LOGIN"Amanda, Ibu ingin kamu tidur dengan pria lain. Dengan seperti itu, kamu bisa hamil dan kita bisa membuktikan bahwa Rudi tidak mandul pada semua orang,"
Rudi terkejut mendengar perkataan ibunya. "Bu, apa kamu tidak berpikir tentang perasaan kami? Kami tidak bisa melakukan itu!" Amanda juga terkejut dan marah. "Tidak, Bu! Aku tidak bisa melakukan itu! Aku mencintai Rudi dan aku tidak bisa tidur dengan pria lain." Robert, memasuki ruang makan. Lalu ia duduk di samping Margareth, dan mendukung keputusan Margareth. "Ya, anakku. Ini adalah satu-satunya cara untuk membuktikan bahwa kamu tidak mandul." Rudi dan Amanda saling menatap, merasa tidak percaya dengan keputusan orang tua mereka. "Tidak, Ayah! Kami tidak bisa melakukan itu!" kata Rudi dengan tegas. Margareth memukul meja dengan keras. "Dengar Rudi. Ibu tidak ingin semua orang tahu. Jika kamu mandul. Semua orang akan mencemooh Ibu. Kamu harus pikirkan perasaan Ibu." "Tapi Ibu juga harus pikirkan perasaan kami. Apa Ibu tega, melihat menantu Ibu tidur dengan laki-laki lain," timpa Amanda dengan tegas. Margareth terdiam dengan wajah datar. "Jika itu demi menyelamatkan nama baik keluarga ini. Ibu ikhlas dan rela melihat kamu tidur dengan pria lain. Reputasi keluarga ini harus dijaga sebaik mungkin." Air mata Amanda pun jatuh. Ibu mertua yang selama ini dianggap baik. Nyatanya tidak memiliki hati nurani sama sekali. Lebih memilih untuk menjaga reputasi pribadi keluarga, daripada perasaan Amanda dan Rudi sebagai sepasang suami istri. Rudi mencoba menenangkan Amanda. Ia berusaha membuat Amanda kuat menerima kenyataan ini. Rudi tidak bisa melawan permintaan kedua orangtuanya. Sehingga ia meminta Amanda untuk patuh juga dengan keputusan dari ibunya tersebut. "Aku mohon kamu bersedia dengan permintaan Ibu ini. Aku hanya tidak ingin melihat Ibu kecewa. Mungkin ini jalan satu-satunya buat kita. Jadi, aku mohon kamu ikuti permintaan Ibu ini," pinta Rudi. Dengan wajah marah, Amanda dengan tegas menolak permintaan Rudi. Ia ingin berbakti layaknya seorang menantu. Tetapi permintaan Margareth jauh dari apa yang dibayangkan. Tentu permintaan Margareth harus ditolak oleh Amanda. "Tidak akan pernah ada laki-laki lain yang tidur denganku. Aku tidak ingin mengkhianati suamiku sendiri. Apalagi aku menikah dibawah janji Tuhan. Tentu tidak akan pernah ada yang bisa membuatku pergi dari suamiku saat ini," ucap Amanda menggebu-gebu. Rudi merasa berada di persimpangan. Satu sisi ia ingin berbakti pada kedua orangtuanya. Tetapi ia juga tidak ingin menyakiti perasaan Amanda sebagai istrinya. Hingga ia tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Margareth tetap pada pendiriannya. Ia tetap meminta Amanda tidur dengan pria lain. Seorang yang dianggap subur. Sehingga Amanda bisa hamil. Robert yang sama gilanya dengan Margareth. Juga terus mendesak Amanda untuk setuju pada ide gila Margareth. Bahkan Robert siap membantu Amanda mencari pria sehat dan subur untuk tidur dengan Amanda. Sehingga Amanda akan segera mendapatkan keturunan. "Tenang saja Manda. Ayah akan bantu kamu mencari pria sejati. Dia sudah pasti tampan, serta perkasa. Tidak seperti Rudi," tandas Robert. Amanda semakin tertekan mendengar pernyataan kedua mertuanya. Ini bukan lagi gila. Tetapi sudah sangat gila. Ia hampir tidak bisa mencerna pikiran sehat kedua mertuanya. Ditambah dengan Rudi yang patuh akan kedua orangtuanya sendiri. Itu semakin membuat mental Amanda jatuh. Padahal seharusnya Rudi bisa menjaga marwah rumah tangga. Bukan terus-menerus setuju dengan ide gila kedua orangtuanya. Amanda menenangkan diri di dalam kamar. Mungkin dengan sendiri ia bisa lebih tenang untuk menghadapi kedua mertuanya. Apalagi Rudi sepertinya sudah tidak bisa diharapkan lagi. Melihat Rudi sudah sendirian. Robert dan Margareth terus mendesak Rudi. Ia meminta Rudi untuk terus meminta Amanda tidur dengan pria lain. Jika tidak dilakukan oleh Rudi, bukan tidak mungkin mereka akan mengganti posisi Amanda sebagai menantu mereka. Mencari perempuan lain yang lebih patuh pada setiap perintah. "Ceraikan istrimu, jika ia tidak mau menuruti permintaan Ibu. Kamu harus segera punya anak Rudi. Salah satu caranya, Amanda tidur dengan pria lain. Sehingga ia akan segera hamil. Pikirkan itu," tegas Margareth.Brian kecewa berat pada Rudi, menganggap dia penuh tipu daya. Dia pilih resign, tidak mau terlibat lagi urusan dengan Rudi dan Amanda. "Apa ini ada hubungannya sama kejadian kemarin?" tanya Rudi, suara hati-hati."Menurut Bapak? Saya tidak akan keluar dari pekerjaan ini kalau nggak ada masalah. Saya ingin jaga rumah tangga saya. Makanya saya mundur," jawab Brian tegas, mata tak bergeming."Tapi coba lagi yuk. Saya kasih imbalan besar. Ratusan juta buat kamu," bujuk Rudi, penuh keyakinan.Brian tatap tajam, pukul meja keras. "Tidak! Saya tidak mau lagi. Simpan uang Bapak, kasih orang lain aja!" Dia balik badan pergi, tinggalkan Rudi terkejut – Brian biasanya selalu patuh dengan perintah Rudi, menyelesaikan tugas dengan baik. Tapi ini beda, dia sama sekali tidak bisa melakukan permintaan berat dari Rudi. Menerobos jalur neraka dengan kenikmatan duniawi. Pikiran Rudi nyaris buntu, mencari sosok pengganti untuk bisa tidur dengan Amanda. Laki-laki perkasa, jantan yang sempurna. Dia berjal
"Kamu tidur dengan dia bukan karena cinta. Kamu juga bukan wanita penghibur seperti yang dia bilang. Kenapa kamu malah sedih seperti ini. Sudah, kamu harus kuat Manda!" ucap Rudi dengan santai. Wajah Amanda seketika berubah menjadi marah. Bukannya menyudahi ide gilanya. Rudi justru menyalahkan istri dari Brian. Jalan pikiran dari Rudi nyaris sudah hilang. Tertutup oleh hawa nafsu yang besar, serta rasa patuh yang tidak seharusnya dilakukan. "Aku itu hampir gila dengan kejadian itu. Istri Brian marah besar padaku. Tapi kamu. Kamu seolah tidak mau tahu dengan semuanya. Menyalahkan aku dengan sesuka hati. Rudi, aku malu Rud. Harga diri aku nyaris hilang karena kejadian kemarin. Tapi kamu seolah tidak peduli dengan semuanya. Dimana otak kamu?" Amanda dengan penuh emosi. "Maksud aku gini, Sayang. Kita tidak perlu peduli dengan semua itu. Kita hanya fokus pada tujuan kita. Kalau kemarin kita gagal. Maka di selanjutnya, kita usahakan berhasil. Kita harus sukses, dengan cara lain. Ay
Imbalan sebesar 20 juta, sudah disiapkan oleh Rudi untuk Brian. Brian sepakat untuk menghabiskan malam bersama dengan Amanda. Brian sendiri sudah memiliki 2 orang anak yang masih kecil. Untuk urusan membuahi, Brian sudah cukup berpengalaman. Selain itu Brian juga memiliki wajah yang rupawan. Brian sudah pasti disetujui oleh Amanda untuk bercinta. Sepanjang jam makan siang, Brian dan Rudi sudah sepakat. Malam ini Brian akan bertemu dengan Amanda di sebuah hotel berbintang. Di mana Amanda pun sedang dalam proses masa subur. Jadi momentum yang cukup tepat untuk bercocok tanam. Tepat di pukul 8 malam. Brian datang menemui Rudi di lobi hotel. Ia terlihat begitu siap untuk bercinta. Dengan minyak wangi yang begitu aromatik. Brian siap memberikan pelayanan terbaik untuk Amanda. Pertemuan pertama itu cukup berkesan bagi Amanda. Ia menyukai Brian yang cukup tampan. Apalagi Brian juga memiliki postur badan yang ideal. Serta badan yang bugar. Ini sudah sesuai dengan harapan dari Amanda.
"Pria itu hanya akan menidurimu. Bukan mencintaimu, jadi tidurlah dengan dia. Ini demi rumah tangga kita," pinta Rudi sembari menggenggam erat tangan Amanda. Wajah Rudi terlihat sungguh-sungguh. Ia kali ini benar-benar meminta pada Amanda. Rudi tidak pernah terlihat bersungguh-sungguh. Tetapi ini permintaan kuat darinya. Berharap Amanda akan sedikit melunak, memberikan lampu hijau. Amanda dengan wajah kecewa, tidak bergeming. Masih pada prinsip kuatnya. Rasanya sulit bagi Amanda untuk setuju dengan permintaan Rudi ini. Rudi tidak menyerah, ia tetap berusaha keras untuk memperjuangkan keinginan kedua orangtuanya. "Kamu ingin apa? Liburan, shoping atau mungkin kamu ingin mobil baru." tawar Rudi. "Ok, mungkin kamu ingin perhiasan. Jam tangan, dan tas mewah. Aku akan belikan sekarang juga." Bukannya tertarik, Amanda langsung melempar tangan Rudi. Ia justru terlihat kesal dengan cara Rudi. Ia memalingkan wajah dari Rudi. Perlahan wajahnya basah oleh air mata. Tetap pada keput
"Amanda, Ibu ingin kamu tidur dengan pria lain. Dengan seperti itu, kamu bisa hamil dan kita bisa membuktikan bahwa Rudi tidak mandul pada semua orang," Rudi terkejut mendengar perkataan ibunya. "Bu, apa kamu tidak berpikir tentang perasaan kami? Kami tidak bisa melakukan itu!" Amanda juga terkejut dan marah. "Tidak, Bu! Aku tidak bisa melakukan itu! Aku mencintai Rudi dan aku tidak bisa tidur dengan pria lain." Robert, memasuki ruang makan. Lalu ia duduk di samping Margareth, dan mendukung keputusan Margareth. "Ya, anakku. Ini adalah satu-satunya cara untuk membuktikan bahwa kamu tidak mandul." Rudi dan Amanda saling menatap, merasa tidak percaya dengan keputusan orang tua mereka. "Tidak, Ayah! Kami tidak bisa melakukan itu!" kata Rudi dengan tegas. Margareth memukul meja dengan keras. "Dengar Rudi. Ibu tidak ingin semua orang tahu. Jika kamu mandul. Semua orang akan mencemooh Ibu. Kamu harus pikirkan perasaan Ibu." "Tapi Ibu juga harus pikirkan perasaan kami. Apa Ibu t
"Apa? Kamu mandul, Rudi?" tanya Robert, ayah kandung Rudi. Rudi tidak mampu menatap wajah ayahnya. Ia menunduk seraya berkata, "Iya Ayah. Aku dinyatakan tidak bisa memiliki keturunan. Aku mandul." Amanda yang duduk di samping Rudi, mencoba menguatkan suaminya. Ia mengelus lembut pundak Rudi. Memberikan kekuatan untuk bisa kembali bangkit dengan takdir pahitnya. Margareth, ibu dari Rudi mulai terlihat kecewa. Wajahnya ditekuk, merasa hidupnya sudah tidak ada artinya. Tidak ada lagi pewaris yang diharapkan. "Jika tahu kamu akan mandul. Mama mungkin mau punya tiga anak. Jika kamu tidak bisa memiliki keturunan, masih ada anak lain yang bisa memberikan Mama keturunan. Kamu memang laki-laki payah Rudi," ucap Margareth dengan wajah sinis. Amanda terhentak mendengar ibu mertuanya mencela Rudi. "Bu, ini bukan kemauan Mas Rudi. Tapi ini kehendak yang Maha Kuasa. Kita tidak bisa menolak semua ini." "Terus siapa yang akan menjadi penerus keluarga kita, kalau Rudi tidak bisa memi







