti ini tetapi dia juga senang karena Mary sudah semakin percaya diri untuk menjalani hidupnya kembali.Ingatan pada saat Mary terbangun dari komanya dan terlihat sangat kebingungan masih terproyeksi dengan sangat jelas di kepala Justin. Sorot mata penuh ketakutan dan berhati- hati terlihat jelas, bahkan saat Justin sudah menjelaskan bahwa ia adalah kakaknya.“Apa ada sesuatu yang ingin kau makan?” tanya Justin pada Mary terus memandang keluar jendela rumah sakit.Mary tak menjawab.Hubungan Mary dan Justin me

  • Beneath the Midlands Sky   15. Berbicara Denganmu Lagi

    “Jauh di dalam sana, aku berharap kau bisa mempercayaiku lagi.”“Kukira malam ini kau datang untuk membantuku.” Keluh Justin saat menghampiri Jung Soo yang sedang menghias hidangan penutup untuk Mary.Jung Soo masih fokus pada panna cotta stoberinya. “Ini pukul 9 malam, kurasa kau bisa menanganinya sendiri.” Timpal Jung Soo yang kemudian segera membawa panna cotta-nya keluar dari dapur. “Bawakan panna cotta lainnya untuk Annalynne, okay?!”Jung Soo menemukan Mary masih duduk di paviliun, ia menghentikan langkahnya. Jung Soo memperhatikan Mary sesaat, gadis itu sedang fokus bekerja dengan laptopnya. Secara fisik tidak ada yang berubah dari Mary yang terakhir ia temui dua tahun yang lalu. Gadis itu masih mempertahankan rambut hitamnya yang lurus melebihi bahu dengan bagian bawahnya yang sedikit ikal, kulitnya putih langsat layaknya kebanyakan orang Asia dengan mata besar yang bulat bersudut berwarna coklat, alis matanya tebal, lekuk bibir bagian atasnya terbentuk sempurna berwarna mera

  • Beneath the Midlands Sky   14. Mary Si Bodoh

    “Aku hanya ingin memastikan bahwa ini nyata, bukan mimpi.”“Selamat malam nona Mary...” David menyapa Mary yang masih fokus dengan pekerjaannya. “Aku mengantarkan makan malam istimewamu.”Mendengar kalimat terakhir David membuat Mary menghentikan jemarinya yang sedari tadi sibuk menari di atas keyboard laptopnya. “Makan malam istimewa?” Tanyanya kebingungan. “Apa yang membuat makan malamku ini istimewa?”“Ini adalah makanan yang tidak akan kau temukan dalam menu Tapestry Table dan dibuat langsung oleh executive chef kami.” Jelas David.Mary masih belum puas dengan jawaban David. “Aku bahkan makan makanan yang dimasak oleh executive chef-mu di rumahku.”David menggeleng. “Ini adalah pasta kerang dengan kimchi dan gochujang. Kau yakin ini adalah masakan kakakmu?” Salah satu alis David terangkat. “Baiklah, aku akan meninggalkanmu karena para pelanggan sudah datang. Jika kau mau menyampaikan pujian untuk masakan ini, kau bisa datang langsung ke dapur.” David pamit dengan sopan sesuai deng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status